Nunung Nurwati
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Faktor-faktor yang Memengaruhi Sikap Mahasiswa Program Studi Psikologi, Keperawatan dan Kesejahteraan Sosial terhadap Perempuan Korban Perkosaan Binahayati Rusyidi; Nunung Nurwati
Jurnal Keperawatan Padjadjaran Vol. 4 No. 3 (2016): Jurnal Keperawatan Padjadjaran
Publisher : Faculty of Nursing Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (702.323 KB) | DOI: 10.24198/jkp.v4i3.286

Abstract

Pandangan atau sikap negatif serta menyalahkan perempuan yang menjadi korban tindak kekerasan seksualmasih hidup dan berkembang di dalam masyarakat. Para penyedia layanan kesehatan dan sosial dituntut untukmemiliki sikap yang tepat terhadap korban tindak kekerasan seksual karena hal tersebut dapat memengaruhi aksesdan efektivitas layanan. Tujuan penelitian adalah mendeskripsikan sikap mahasiswa tingkat sarjana terhadapperempuan korban perkosaan serta menguji asosiasi faktor-faktor sosial-demografi dan sosial-budaya terhadapsikap para mahasiswa. Responden adalah 318 mahasiswa semester 1, 3 dan 5 pada program studi kesejahteraansosial, keperawatan dan psikologi di sebuah perguruan tinggi negeri di wilayah Jatinangor, Sumedang, Jawa Barattahun. Penentuan sampel dilakukan secara non- random dengan menggunakan convenience sampling technique.Data dikumpulkan dari responden pada tahun 2015 dengan menggunakan kuesioner dan dianalisis secara statistikdengan teknik simple regressions. Umumnya mahasiswa menunjukkan sikap yang cenderung kurang positif terhadapkorban kekerasan seksual. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan masih kuatnya kecenderungan menyalahkankorban, kurang mempercayai kredibilitas korban, dan meremehkan kejadian perkosaan. Sikap terhadap peran jender,etnisitas dan tingkat keberagamaan merupakan faktor-faktor yang berasosiasi secara signifikan terhadap sikapmahasiswa. Mahasiswa yang mendukung kesetaraan peran laki-laki dan perempuan dalam kehidupan masyarakatdan keluarga, kelompok etnis non-Sunda, serta responden dengan tingkat keberagamaan yang lebih rendahcenderung melaporkan sikap yang lebih positif terhadap korban dibandingkan mereka yang bersikap konservatifterhadap peran jender, berasal dari etnis Sunda dan melaporkan tingkat keberagamaan yang lebih tinggi. Tidakditemukan pengaruh program studi, jenis kelamin, usia dan waktu tempuh perkuliahan terhadap sikap mahasiswa.
PENGETAHUAN REMAJA TERHADAP HIV-AID Nunung Nurwati; Binahayati Rusyidi
Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Vol 5, No 3 (2018): Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.34 KB) | DOI: 10.24198/jppm.v5i3.20607

Abstract

Remaja yang terinfeksi HIV-AID  di Indonesia menunjukkan angka yang cenderung meningkat, ketidak tahuan remaja menjadi pemicu peningkatan tersebut. Pengetahuan cara penularan HIV-AID sangat penting untuk mendorong remaja terhindar dari HIV-AID. Remaja berisiko sangat tinggi, karena remaja hubungan yang singkat dan pasangan yang banyak (pacar). Pengetahuan remaja ini termasuk salah satu indicator dalam Millenium Develepment  Goals (MDGs) sehingga harus terus dipantau oleh Negara-negara berkembang termasuk Indonesia.Tujuan dari penulisan atikel ini untuk mendeskripsikan pengetahuan HIV-AID dikalangan remaja  berusia 15-24 tahun.Untuk keperluan analisis artikel ini digunaka data dari hasil SDKI Indonesia tahun 2017.Berdasarkan data tersebut, diketahui mayoritas remaja pernah mendengar tentang HIV-AID, namun bila dikaji berdasarkan  jenis kelamin, ternyata remaja wanita lebih banyak yang pernah mendengar tentang HIV-AID dibanding remaja pria. Sumber informasi yang banyak diketahui yakni dari guru sekolah, teman dan internet.Cara pencegahan nya, sebagian besar remaja menyatakan dengan cara membatasi hubungan seksual hanya dengan satu pasangan saja. Secara umum, tingkat pengetahuan tentang cara pencegahan HIV-AIDS meningkat seiring tingkat pendidikan remaja.  Temua lainnya, masih ditemukan remaja yang belum pernah mendengar HIV-AID dan tidak mengetahui cara mencegah penularannya. Walaupun kelompok ini jumlah kecil namun perlu mendapat intervensi agar terhindar dari virus HIV-AID, baik yang berada di perkotaan maupun di perdesaan