Anggita Purnamasari
Departemen Perilaku Kesehatan, Lingkungan, dan Kedokteran Sosial, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perlukah pencegahan bullying masuk dalam kurikulum sekolah dasar? Hafidhotun Nabawiyah; Anggita Purnamasari; Dian Mawarni
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 11 (2018): Proceedings of the 4th UGM Public Health Symposium
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.877 KB) | DOI: 10.22146/bkm.40447

Abstract

Bullying terjadi dimana saja dan sebagian besar terdapat di lingkungan sekolah termasuk sekolah dasar. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan opini penerapan pencegahan bullying dalam kurikulum sekolah. Beragam jenis bullying yang banyak membuat anak-anak pada usia sekolah dasar tidak mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan termasuk kegiatan bullying khususnya jenis verbal. Sebagian besar anak-anak sekolah dasar menganggap tindakan bullying yang mereka lakukan terhadap teman sebagai bercandaan biasa. Lebih dari setengah korban bullying tidak melaporkan hal tersebut kepada orang dewasa karena merasa takut. Dampak dari bullying dapat menjadikan korban stress, tidak memiliki kepercayaan diri, tidak dapat bersosialisasi secara normal dan bahkan hingga memilih bunuh diri. Antisipasi pencegahan bullying dapat disisipkan secara langsung maupun tidak langsung melalui agenda pendidikan di sekolah. Pendidikan tentang bullying pada tahap sekolah dasar sangat penting diterapkan untuk mencegah bullying yang lebih jauh. Pendidikan ini dapat diterapkan dalam kurikulum belajar seperti pada mata pelajaran agama, muatan lokal, bimbingan konseling, atau menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri. Praktik pencegahan bullying bisa diberikan melalui aktivitas bersama seperti olahraga atau kegiatan berlomba dengan mencampurkan murid antar kelas. Pendidikan ini membawa informasi kepada anak-anak tentang berbagai macam bullying, meningkatkan kepedulian guru terhadap bullying sekecil apapun, serta membangun hubungan sebaya yang positif. Oleh karena itu, kementerian pendidikan dan kebudayaan perlu mempertimbangkan pencegahan bullying pada penyusunan kurikulum pendidikan.
Kegiatan Menulis Surat “Curhat” untuk Deteksi Bullying pada Siswa Sekolah Dasar Dian Mawarni; Anggita Purnamasari; Hafidhotun Nabawiyah
Berita Kedokteran Masyarakat (BKM) Vol 34, No 11 (2018): Proceedings of the 4th UGM Public Health Symposium
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.929 KB) | DOI: 10.22146/bkm.40451

Abstract

Siswa sekolah dasar yang menjadi korban bullying cenderung takut melapor kepada guru dan orang dewasa. Sementara, guru kurang menyadari adanya kejadian bullying di antara peserta didik. Kasus bullying diharapkan segera terdeteksi agar tidak menekan kondisi mental siswa secara berkepanjangan. Paper ini bertujuan untuk mengeksplorasi penggunaan surat “curhat” dalam mendorong siswa untuk menyampaikan pengalaman tindakan bullying di sekolah. Paper ini menekankan tiga manfaat penting dari kegiatan menulis surat “curhat” bagi siswa. Pertama, strategi menulis membuat siswa tidak merasa terintimidasi dibandingkan jika melaporkan secara tatap muka. Kedua, ada jaminan kerahasiaan identitas korban dan pelaku bullying sehingga mengurangi kecemasan jika diketahui siswa lainnya di sekolah. Ketiga, siswa lebih fleksibel menceritakan pengalaman bullying karena tidak terikat tempat dan waktu pelaporan. Kegiatan menulis surat “curhat” memberi kemudahan dan keeksklusifan menyampaikan keluhan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pendekatan secara private agar berhasil menemukan kasus bullying yang dialami siswa.