Anita Devi Ariesnawati M, Sc
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

JURNAL KESEHATAN JURNAL ILMU KESEHATAN Apt. Septian Maulid W M, Sc; Anita Devi Ariesnawati M, Sc
STIKES DUTAGAMA KLATEN Vol 11 No 1 (2019): JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN
Publisher : STIKES DUTAGAMA KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5737/e-journal.v11i1.553

Abstract

Saat ini semakin banyak penggunaan bahan alami dalam produk kosmetik, salah satunya adalah sabun. Sabun merupakan sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses saponifikasi dengan mereaksikan minyak, lemak, wax, rosin atau asam lemak dengan basa (NaOH atau KOH) tanpa menimbulkan iritasi pada kulit. Sabun yang memiliki kemampuan membunuh bakteri disebut dengan sabun antiseptik. Bakteri penyebab infeksi tersering dan umum yaitu Staphylococcus aureus. Zat antibakteri yang biasa digunakan untuk pembuatan sabun mandi padat yaitu Triclocarban, namun penggunaan Triclocarban dalam jangka panjang dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Oleh karena itu, untuk menghindari efek samping yang ditimbulkan oleh Triclocarban, penggunaan bahan antiseptik dari bahanalam sangat diperlukan. Tanaman yang memiliki potensi sebagai antibakteri diantaranya yaitu sereh dapur (Cymbopogon citratus DC. Stapf). Salah satu senyawa aktif yang terdapat pada sereh dapur adalah senyawa sitral dimana senyawa ini bergugus aldehid yang memberikan aroma khas lemon dan memiliki aktivitas antibakteri. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental. Bahan yang digunakan adalah sabun padat dengan penambahan minyak serai dapur 5 ml, 7,5 ml, dan 10 ml serta uji sifat fisika kimia sabun padat, yang meliputi uji organoleptis, pH, dan tinggi busa. Data organoleptis dianalisis secara deskriptif. Data uji pH, tinggi busa dianalisis secara statistik dengan metode Oneway ANOVA. Hasil pengujian sifak fisika kima sabun menunjukkan bahwa konsentrasi minyak serai dapur mempengaruhi warna dan bau sabun padat pada uji organoleptis. Uji pH, kadar air, dan tinggi busa menunjukkan bahwa semua formula sesuai dengan rentang SNI. Penambahan konsentrasi minyak serai dapur dapat menurunkan pH dan tinggi busa.
JURNAL KESEHATAN JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN Hanung Sumbogo Jati M, Sc; Anita Devi Ariesnawati M, Sc
STIKES DUTAGAMA KLATEN Vol 11 No 2 (2019): JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN
Publisher : STIKES DUTAGAMA KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5737/e-journal.v11i2.557

Abstract

Saat ini semakin marak trend back to nature dengan memanfaatkan bahan bahan alami menjadi suatu produk yang ramah lingkungan, salah satunya produk sabun, banyak orang tertarik menggunakan sabun herbal karena sifat bioaktif senyawa yang terkandung di dalamnya, ditambah dengan pengggunaan tanaman yang juga mengandung senyawa antiseptik seperti kunyit. Kunyit merupakan salah satu tanaman rempah-rempah yang berfungsi sebagai antibakteri. Kunyit mengandung berbagai senyawa antara lain kurkumin dan minyak atsiri. Minyak atsiri ini dapat digunakan sebagai antibakteri karena mengandung gugus fungsi hidroksil dan karbonil yang merupakan turunan fenol. Sabun herbal sebagai sabun alami dibuat dengan menggunakan bahan dasar minyak zaitun, NaOH dan ekstrak kunyit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui formulasi dan uji fisik sabun ekstrak kunyit. Penelitian inimerupakan penelitian eksperimental. Kunyit diekstraksi dengan metode maserasi. Ekstrak yang didapat dilakukan uji skrinning fitokimia. Selanjutnya ekstrak kunyit diformulasi berdasarkan formula baku yang didapatkan dari aplikasi lye calculator dengan konsentrasi 10% dan 20%. Selanjutnyasediaan yang telah dibuat dilakukan uji evaluasi mutu fisik yang meliputi uji organoleptis, uji pH, dan uji tinggi busa. Data dianalisa dengan uji T tidak berpasangan. Uji fitokimia didapatkan ekstrak etanol kunyit positif mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin dan tidak mengandung senyawa alkaloid. Berdasarkan hasil uji T didapatkan data nilai p>0,05 sehingga kedua hasil menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan antara formula sabun dengan konsentrasi ekstrak 10% dan 20%.
JURNAL KESEHATAN JURNAL ILMU KESEHATAN Anita Devi Ariesnawati M, Sc; IG Madya Surya Permana Putra M, Sc; Apt. Tyas Kusuma M, Sc
STIKES DUTAGAMA KLATEN Vol 13 No 2 (2021): JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN
Publisher : STIKES DUTAGAMA KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5737/e-journal.v13i2.558

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 32,5 juta dalam jangka waktu 10 tahun terakhir (2000-2010). Pada tahun 2.000 sebesar 205,1 juta penduduk dan pada tahun 2010 menjadi sebesar 237,6 juta penduduk. Angka proyeksi tahun 2010 dengan dasar survey penduduk antar sensus (Supas) 2005 adalah 234,2 juta sedangkan hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 237,6 juta. Maka dapat disimpulkan jumlah penduduk hasil sensus penduduk 2010 tersebut lebih besar 3,4 juta jiwa dibandingkan angka proyeksi tahun 2010.1Angka kematian ibu di semua negara berkembang masih sangat tinggi demikian juga di Indonesia berkisar antara 248 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.2 Oleh karena itu, untuk menekan fertilitas serta menjamin keselamatan dan kesehatan wanita selama hamil, bersalin, nifas, dan wanita usia produktif atau subur pemerintah mencanangkan Program Keluarga Berencana sejak tahun 1970.3 Bentuk penerapan program KB berupa alat kontrasepsi bagi seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, prevalensi penggunaan kontrasepsi modern di kalangan wanita usia subur yang sudah menikah mencapai 65,9 %.4 Di Indonesia pemakai AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 6,4%, sedangkan pil 29,9 % dan suntik 46,2 %.5 Diketahui dari 56.217 peserta KB baru di kota Palembang hingga Desember 2010, jumlah akseptor AKDR yaitu 1974 akseptor, jumlah akseptor pil 23.662 akseptor dan jumlah akseptor suntik 28.497 akseptor.6 Sedangkan akseptor di kelurahan 30 Ilir ada 2539 akseptor dan yang menggunakan AKDR ada 54 akseptor, pil 670 akseptor dan suntik 1153 akseptor.7 Dilihat dari jumlah akseptor masing-masing alat kontrasepsi, diketahui jumlah pengguna AKDR lebih sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain yang lazim digunakan. Namun dalam kenyataanya tingkat keakuratan AKDR lebih tinggi, karena bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan efek samping minimal. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1 kehamilan dalam 125 - 170 kehamilan.8 1 Berdasarkan pernyataan sebelumnya, yaitu angka kematian ibu yang masih tinggi dan dengan tingkat keefektifan obat KB yang tinggi namun jumlah akseptor yang rendah perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku ibu-ibu PKK tentang obat KB.