IG Madya Surya Permana Putra M, Sc
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

JURNAL KESEHATAN JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN Dhita Kusumawardhani M, Sc; IG Madya Surya Permana Putra M, Sc
STIKES DUTAGAMA KLATEN Vol 11 No 2 (2019): JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN
Publisher : STIKES DUTAGAMA KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5737/e-journal.v11i2.556

Abstract

Hipertensi masih menjadi masalah karena prevalensi yang semakin meningkat, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum mendapat pengobatan, dan pengobatan yang tidak adekuat. Hal ini menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi semakin meningkat. Salah satu cara mengatasi hipertensi yaitu dengan terapi farmakologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pola peenggunaan obat pada penyakit hipertensi di Rumah Sakit X Purwokerto. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan Pengambilan data dilakukan dengan meninjau langsung resep pasien hipertensi lampau (retrospektif) Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari lembar resep penderita penyakit hipertensi berdasarkan jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita hipertensi sebanyak sebanyak 237 resep (66%). Berdasarkan usia menunjukan usia 46-55 tahun sebanyak 104 resep (29%) lebih banyak menderita hipertensi, karena pada usia lanjut terjadi proses penuaan yang terjadi penurunan fungsi organ-organ tubuh. Sedangkan berdasarkan obat hipertensi yang lebih banyak diresepkan adalah amlodipin yaitu sebanyak 265 resep (53,43%), dan golongan antihipertensi terbanyak yaitu golongan antagonis kalsium yaitu sebanyak 285 resep (57%)
JURNAL KESEHATAN JURNAL ILMU KESEHATAN Anita Devi Ariesnawati M, Sc; IG Madya Surya Permana Putra M, Sc; Apt. Tyas Kusuma M, Sc
STIKES DUTAGAMA KLATEN Vol 13 No 2 (2021): JURNAL ILMU KESEHATAN STIKES DUTA GAMA KLATEN
Publisher : STIKES DUTAGAMA KLATEN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5737/e-journal.v13i2.558

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia meningkat sebesar 32,5 juta dalam jangka waktu 10 tahun terakhir (2000-2010). Pada tahun 2.000 sebesar 205,1 juta penduduk dan pada tahun 2010 menjadi sebesar 237,6 juta penduduk. Angka proyeksi tahun 2010 dengan dasar survey penduduk antar sensus (Supas) 2005 adalah 234,2 juta sedangkan hasil Sensus Penduduk 2010 sebesar 237,6 juta. Maka dapat disimpulkan jumlah penduduk hasil sensus penduduk 2010 tersebut lebih besar 3,4 juta jiwa dibandingkan angka proyeksi tahun 2010.1Angka kematian ibu di semua negara berkembang masih sangat tinggi demikian juga di Indonesia berkisar antara 248 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007.2 Oleh karena itu, untuk menekan fertilitas serta menjamin keselamatan dan kesehatan wanita selama hamil, bersalin, nifas, dan wanita usia produktif atau subur pemerintah mencanangkan Program Keluarga Berencana sejak tahun 1970.3 Bentuk penerapan program KB berupa alat kontrasepsi bagi seluruh penduduk Indonesia. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, prevalensi penggunaan kontrasepsi modern di kalangan wanita usia subur yang sudah menikah mencapai 65,9 %.4 Di Indonesia pemakai AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) 6,4%, sedangkan pil 29,9 % dan suntik 46,2 %.5 Diketahui dari 56.217 peserta KB baru di kota Palembang hingga Desember 2010, jumlah akseptor AKDR yaitu 1974 akseptor, jumlah akseptor pil 23.662 akseptor dan jumlah akseptor suntik 28.497 akseptor.6 Sedangkan akseptor di kelurahan 30 Ilir ada 2539 akseptor dan yang menggunakan AKDR ada 54 akseptor, pil 670 akseptor dan suntik 1153 akseptor.7 Dilihat dari jumlah akseptor masing-masing alat kontrasepsi, diketahui jumlah pengguna AKDR lebih sedikit dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain yang lazim digunakan. Namun dalam kenyataanya tingkat keakuratan AKDR lebih tinggi, karena bisa digunakan dalam jangka waktu yang lama dengan efek samping minimal. Angka kegagalan IUD pada umumnya adalah 1 kehamilan dalam 125 - 170 kehamilan.8 1 Berdasarkan pernyataan sebelumnya, yaitu angka kematian ibu yang masih tinggi dan dengan tingkat keefektifan obat KB yang tinggi namun jumlah akseptor yang rendah perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran perilaku ibu-ibu PKK tentang obat KB.