Rinda Kirana
Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang, Bandung Barat 40391

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Analisis Pola Segregasi dan Distribusi Beberapa Karakter Cabai Sofiari, Eri; Kirana, Rinda
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 3 (2009): September 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Capsicum chinense banyak dipakai sebagai sumber gen sifat ketahanan terhadap penyakit padaprogram pemuliaan cabai. Salah satu kelemahan penggunaan C. chinense yaitu bentuk buahnya tidak sesuai dengankeinginan konsumen. Persilangan antara C. annuum L. x C. chinense yang dilanjutkan dengan evaluasi pola segregasiketurunannya yang melibatkan generasi tetua (20 tanaman), F1 (20 tanaman), dan F2 (213 tanaman) dilakukan diRumah Kasa serta di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Sayuran mulai Oktober 2001 sampai Juni 2003.Tujuan penelitian adalah mempelajari tipe segregasi beberapa karakter kualitatif dan kuantitatif pada populasi keturunanpersilangan antara C. annuum x C. chinense. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua karakter kualitatifyang diamati (tipe tumbuh, bentuk daun, warna daun, jumlah bunga tiap nodus, posisi tangkai bunga, sudut antara bungadan tangkai bunga, serta posisi buah) pada populasi F1 termasuk ke dalam kategori sedang/intermediate, sedangkanuntuk karakter kuantitatif seperti umur berbunga, lebar buah, dan jumlah buah per tanaman cenderung menuju kearah C. annuum, tetapi untuk panjang buah lebih cenderung ke arah C. chinense. Bobot buah per tanaman populasiF1 berada pada nilai tengah kedua tetua. Tipe segregasi karakter kualitatif F2 mendekati C. annuum, kecuali bentukbuah cenderung mendekati C. chinense. Karakter kuantitatif hasil persilangan antara C. annuum dan C. chinensediduga dikendalikan oleh gen mayor dan minor sekaligus.ABSTRACT. Sofiari, E. and R. Kirana. 2009. Analysis of the Segregation and Distribution of Some Traits inHot Pepper. Capsicum chinense was used as a diseases resistant donor traits in pepper breeding program. However,C. chinense fruit shape is not preferable for Indonesian market. The interspecific crosses between C. annuum x C.chinense and continue with segregation evaluation of parents (20 plants), F1 (20 plants), and F2 (213 plants) wereconducted at screenhouse and in the field of Indonesian Vegetable Research Institute from October 2001 to June2003. The objectives of this study were to determine the segregation and distribution of 13 progeny characters ofC. annuum and C. chinense crossing. The results showed that there was intermediate type of all F1’s qualitativecharacters (growth habit, leaf shape, leaf color, flower number per node, pedicel position at anthesis stage, tip angle,and fruit position). The quantitative characters such as flowering date, fruit width, and fruit number per plant type ofF1 tended to C. annuum type, except fruit length type of F1 tended to C. chinense type. The qualitative characterson F2 except fruit shape were segregated to C. annuum type. The quantitative characters from C. annuum and C.chinense crossing were estimated due to all at once of major and minor genes.
Uji Adaptasi beberapa Galur Cabai Merah di Dataran Medium Garut dan Dataran Tinggi Lembang Kusmana, -; Kirana, Rinda; Hidayat, Iteu Margareta; Kusandriani, Yeni
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 4 (2009): Desember 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut dan di Kebun Percobaan BalaiPenelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang, Kabupaten Bandung. Jumlah galur yang diuji sebanyak 13 macamdan 3 varietas pembanding. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan. Jumlahtanaman per plot sebanyak 20 batang. Tujuan pengujian untuk mengetahui daya adaptasi beberapa galur cabai yangdihasilkan oleh Balitsa pada lokasi dataran tinggi Lembang dan dataran medium Garut. Terdapat 3 galur cabai besaryang menampilkan hasil di atas 600 g/tanaman pada kedua lokasi penelitian, yaitu galur 2699, Lbg 33-15-4-4, danSF-3, sedangkan galur 349-1, SF-1, SF-2, dan SFK-2 hanya berpotensi hasil tinggi di Lembang, dan galur AHP 24-12-6-8 dan SFK-1 hanya berpotensi hasil tingggi di Garut.ABSTRACT. Kusmana, R. Kirana, I. M. Hidayat, and Y. Kusandriani. 2009. Adaptation Trial of Some ChiliLines in Mid Elevation of Garut and Highland Lembang. The experiment was conducted at Wanaraja, Garut andLembang, Bandung. Number of genotypes tested were 16 including 3 check varieties. A randomized block designwith 3 replications was used. The experiment unit consisted of 20 hills per plot. The objective of the research wasto find out high yielding lines for Garut and Lembang as well as for others similar ecosystem. The results indicatedthat 3 lines showed high yielding at both Garut and Lembang, these were 2699, Lbg 33-15-4-4, and SF-3. Two linesAHP 24-12-6-8 and SFK-1 showed high yielding in Garut, while 4 lines 349-1, SF-1, SF-2, and SFK-2 gave highproductivity at Lembang.
Heterosis dan Heterobeltiosis pada Persilangan 5 Genotip Cabai dengan Metode Dialil Kirana, Rinda; Sofiari, Eri
Jurnal Hortikultura Vol 17, No 2 (2007): Juni 2007
Publisher : Indonesian Center for Horticultural Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Lima genotip cabai merah yang dipilih secara acak disilangkan satu sama lain menurut disain persilangan dialil di Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang pada September 2004. Evaluasi heterosis dan heterobeltiosis dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai Oktober 2005 menggunakan rancangan acak kelompok yang diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa heterosis dan heterobeltiosis terjadi untuk karakter tinggi tanaman, umur berbunga, umur berbuah, panjang buah, dan jumlah buah per tanaman pada populasi F1 hasil persilangan 2 x 14, 14 x 30, 17 x 14, dan 30 x 14. Oleh karena itu peluang pembentukan hibrida dapat diharapkan pada keempat genotip F1 tersebut. Heterosis positif untuk tinggi tanaman berkisar antara 1,84-25,41% dan heterobeltiosis antara 1,63-20,78%. Untuk umur berbunga terjadi heterobeltiosis negatif, berbunga lebih cepat berkisar antara -9,18 sampai dengan -0,19%. Untuk jumlah buah per tanaman dan bobot buah per tanaman, heterosis terjadi berturut-turut 2,27-93,40% dan 6,32-22,84%.ABSTRACT. Kirana, R and E. Sofiari. 2007. Heterosis and Heterobeltiosis in 5 Genotypes of Peppers Using Diallel Crosses. Five genotypes of randomly selected peppers were intercrossed in diallel mating design in the Screen House of Indonesian Vegetable Research Institute on September 2004. Heterosis and heterobeltiosis evaluation were conducted in a field experiment at Indonesian Vegetable Research Institute from March until October 2005 using a randomized block design, replicated 3 times. The results indicated that in general heterosis and heterobeltiosis occurred on plant height, date of flowering, date of fruit set, fruit length, and number of fruits per plant on 4 population of F1 resulted from crossing of 2 x 14, 14 x 30, 17 x 14, and 30 x 14. Therefore the heterosis effect to create F1 hybrid could be expected on the 4 genotypes of F1. Positive heterosis for plant height range from 1.84 to 25.41% with heterobeltiosis range from 1.63 to 20.78%. For flowering date, negative heterobeltiosis occurred with value ranging from -9.18 to -0.19%. Fruit weight and fruit number per plant heterosis occurred successively 2.27 to 93.40 % and 6.32 to 22.84 %, respectively.
KERAGAAN DERAJAT TOLERANSI BEBERAPA GALUR- GALUR CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP PENYAKIT VIRUS KUNING KERITING DI DAERAH ENDEMI Gunaeni, Neni; Kirana, Rinda; Sofiari, Eri
Agrin : Jurnal Penelitian Pertanian Vol 18, No 1 (2014): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2014.18.1.212

Abstract

Penyakit virus kuning keriting termasuk dalam grup Gemini sub grup Begomovirus sampai saat ini masih merupakan virus utama yang menyerang cabai dan dapat menurunkan hasil sampai 100 %. Penanaman varietas toleran tidak hanya mengurangi kerugian oleh pathogen tetapi mengurangi biaya penggunaan pestisida dan keamanan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaan derajat toleransi sebelas galur cabai asal AVRDC dan tiga varietas komersial di Indonesia terhadap penyakit virus kuning keriting. Penelitian dilaksanakan di daerah endemi penyakit virus kuning keriting Desa Gondowangi, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang dan Desa Kersana, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes pada bulan Juli sampai Desember 2010. Variabel pengamatan dilakukan terhadap insiden dan intensitas gejala virus, penampilan fenotipik dan genotip yang resisten.   Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Diperoleh galur cabai yang mempunyai tingkat konsistensi terhadap penyakit kuning keriting yaitu satu galur cabai PP 0537 – 7558 mempunyai tingkat ketahanan resisten/Toleran (tahan/toleran), satu galur  0735 – 56041 – 1  WTG  moderat resisten  (agak tahan), empat galur   0735 – 5623 WTG, Lado, Lembang-1 dan TM – 999 moderat suceptible (agak peka) dan dua galur  0737 – 7651 – B dan 0707 – 7512 – B suceptible (peka). Kata kunci : Capsicum annuum L., keragaan derajat toleransi, penyakit virus kuning keriting ABSTRACTPepper Yellow Leaf Curl Virus disease included in the subgroup Gemini group Begomovirus is still a major viruses that attack peppers and can reduce yield up to 100 %. Using resistance varieties are not only could yield reduce loss but also reduce pesticide used environmental sefty. The Objective   of this study was to determine the concictency level of resistance of eleven lines introduced from AVRDC, and three commercial varieties of Indonesia. The experiment was conducted in endemic areas of Pepper Yellow Leaf Curl Virus disease (Gondowangi Village, Sawangan Distric Magelang and Kersana Village, Brebes) from July to December 2010. Variables observations were made on the incidence and intensity of symptoms of the virus, the appearance of phenotypic and genotypic resistant. The results showed that : Hot pepper line that have acquired a level of consistency to the disease that is one line of Pepper yellow Leaf Curl Virus PP 0537 - 7558 has a resistance level of resistant / tolerant, one lines of 0735 - 56041-1 WTG moderate resistant, four line 0735 - 5623 WTG, Lado, Lembang-1 and TM - 999 suceptible moderate and two lines 0737-7651 - B and 0707-7512 - B suceptible. Key words : (Capsicum annuum L.), diversity level tolerance, Pepper Yellow Leaf Curl Virus
Uji Adaptasi beberapa Galur Cabai Merah di Dataran Medium Garut dan Dataran Tinggi Lembang Kusmana, -; Kirana, Rinda; Hidayat, Iteu Margareta; Kusandriani, Yeni
Jurnal Hortikultura Vol 19, No 4 (2009): Desember 2009
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v19n4.2009.p%p

Abstract

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut dan di Kebun Percobaan BalaiPenelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang, Kabupaten Bandung. Jumlah galur yang diuji sebanyak 13 macamdan 3 varietas pembanding. Rancangan percobaan yang digunakan adalah acak kelompok dengan 3 ulangan. Jumlahtanaman per plot sebanyak 20 batang. Tujuan pengujian untuk mengetahui daya adaptasi beberapa galur cabai yangdihasilkan oleh Balitsa pada lokasi dataran tinggi Lembang dan dataran medium Garut. Terdapat 3 galur cabai besaryang menampilkan hasil di atas 600 g/tanaman pada kedua lokasi penelitian, yaitu galur 2699, Lbg 33-15-4-4, danSF-3, sedangkan galur 349-1, SF-1, SF-2, dan SFK-2 hanya berpotensi hasil tinggi di Lembang, dan galur AHP 24-12-6-8 dan SFK-1 hanya berpotensi hasil tingggi di Garut.ABSTRACT. Kusmana, R. Kirana, I. M. Hidayat, and Y. Kusandriani. 2009. Adaptation Trial of Some ChiliLines in Mid Elevation of Garut and Highland Lembang. The experiment was conducted at Wanaraja, Garut andLembang, Bandung. Number of genotypes tested were 16 including 3 check varieties. A randomized block designwith 3 replications was used. The experiment unit consisted of 20 hills per plot. The objective of the research wasto find out high yielding lines for Garut and Lembang as well as for others similar ecosystem. The results indicatedthat 3 lines showed high yielding at both Garut and Lembang, these were 2699, Lbg 33-15-4-4, and SF-3. Two linesAHP 24-12-6-8 and SFK-1 showed high yielding in Garut, while 4 lines 349-1, SF-1, SF-2, and SFK-2 gave highproductivity at Lembang.
Karakterisasi Morfologi Phytophthora Asal Cabai dan Seleksi Ketahanan Enam Genotipe Cabai Rawit (Capsicum frutescens) terhadap Penyakit Busuk Akar Wartono, Wartono; Kirana, Rinda
Berkala Penelitian Agronomi Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33772/bpa.v8i2.15175

Abstract

Penyakit busuk akar yang disebabkan oleh Phytophthora capsici merupakan penyakit yang sering dijumpai padatanaman cabai rawit. Identifikasi patogen penyebab penyakit dan penyediaan varietas tahan merupakan hal penting yangperlu dilakukan untuk menentukan tindakan pengendalian yang tepat. Penelitian bertujuan mengkarakterisasiPhytophthora asal cabai dan mengevaluasi ketahanan enam genotipe cabai rawit terhadap dua isolat Phytophthora.Phytophthora diisolasi dari dua lokasi tanaman cabai di Jawa Barat. Karakter yang diamati adalah bentuk koloni,sporangia, papila, sporangiofor, dan tipe kawin. Genotipe cabai rawit yang dievaluasi terdiri dari 5 kultivar dan 1 galur.Inokulasi dilakukan pada tanaman berumur 5 minggu dengan menyiramkan 5 mL suspensi zoospora dengan kerapatan2000 zoospora/mL di sekitar perakaran. Pengamatan insidensi dan keparahan penyakit mulai dilakukan pada 3 sampaidengan 37 hari setelah inokulasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa isolat Phytophthora yang dikarakterisasimempunyai kemiripan morfologi dengan P. capsici. Isolat B1 menunjukkan tingkat virulensi lebih tinggi dibandingkandengan isolat PCB5.1. Berdasarkan hasil evaluasi diketahui bahwa kultivar Lokal Lembang dan Midun bereaksi tahanterhadap Phytophthora isolat B1 dan PCB5.1. Sementara kultivar Madun dan Tripang hanya tahan terhadap isolatPCB5.1.Kata kunci: busuk akar, cabai, evaluasi ketahanan, Phytophthora