Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

Kondisi Perairan Pantai Jelenga Sumbawa Barat sebagai Area Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Erwansyah Erwansyah; Nunik Cokrowati; Sunaryo Sunaryo
Ilmu Perairan (Aquatic Science) Vol 9, No 2 (2021): Juli 2021
Publisher : Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31258/jipas.9.2.p.94-98

Abstract

Budidaya rumput laut dapat dilakukan pada perairan yang memiliki kondisi lingkungan yang sesuai dengan habitat rumput laut. Kappaphycus alvarezii merupakan jenis rumput laut yang tergolong alga merah penghasil karaginan yang dibudidayakan di perairan Indonesia termasuk di Pulau Sumbawa. Budidaya rumput laut K.alvarezii mulai dilakukan kembali pada tahun 2020 di perairan pantai Jelenga yang terletak di Kabupaten Sumbawa Barat. Metode budidaya yang digunakan adalah metode patok dasar dengan memanfaatkan area pasang surut yang masih tetap terendam air pada saat surut terendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan perairan pantai Jelenga saat ini untuk area budidaya rumput laut K. alvarezii. Kondisi lingkungan tersebut diantaranya adalah kualitas air lokasi budidaya. Penelitian ini menggunakan metode survei langsung di lokasi penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan pantai Jelenga memiliki kisaran suhu 29,2-29,8°C, pH 7,2-7,1, salinitas 32-34 ppt, oksigen terlarut 5,2-7,8 mg/L, nitrat 11-12,7 mg/L, fosfat 0,004-0,12 mg/L, dan kecepatan arus 7,2–16 cm/detik. Kesimpulan penelitian ini adalah kondisi lingkungan perairan pantai Jelengah saat ini sesuai dengan lingkungan yang disayaratkan sebagai area budidaya rumput laut K alvarezii
INTRODUKSI TEKNOLOGI BUDIDAYA RUMPUT LAUT Gracilaria sp. DI TAMBAK DESA KAUNG SUMBAWA Nunik Cokrowati; Zaenal Abidin; Hardawiansyah; Edi Sulman; Erwansyah
Journal of Rural and Urban Community Empowerment Vol. 2 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.022 KB) | DOI: 10.31258/jruce.2.1.24-28

Abstract

Gracilaria sp. merupakan rumput laut penghasil “agar”yang dapat diolah menjadi makanan, kosmetik, obat,bahan tambahan pengolahan tekstil dan cat. Budidaya Gracilaria sp. belum dilakukan di wilayah Pulau Sumbawa termasuk diantaranya Desa Kaung Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa yang memiliki area tambak yang potensial untuk budidaya Gracilaria sp. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuam dan keterampilan budidaya Gracilaria sp. di tambak bagi masyarakat Desa Kaung. Metode kegiatan ini adalah dengan cara menyampaikan dan praktek secara langsung teknik budidaya Gracilaria sp di tambak. Hasil kegiatan diantaranya adalah sosialisai tujuan dan manfaat kegiatan disampaikan secara langsung dan praktek secara langsung budidaya Gracilaria sp. di tambak. Kesimpulan kegiatan ini adalah pengetahuan dan teknologi budidaya Gracilaria sp di tambak telah diintroduksi ke masyarakat dan pembudidaya rumput laut di Desa Kaung.
PELATIHAN PEMELIHARAAN LARVA IKAN BANDENG SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PANDA KECAMATAN PALIBELO KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Alis Mukhlis; Nunik Cokrowati; Anita Prihatin Ilyas; Septiana Dwiyanti; Sanca Rahmatullah; Sumiyati Andriani
Journal of Rural and Urban Community Empowerment Vol. 2 No. 1 (2020)
Publisher : Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (437.005 KB) | DOI: 10.31258/jruce.2.1.37-41

Abstract

Pemenuhan kebutuhan benih ikan bandeng di Kabupaten Bima masih mengandalkan benih alam baik dari hasil penangkapan maupun yang masuk ke dalam tambak melalui saluran air pada saat terjadinya pasang air laut. Ketersediaan benih alam tergantung pada musim pemijahan sehingga benih tidak tersedia sepanjang tahun. Oleh karena itu kemampuan masyarakat petambak dalam memproduksi benih ikan Bandeng secara mandiri sangat diperlukan. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan pemeliharaan larva kepada masyarakat sasaran. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan teknis masyarakat petambak ikan Bandeng di Kecamatan Palibelo terhadap teknologi pemeliharaan larva ikan bandeng skala rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan di Desa Panda Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 24 November 2020. Metode yang digunakan adalah dengan cara memberikan penyuluhan dan praktek langsung pemeliharaan larva ikan bandeng skala rumah tangga. Hasil kegiatan ini adalah penyuluhan dan praktek langsung pemeliharaan larva bandeng skala rumah tangga dapat terlaksana dan dapat dipahami oleh peserta kegiatan. Kesimpulan kegiatan ini adalah pemahaman dan kemampuan teknis masyarakat petambak ikan Bandeng di Kecamatan Palibelo terhadap teknologi pemeliharaan larva ikan bandeng skala rumah tangga, telah ditingkatkan melalui kegiatan ini.
The Weight of Seedlings Differs on the Growth of Sargassum sp. Ifla Afifilah; Nunik Cokrowati; Nanda Diniarti
Jurnal Biologi Tropis Vol. 21 No. 1 (2021): Januari - April
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v21i1.2540

Abstract

Sargassum sp. is a brown alga containing alginate and iodine and is used in the food, pharmaceutical, cosmetic and textile industries. Cultivation of Sargassum sp. has not been carried out, but it needs efforts to be cultivated so that its availability is sustainable. This study aims to determine the growth of Sargassum sp. cultivated with different seed weight in the longline method. This research was conducted from December 2020 to January 2021, in the waters of Ekas Bay, Ekas Buana Village, Jerowaru District, East Lombok Regency. This research was conducted using experimental methods and using the weight difference treatment of the seeds of Sargassum sp. Cultivation was carried out for 30 days. The experimental design used in this study was a completely randomized design consisting of 5 treatments and 4 replications. The treatments were treatment A (seeds weighing 25 g), B (seeds weighing 50 g), C (seeds weighing 100 g as a control), D (seeds weighing 150 g) and E (seeds with a weight of 150 g). weight 200 g). The results showed that E treatment showed the best growth results with the growth parameters measured were absolute growth, specific growth, number of leaves and number of fruits. This study concludes that different seed weight has a significant effect on the growth of seaweed Sargassum sp. with the longline method with the best seed weight in this study was the E treatment (200 g) with an absolute growth of 437.5 g, a specific growth rate of 21.50%, 4999 fruit numbers, and 3614 leaves.
Growth Performance Sargassum sp. Cultivated in Labuan Ijuk, Moyo Hilir Sumbawa Besar Regency, Nusa Tenggara Barat Nunik Cokrowati; Dewi Nur'aeni Setyowati; Salnida Yuniarti Lumbessy; Erwansyah Erwansyah
Jurnal Biologi Tropis Vol. 21 No. 3 (2021): September - Desember
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v21i3.2936

Abstract

Sargassum sp. is an alginate-producing brown alga that is used in the food, drug, and cosmetic industries. Sargassum sp. can be found in the waters of West Nusa Tenggara, namely on the islands of Lombok and Sumbawa. Sargassum sp. has not been cultivated in the waters of West Nusa Tenggaracurrently, Sargassum sp. is only exploited from nature. So it is necessary to cultivate efforts in the waters of West Nusa Tenggara. The waters of Labuan Ijuk, Sumbawa Besar Regency, have the potential as a location for the development of Sargassum sp. This study aimed to study the growth performance of Sargassum sp. with different initial seedling weights by using the bottom-off method. The research method used is the experimental method with the experimental design is a completely randomized design. The treatment in this study consisted of five treatments with four replications. Treatment A with 50 gr seed weight, B 75 gr seed weight, C 100 gr seedling weight, D 125 gr seedling weight, and E 150 gr seedling weight. Data analysis using ANOVA and 5% BNJ follow-up test. The results showed that the highest absolute weight was obtained in treatment E, which was 39.75 g, as well as the highest specific weight was obtained in treatment E, which was 36.81%. The lowest absolute weight was obtained in treatment C, 24.25 g, with the lowest specific weight also being 26.47%. This research concludes the optimum growth of Sargassum sp. obtained in cultivation using an initial seed weight of 150 gs.      
Difference Long Irradiation on The Growth Rate of Kappaphycus Alvarezii Lulu Lutfiati; Nunik Cokrowati; Fariq Azhar
Jurnal Biologi Tropis Vol. 22 No. 1 (2022): January - March
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v22i1.3292

Abstract

The study aimed to find out the long-standing difference in irradiation to the growth rate of Kappaphycus alvarezii in controlled containers. The method used is experimental. This study used a Complete Randomized Design (RAL) using four (4) treatments with 3 repeats, namely the treatment of P1 control (without irradiation), P2 (8 hours of irradiation), P3 (10-hour irradiation), P4 (12-hour irradiation). The data were analyzed using analysis of variance (ANOVA) at a rate of 5% with a confidence interval of 95% and continued with the Duncan test. In this study, the average results of absolute weight and the highest specific daily growth rate at P4 treatment of 25.67±1.53 gr, 3.30±0.06%, followed by P3 treatment 21±2 gr, 3.11±0.09%, P2 treatment 16±1 gr, 2.87±0.06%, and lowest P1 treatment 12.33±2.08 gr, 2.63±0.15%. The average value of light intensity in each treatment is P1 1053±41.00 lux, P2 1256±27.71 lux, P3 1479±0.58 lux, and P4 1668±34.64 lux. Water quality parameters during maintenance are in the normal limit range for seaweed maintenance. D treatment produces the highest growth value this is because the light is an energy source in the process of photosynthesis, in chlorophyll plants, photosynthesis is the main process determining the rate of growth. The quality and amount of light that enters affects the growth of seaweed. This research concluded that the maintenance of Kappaphycus alvarezii in controlled containers with different irradiation had a significant effect on growth. 12 hours irradiation (P4) gave the best growth with an absolute weight of 16.00 g, and a specific growth rate of 4.06% per day and gave the highest chlorophyll-a value of 2.72 mg/l. Meanwhile, the highest phycoerythrin value was found in (P1) without irradiation, which was 4.58 mg/l.
Pengembangan Budidaya Rumput Laut Kappaphycus alvarezii di Perairan Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa Nunik Cokrowati; Aluh Nikmatullah; Edy Sulman; Hardawiansyah Hardawiansyah; Erwansyah Erwansyah; Zainal Abidin
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 2 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.291 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i2.800

Abstract

Budidaya rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma spinosum telah di lakukan di perairan Indonesia yaitu di Lombok, Sumbawa, Nusa Tenggara Timur, Makasar, Situbondo, Prigi, Madura, Lampung dan Sorong Papua. Kappaphycus alvarezii merupakan jenis rumput laut penghasil kappa karaginan yang dapat digunakan sebagai bahan baku di industri makanan, farmasi dan kosmetik. Sedangkan Eucheuma spinosum merupakan rumput laut penghasil iota karaginan yang dapat dimanfaatkan untuk bahan baku di industri makanan. Tujuan kegiatan ini adalah mengembangkan budidaya rumput laut di perairan Kecamatan Buer Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dengan karakteristik perairannya. Metode kegiatan yang digunakan adalah Focus Discussion Group (FGD) dan demplot budidaya rumput laut secara langsung di perairan laut. Hasil kegiatan ini adalah pada FGD dirumuskan permasalahan dan alternatif solusinya pada budidaya rumput laut. Kegiatan penegmbangan budidaya rumput laut menggunakan metode patok dasar dilakukan di perairan Pulau kaung. Budidaya mengguanakn metode long line dikembangkan di perairan Labuan mapin dan Labuan Burung. Pengembangan kegiatan budidaya tersebut diharapkan dapat meingkatkan ekonomi rumah tangga masyrakat. Kesimpulan dari kegiatan ini adalah upaya pengembangan budidaya rumput laut di perairan Kecamatan Buer telah dilakuakn dengan metode budidaya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing perairan perairan.  
Introduksi “Bondre” Untuk Mengatasi Gagal Panen Rumput Laut Pada Cuaca Ekstrim di Pantai Jelenga Kabupaten Sumbawa Barat Nunik Cokrowati; Muhammad Junaidi; Nanda Diniarti; Andre Rachmat Scabra; Sunaryo Sunaryo
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 3 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (411.068 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i3.946

Abstract

Perairan pantai Jelenga terletak di Kecamatan Jereweh Kabupaten Sumbawa Barat, merupakan lokasi budidaya rumput laut sejak tahun 2010. Kegiatan budidaya sempat terhenti karena perubahan minat masyarakat terhadap mata pencaharian dan kembali dilakukan pada tahun 2020. Permasalahan mitra kegiatan yang perlu disolusikan adalah gagal panen akibat gelombang besar. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengintroduksi penggunaan jaring “Bondre” pada budidaya rumput laut untuk mengatasi gagal panen akibat gelombang besar. Metode kegiatan yang digunakan adalah tutorial langsung melalui kegiatan penyuluhan dan pendampingan mengenai pembuatan, penggunaan dan manfaat jaring bondre. Hasil kegiatan adalah kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara memberikan penjelasan secara langsung dan memberikan contoh bondre untuk diterapkan pada musim gelombang besar. Diskusi dan pendampingan mengenai upaya peningkatan produksi rumput laut juga dilakukan. Kesimpulan kegiatan ini adalah introduksi penggunaan dan manfaat bondre telah dilakukan kepada pembudidaya rumput laut di pantai Jelenga.
IPTEKS Bagi Masyarakat Kelompok Pembudidaya Lobster Muhammad Junaidi; Ayu Adhita Damayanti; Bagus Dwi Hari Setyono; Nunik Cokrowati
Unram Journal of Community Service Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Pascasarjana Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (369.983 KB) | DOI: 10.29303/ujcs.v1i1.6

Abstract

Due to the increasing demand for lobster raw materials, the demand for lobster seeds continues to increase. UD Sari Laut as a lobster farming group is struggling to meet the demand for lobsters due to the limited number of floating net cages (In Indonesian called KJA) for running lobster seed farms. In an intensive lobster farming business, it is estimated that about 70% of production costs come from feed costs. The aim of this activity is to implement waste fishing technology using floating maps to increase the scale of lobster farming and reduce feed purchase costs. The activity method used is the demonstration plot directly with activity partners with activity stages including preparation for the purchase of floating net cages (KJA) and floating maps, group training, coaching, monitoring and evaluation. The result of this activity was the addition of KJA plots to 9 plots, previously only 6 plots giving a positive value to UD Sari Laut. Besides being able to house about 1,350 lobster seeds, with the addition of KJA plots it can also be used for lobster seed nursery operations with a profit of Rp. 2,970,000/month. The results of the garbage floating cards purchasing activity to meet the need for comprehensive lobster culture feed in KJA provides positive value for KUB Cinta Bahari. Where before having a floating card, the growers usually bought waste fish from fishermen around the site. The cost of buying waste fish ranges from Rp. 30,000 - Rp 50,000, depending on the season and the size of the business. So, with the operation of the floating card, the production cost of feed can be reduced. The existence of this floating card provides additional income, selling fish of high commercial value in the market. The conclusion of this activity is that this activity has a positive value for the target group, by increasing the number of floating net cages for the storage and breeding of lobster seeds and the availability of floating card cages.
MASKULINISASI IKAN CUPANG (Betta Sp.) MENGGUNAKAN AIR KELAPA MELALUI METODE PERENDAMAN EMBRIO DENGAN LAMA WAKTU YANG BERBEDA Mega Selfiaty; Nunik Cokrowati; Nanda Diniarti
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Vol 10, No 1 (2022): JURNAL AKUAKULTUR RAWA INDONESIA
Publisher : Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jari.v10i1.15732

Abstract

Tujuan dari penelitian ini yakni untuk menganalisa lama waktu perendaman terbaik embrio menggunakan air kelapa terhadap maskulinisasi ikan cupang (Betta Sp.). Penelitian ini dilakukan selama 45 hari, terhitung dari tanggal 20 Juni 2021 sampai dengan tanggal 7 Agustus 2021 bertempat di Labrotarium Basah Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini yaitu embrio ikan cupang yang berumur 28 jam. Rancangan penelitian yang diterapkan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan, yaitu : P1 (tanpa perendaman / 0 jam), P2 (perendaman 6 jam), P3 (perendaman 12 jam), dan P4 (perendaman selama 18 jam). Embrio ikan cupang direndam dalam air kelapa dengan dosis 10%/L. Pengamatan persentase jantan dilakukan pada saat ikan cupang berumur 45 hari dengan cara mengidentifikasi ciri seksual sekunder. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah persentase ikan cupang jantan pada perlakuan P1 yaitu 58,34%, P2 dengan hasil 82,40%, P3 sebesar 83, 69% serta P4 yaitu 74,97%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan air kelapa dalam maskulinisasi ikan cupang (Betta splendens) menggunakan metode perendaman embrio dengan lama waktu yang berbeda memberikan pengaruh nyata terhadap tingkat persentase ikan cupang jantan, akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan cupang. Perlakuan persentase ikan jantan terbaik didapatkan pada perlakuan P3 dengan lama waktu perendaman 12 jam yaitu sebesar 83,69%.Kata kunci : air kelapa, embrio, ikan cupang, maskulinisasi