Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas udara di wilayah studi PLTU Amurang pada tahun 2014. Pembangkit listrik tenaga uap saat ini merupakan pilihan pemerintah dalam menanggulangi krisis listrik. Tetapi dilain pihak penggunaan batubara sebagai bahan bakar akan menghasilkan bahan pencemar (polutan) yang dapat menimbulkan efek berupa emisi pencemar, emisi yang dihasilkan dapat berupa SO2, NO2, CO, TSP bahkan arsen. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif yang menggambarkan hasil identifikasi senyawa pencemar dan partikulat di udara hasil pembakaran batubara. Penelitian ini menggunakan metode analisis Pararosanilin, Saltzman, NDIR, Gravimetri dan ICP-MS.Konsentrasi CO tertinggi terdapat pada lokasi pertama yakni 0,04 µg/Nm3sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi kedua yakni 0 µg/Nm3, konsentrasi SO2 tertinggi terdapat pada lokasi pertama yakni 0,023 µg/Nm3sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi kedua dan ketiga yakni 0 µg/Nm3, konsentrasi NO2 tertinggi terdapat pada lokasi ketiga yakni 0,924 µg/Nm3sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi kedua yakni 0 µg/Nm3, konsentrasi TSP yang tertinggi terdapat pada lokasi ketiga yakni 2,05 µg/m3 sedangkan yang terendah terdapat pada lokasi pertama yakni -1,706 µg/m3, Untuk parameter Arsen dalam jaringan tumbuhan didapatkan hasil sebesar 81,13 µg/l.Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kualitas udara di PLTU Amurang masih berada dibawah baku mutu udara ambien menurut PP. No. 41 Tahun 1999.