Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Majalah Kedokteran Sriwijaya

Hubungan Antara Ekspresi Cyclooxygenase-2 Dengan Derajat Histopatologi dan Invasi Limfovaskular Karsinoma Sel Skuamosa Serviks Listinawati Listinawati; Henny Sulastri; Wresnindyatsih Wresnindyatsih; Mutiara Budi Azhar
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2707

Abstract

Karsinoma sel skuamosa (KSS) serviks merupakan karsinoma invasif yang terdiri dari sel-sel dengan diferensiasi skuamosa. Berdasarkan derajat histopatologinya KSS serviks dibagi menjadi derajat 1 (diferensiasi baik), derajat 2 (diferensiasi sedang) dan derajat 3 (diferensiasi buruk). Banyak faktor yang berperan dalam karsinogenesis KSS serviks, antara lain cyclooxygenase-2, enzim kunci dalam sintesis prostaglandin, namun hubungan antara COX-2 dengan derajat histopatologi KSS serviks masih menjadi kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ekspresi COX-2 dengan derajat histopatologi dan invasi limfovaskular KSS serviks dengan pemeriksaan immunohistokimia. Penelitian ini adalah penelitian potong-lintang. Lima puluh slaid sampel diambil dengan cara simple random sampling dari arsip Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari Januari sampai Desember 2013. Dilakukan pulasan menggunakan antibodi COX-2 dan dianalisis hubungan ekspresi tersebut dengan derajat histopatologi dan invasi limfovaskular KSS serviks. Hasil penelitian didapatkan derajat histopatologi terbanyak adalah derajat atau diferensiasi buruk (derajat 2 dan 3) sebesar 78%, diikuti derajat atau diferensiasi baik (22%). Terdapat hubungan yang bermakna antara ekspresi COX-2 dengan derajat histopatologi KSS serviks (p=0,046). Invasi limfovaskular dijumpai pada 78% kasus, tetapi tidak berhubungan dengan positifitas ekspresi COX-2 (p=0,618). Didapat juga temuan lain yaitu sebukan atau infiltrasi sel radang yang padat pada 72% kasus dan adanya hubungan yang bermakna dengan positifitas ekspresi COX-2 (p=0,020). Disimpulkan bahwaekspresi COX-2 paling tinggi terdapat pada KSS serviks dengan derajat atau diferensiasi buruk dan semakin menurun pada derajat atau diferensiasi baik. Invasi limfovaskular tidak berhubungan dengan ekspresi COX-2.
Hubungan Karakteristik Klinis dengan Gambaran Histopatologi Teratoma Ovarium di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013-2015 Anggia Fabelita; Wresnindyatsih Wresnindyatsih; Amirah Novalia
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 49, No 3 (2017): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v49i3.8508

Abstract

Teratoma ovarium merupakan neoplasia sel germinal yang berasal dari sel germinal primordial dan tersusun dari tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan mesoderm. Teratoma timbul dari suatu ovum setelah pembelahan meiosis dan berasal dari sel-sel totipoten. Teratoma dapat terbagi menjadi matur, immatur dan monodermal. Di Indonesia masih sangat sedikit penelitian mengenai teratoma ovarium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara usia, lateralitas dan ukuran tumor dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium di RSUP Dr. Moh Hoesin Palembang. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan studi cross sectional. Sebanyak 65 sampel diambil secara consecutive sampling dari data rekam medik di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang dari 1 Juni 2013 – 1 Juni 2015. Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan Chi square test dan Fisher’s exact test diolah dengan SPSS versi 22. Usia penderita teratoma ovarium tertinggi adalah kelompok usia 21-30 tahun yaitu 24 kasus (36,9%). Lateralisasi tumor teratoma ovarium terbanyak adalah unilateral kanan yaitu sebanyak 41 kasus (63,1%). Ukuran tumor teratoma ovarium terbesar adalah > 10 cm sebanyak 34 kasus (47,9%). Tidak terdapat hubungan antara usia dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium (p=0,674). Tidak terdapat hubungan antara lateralisasi dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium (p=0,455). Terdapat hubungan bermakna antara ukuran tumor dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium (p=0,004). Tidak terdapat hubungan antara lateralitas dengan ukuran tumor teratoma ovarium (p=0,063).