Claim Missing Document
Check
Articles

Found 40 Documents
Search

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG Nurjanah, Dewi; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 1: Juni 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Terapi intravena digunakan untuk memperbaiki kondisi pasien dalam mempertahankan cairan tubuh. Salah satu komplikasi adalah flebitis. Flebitis merupakan peradangan dinding vena yang disebabkan karena iritasi kimia, bakteri maupun mekanik yang ditandai dengan nyeri, kemerahan dan kadang sampai timbul bengkak lokal sekitar area penusukan. Pemilihan lokasi penusukan sesuai Standart Operasional Prosedur (SOP) di vena yang ideal dapat mengurangi kejadian flebitis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lokasi penusukan infus dan tingkat usia dengan kejadian flebitis di ruang rawat inap dewasa RSUD Tugurejo Semarang. Metode yang digunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dilaksanakan tanggal 5-30 November 2011 menggunakan purposive sampling dengan sampel 70 responden. Hasil uji statistik menunjukan ada hubungan lokasi penusukan infus dengan kejadian flebitis terlihat dari p value 0,014. Tidak ada hubungan usia dengan kejadian flebitis terlihat dari hasil p value 0,237. Pada analisa multivariat p value 0,00 dan Kendall W 0,421 yang berarti memiliki hubungan keeratan asosiasi yang cukup kuat antar keseluruhan pasangan variabel. Direkomendasikan dalam pelaksanaan pemberian terapi intravena harus sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP), meskipun dalam pemilihan lokasi vena sudah ideal apabila tidak memperhatikan faktor lain maka flebitis dapat terjadi.   Kata Kunci: Lokasi Penusukan Infus, Usia, Kejadian Flebitis
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN CUCI TANGAN DI RS.TELOGOEJO SEMARANG Kusumaningtiyas, Siska; Kristiyawati, Sri Puguh; Purnomo, S. Eko Ch.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Angka kejadian infeksi nosokomial yang diperoleh dari berbagai sumber menunjukan angka kejadian yang tinggi. Tingginya angka kejadian infeksi nosokomial disebabkan karena berbagai hal, seperti tidak patuhnya perawat untuk melakukan tindakan universal precautions yaitu dengan cuci tangan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan cuci tangan perawat di Rumah Sakit Telogorejo Semarang. Desain penelitian ini adalah survey studi korelasi dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel 70 responden dengan teknik Cluster sampling. Hasil penelitian menunjukkan karateristik responden berdasrkan umur menunjukan sebagian besar responden mempunyai umur 21-40 tahun, jenis kelamin perempuan, berpendidikan S1 keperawatan, mempunyai lama kerja >10 tahun, memiliki fasilitas lengkap 11 ruangan, sebagian besar perawat patuh melakukan cuci tangan. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara umur, pendidikan, lama kerja  dengan kepatuhan cuci tangan, Tidak ada hubungan antara fasilitas  dengan kepatuhan cuci tangan, Hubungan jenis kelamin dengan kepatuhan cuci tangan ini tidak dapat dianalisis hal ini dikarenakan semua responden berjenis kelamin perempuan. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah diharapkan agar pihak rumah sakit mampu menurunkan angka kejadian penyebaran infeksi nosokomial, untuk fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit dilakukan pemeliharaan wastafel dengan mengecek fungsi wastafel setiap ruangan.   Kata Kunci          :  usia, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja, fasilitas dan kepatuhan cuci tangan
PERBEDAAN pH SALIVA SEBELUM DAN SESUDAH MENGGOSOK GIGI DENGAN PASTA GIGI YANG MENGANDUNG SORBITOL DAN XYLITOL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Ismi’anifatun, Dyah; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang ditandai dengan naiknya kadar gula dalam darah. Penyakit tersebut ditandai salah satunya dengan menurunnya pH saliva. Penurunan pH saliva dapat meningkatkan resiko terkena penyakit rongga mulut yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Oleh karena itu dibutuhkan upaya pencegahan penyakit rongga mulut, salah satunya dengan meningkatkan pH saliva pasien DM. Peningkatan pH saliva dilakukan dengan cara menggosok gigi dengan pasta gigi yang engandung sorbitol dan xylitol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pH saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi. Desain penelitian ini adalah Quasi experiment dengan jumlah sampel 30 responden dengan teknik purposive sampling. Penelitian dilakukan pada tanggal 7 November – 20 Desember 2011. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pH saliva sebelum dan sesudah menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung sorbitol dan xylitol, dengan nilai (p < 0,05). Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah agar dilakukan observasi pH saliva pada pasien DM,  pencegahan penurunan pH saliva dengan rutin menggosok gigi 2-3 kali sehari dan pengontrolan kadar gula darah sehingga kesehatan mulut pasien DM tetap terjaga.   Kata kunci: Diabetes Mellitus, Derajat Keasaman Sebelum Menggosok Gigi, Derajat Keasaman Sesudah Menggosok Gigi, Pasta gigi yang Mengandung Sorbitol dan Xylitol
EFEKTIVITAS RANGE OF MOTION (ROM) AKTIF-ASISTIF: SPHERICAL GRIP TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS PADA PASIEN STROKE DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Sukmaningrum, Febrina; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Stroke merupakan penyebab kematian ketiga di negara maju, setelah penyakit jantung dan kanker. Sekitar 2,5% meninggal dan sisanya cacat ringan maupun berat. Salah satu dampak yang terjadi pada pasien stroke adalah mengalami kelemahan di salah satu sisi tubuh. Oleh karena itu, pasien stroke memerlukan rehabilitasi yaitu latihan rentang gerak/ROM. Latihan untuk menstimulasi gerak pada tangan  salah satunya berupa latihan menggenggam yang merupakan latihan fungsional tangan. Latihan ROM spherical grip dilakukan secara aktif-asistif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ROM aktif-asistif: spherical grip terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional selama 7 hari dengan perlakuan 2 kali sehari. Sampel yang diambil sebanyak 20 responden dengan mengukur kekuatan otot sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Hasil uji statistik Wilcoxon Match Pairs diperoleh nilai p rata-rata pada hari ke-2 sore sebesar 0,014 (< 0,05), selanjutnya pada hari ke-3 sore sebesar 0,046 (< 0,05), hari ke-4 pagi sebesar 0,046 (< 0,05), dan hari ke-6 pagi sebesar 0,046 (< 0,05). Sehingga dapat disimpulkan terdapat peningkatan kekuatan otot antara  sebelum dan sesudah latihan ROM aktif-asistif: spherical grip di RSUD Tugurejo Semarang.   Kata Kunci: Stroke, ROM aktif-asistif: spherical grip, peningkatan kekuatan otot
HUBUNGAN ANTARA CYBERSEX DENGAN PERILAKU MASTURBASI PADA REMAJA DI SMA KESATRIAN 1 SEMARANG Erawati, Gusana Prinda; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Banyak yang menyebut masa remaja adalah masa pencarian jati diri. Karena remaja mudah terpengaruh oleh teman, lingkungan, dan beberapa diantaranya menjerumus pada hal-hal yang negatif. Contohnya adalah menggunakan media internet untuk mengakses situs-situs porno atau yang biasa disebut dengan cybersex. Jika cybersex dilakukan dengan cara chatting, fantasi seks akan menjadi semakin parah. Karena merasa seolah-olah benar-benar berhubungan seks dengan partner online-nya. Karena kedua pasangan sama-sama saling merangsang. Kalau sudah begini, dorongan seksual pun bertambah susah dibendung. Untuk menyalurkan dorongan itu, kegiatan seksual mandiri seperti masturbasi mau tidak mau dilakukan. Semakin sering terangsang, semakin bermasturbasi. Masturbasi disebut sebagai upaya memuaskan diri sendiri dengan rangsangan seksual yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara cybersex dengan perilaku masturbasi pada remaja di SMA Kesatrian 1 Semarang. Desain penelitian ini adalah analisis deskriptif, jumlah sampel 92 responden yang menggunakan tekhnik purposive sampling. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah cybersex dan variabel terikat adalah perilaku masturbasi pada remaja. Hasil korelasi adalah nilai p= 0,000 (<0,05) dan r= 0,437 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara cybersex dengan perilaku masturbasi dimana semakin lama sesorang mengakses situs cybersex maka orang tersebut berkemungkinan melakukan masturbasi. Rekomendasi hasil penelitian ini adalah untuk menjelaskan dampak buruk dari masturbasi. Sedangkan masturbasi sendiri memiliki efek yang negatif pada psikologi maupun fisik, antara lain nyeri punggung dan selakangan, rasa letih sepanjang hari, kebotakan, impotensi dan kebocoran katup air mani.   Kata Kunci: Cybersex dan perilaku masturbasi
PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI DENGAN GENERAL ANESTESI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN RELAKSASI OTOT PROGRESIF DI RS PANTI WILASA CITARUM SEMARANG Uskenat, Maria Dagobercia; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Pembedahan adalah salah satu tindakan pengobatan dengan penyembuhan penyakit dengan cara memotong, mengiris anggota tubuh yang sakit. Pembedahan dilakukan dengan anestesi general maupun regional. Anestesi general yaitu anestesi yang bertujuan untuk menghilangkan  sensasi di seluruh tubuh dan kesadaran. Pembedahan akan menimbulkan respon psikologis yaitu kecemasan. Untuk mengurangi kecemasan dapat diatasi dengan menggunakan relaksasi otot progresif, karena dapat menekan saraf saraf simpatis di mana dapat menekan rasa tegang yang dialami oleh individu secara timbal balik, sehingga timbul counter conditioning (penghilangan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan  tingkat kecemasan pasien pre operasi dengan general anestesi sebelum dan sesudah diberikan relaksasi otot progresif di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Desain penelitian ini menggunakan Quasi eksperimental, dengan rancangan penelitian “one group pre test – post test design”. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah 30 orang. Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah paired sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan relaksasi otot progresif dengan p= 0,000 atau < 0,05. Rekomendasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagi salah satu alternatif  dalam mengontrol tingkat kecemasan pasien pre operasi.   Kata kunci: Kecemasan, relaksasi otot progresif, dan pre operasi
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KETERGANTUNGAN ACTIVITY DAILY LIVING DENGAN DEPRESI PADA PASIEN STROKE DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Ratnasari, Pepy; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, timbul berbagai macam penyakit yang dapat membahayakan kesehatan manusia.  Salah satu contohnya adalah penyakit stroke. Dampak dari penyakit stroke di antaranya keterbatasan aktivitas dan depresi. Tujuan penelitian ini  untuk mengetahui hubungan antara tingkat ketergantungan Activity Daily Living (ADL) dengan depresi pada pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang.  Metode penelitian menggunakan deskriptif korelatif.  Teknik sampling yang digunakan purposive sampling dengan jumlah 20 responden.  Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara depresi dengan ADL pasien stroke.  Terlihat dari hasil variabel depresi sebagian besar responden mengalami depresi sedang (60%) dan pada variabel ADL sebagian besar termasuk kategori ADL  sangat tergantung (45%).  Hasil analisis Spearman Rank dinyatakan ada hubungan  antara depresi dengan ADL pasien stroke di RSUD Tugurejo Semarang. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perawat lebih memperhatikan, mengerti, dan dapat memberikan asuhan keperawatan.terhadap kondisi ADL yang dialami pasien stroke.   Kata kunci: Depresi, ADL, Stroke
HUBUNGAN ANTARA OBESITAS SENTRAL DAN DISLIPIDEMIA TERHADAP KEJADIAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI) DI RS TELOGOREJO SEMARANG Hermawanto, Sonny; Kristiyawati, Sri Puguh; Solechan, Achmad
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2012
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Kejadian AMI di dunia merupakan pembunuh nomor satu, bahkan pada negara berkembang seperti Indonesia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Honolulu Heart Study, risiko AMI didapatkan lebih tinggi pada kelompok obesitas sentral dibandingkan non obesitas sentral. Penelitian multiple risk factor intervention trial mengatakan, kenaikkan kadar kolesterol dalam hal ini dislipidemia, berbanding lurus dengan peningkatan terjadinya AMI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara obesitas sentral dan dislipidemia dengan kejadian AMI dan mengidentifikasi karakteristik pasien AMI di RS Telogorejo Semarang. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif, dengan jumlah sampel 20 responden dengan teknik populasi sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara obesitas sentral dan dislipidemia terhadap kejadian AMI di RS Telogorejo Semarang. Terlihat dari hasil crosstab variabel obesitas sentral sebesar 70% (p < 0,01), dan pada crosstab variabel dislipidemia sebesar 100% (p < 0,01). Karakteristik responden pasien AMI dengan usia > 60 tahun sebanyak 11 responden (55%), usia ≤ 60 tahun 9 responden (45%), responden laki-laki 17 (85%), pada perempuan 3 responden (15%). Rekomendasi hasil penelitian ini adalah agar menghindari faktor risiko AMI seperti (obesitas sentral dan dislipidemia) dan melakukan diet rendah lemak.Kata kunci: AMI, obesitas sentral, dan dislipidemia
EFEKTIFITAS PERAGA FOOD MODEL DAN FLIP CHART DALAM PENDIDIKAN KESEHATAN PASIEN DIABETES MELLITUS TYPE II DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Pramukti, Anissa Loviana; Kristiyawati, Sri Puguh; Ch. Purnomo, S. Eko
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun sangat potensial untuk dapat dicegah dan dikendalikan melalui salah satu pilar pengelolaan berupa edukasi atau pendidikan kesehatan tentang perencanaan makan. Pendidikan kesehatan yang baik didukung oleh penggunaan media peraga yang tepat, contohnya dalam penelitian ini menggunakan peraga food model dan flip chart. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas antara alat peraga food model dan flip chart dalam pendidikan kesehatan pasien diabetes mellitus type II di RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, jumlah sampel yang diperoleh 60 responden dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan terdiri dari 12 item pertanyaan, media peraga food model, dan flip chart. Analisa data menggunakan uji Independent Sample t-test. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh nilai t hitung sebesar 2,314 lebih besar dari t tabel (> 2,000) dengan ρ value sebesar 0,024 (ρ < 0,05), yang berarti ada perbedaan efektifitas alat peraga food model dan flip chart. Hasil penelitian selisih nilai rata-rata (mean) dari masing-masing peraga food model = 2,83 sedangkan flip chart = 2,13 (2,83 > 2,13), mean food model lebih besar daripada flip chart. Sehingga disimpulkan bahwa peraga food model lebih efektif dibandingkan dengan flip chart dalam pendidikan kesehatan pada pasien DM type II di RSUD Tugurejo Semarang. Maka diharapkan dalam bidang pelayanan keperawatan dapat menggunakan media food model dalam pendidikan kesehatan.Kata kunci: food model, flip chart, pendidikan kesehatan, diabetes mellitus
HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENJALANKAN SOP PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS Triwidyawati, Dinna; Kristiyawati, Sri Puguh; Ch. Purnomo, S. Eko
Karya Ilmiah S.1 Ilmu Keperawatan Tahun 2013
Publisher : STIKES Telogorejo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah sakit merupakan unit pelayanan medis yang sangat kompleks, dimana  pasien yang dirawat inap mendapatkan terapi intravena. Terapi intravena adalah terapi medis yang dilakukan secara invasif untuk mensuplai cairan, elektrolit, nutrisi dan obat melalui pembuluh darah. Salah satu komplikasi pemberian terapi intravena adalah phlebitis, sehingga  untuk mencegah terjadinya phlebitis diperlukan kepatuhan perawat dalam melakukan pemasangan infus yang sesuai dengan Standar Operasional Procedure. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Procedure pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling. Populasi penelitian ini adalah pasien yang dipasang infus dan perawat di ruang rawat inap RSUD Tugurejo Semarang yang telah melakukan pemasangan infus dengan total sampel 74 responden. Pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi. Setelah data diperoleh kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari keseluruhan responden sebagian besar perawat menjalankan pemasangan infus sesuai Standar Operasional Procedure dalam kategori patuh sebanyak 52 responden dan sebagian besar pasien tidak mengalami phlebitis sebanyak 47 responden (90,4%). Berdasarkan hasil uji analisis didapatkan nilai X2 sebesar 23,641 didapatkan nilai p value sebesar 0,000 (p value < 0.05). Kesimpulan Ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan perawat dalam menjalankan Standar Operasional Procedure pemasangan infus dengan kejadian phlebitis di RSUD Tugurejo Semarang. Phlebitis merupakan peradangan pada dinding pembuluh darah vena, yang menyebabkan ketidaknyamanan dan memperburuk area lokasi penusukan. Dengan demikian diharapkan perawat mendapat informasi tentang terapi intravena yang sesuai Standar Operasional Procedure, sehingga dapat meminimalisasi kejadian phlebitis. Kata kunci : Kepatuhan perawat, Standar Operasional Procedure pemasangan infus, Phlebitis.