Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Jurnal Kesehatan Andalas

Tuberculosis Disseminata pada Pasien Imunokompeten Sukma Lini; Fauzar Fauzar; Roza Kurniati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 4 (2019): Online December 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i4.1120

Abstract

Abstrak Tuberkulosis Disseminata didefinisikan sebagai penyebaran dua atau lebih pada organ tubuh yang disebabkan oleh penyebaran lymphohematogenous Mycobacterium tuberculosis. Dilaporkan pasien wanita usia 24 tahun dengan keluhan utama sesak nafas, serta adanya ulkus pada aksila, leher dan lengan. Ulkus ini diawali dengan munculnya benjolan yang kemudian pecah dan bernanah. Biopsi kulit didapatkan gambaran tuberkulosis kulit. Pemeriksaan pencitraan dikombinasikan dengan gambaran histopatologi, kecurigaan klinis dan perbaikan dengan terapi OAT diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis, terutama dalam kasus tuberkulosis ekstrapulmoner. Kejadian tuberkulosis diseminata jarang, biasanya menyerang pasien dengan gangguan kekebalan tubuh. Pada pasien ini telah dilakukan berbagai pemeriksaan untuk menelusuri kondisi imunodefisiensi tapi tidak ditemukan. Gambaran lesi paru miliar pada rontgen thorak sering ditemukan pada pasien tuberkulosis diseminata dan gambaran ekstrapulmoner yang bervariasi. Diagnosis pasti tuberkulosis ekstrapulmoner sangat sulit, bergantung pada temuan histologis dan/atau bakteriologis dari hasil biopsi jaringan.
Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemilihan Kontrasepsi di Puskesmas Padang Pasir Padang Abrar Jurisman; Ariadi Ariadi; Roza Kurniati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 5, No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v5i1.467

Abstract

AbstrakPemerintah berupaya menekan laju pertumbuhan Indonesia dengan melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004-2009 adalah meningkatkan penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Saat ini terdapat berbagai metode kontrasepsi. Banyak wanita mengalami kesulitan dalam memilih kontrasepsi. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan karakteristik ibu dengan pemilihan kontrasepsi. Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitik dengan metode cross sectional.  Populasi penelitian adalah seluruh pasangan usia subur yang sudah menikah dan masih aktif menjadi akseptor KB.  Sampel diambil dengan menggunakan teknik consecutive sampling berjumlah 96 responden. Variabel dependen pada penelitian ini adalah  umur ibu, jumlah anak dan tingkat pendidikan sedangkan variabel independen adalah pemilihan kontrasepsi. Hasil penelitian didapatkan 29 responden memilih kontrasepsi IUD (30,21%) dan 67 responden memilih kontrasepsi non-IUD (69,79%).  Hasil analisis bivariat menunjukkan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan kontrasepsi (p=0,000), sedangkan umur dan jumlah anak tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan kontrasepsi (p=0,590). Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. Seseorang dengan tingkat pendidikan tinggi cenderung memilih kontrasepsi IUD.Kata kunci: kontrasepsi, IUD, KB AbstractThe government efforts to suppress rate of population growth in Indonesia with doing The Family Planning program (KB) stated in the Medium Term Development Plan in 2004-2009 was increasing use of the long-term contraceptive method. Currently there are various methods of contraceptive. Many women find it difficult to choose contraception.  The objective of this study was to determinet the relationship of mother characteristic to selection contraceptive.Type of this research use descriptive analytic with a cross sectional method. The population was all couples of childbearing age that already married and active to be KB acceptor.  The 96 respondents were taken by using consecutive sampling. The dependent variable of this reaserch were age, number of children and education while the independent variable was selection contraceptive. The result showed 29 respondents use IUD (30.21%) and 67 respondent use non IUD (69.79%). The result of bivariate analysis showed that the education had significant relation to selection contraceptive (p=0.000), but the age and number of children did not have significant relation to selection contraceptive (p=0.590). It can be concluded that there is a significant relation between the education to selection contraceptive. A person with high education levels tend to choose the IUD.Keywords:  contraceptive, IUD, family planning
Analisis Kadar Kreatinin Serum Sebelum dan Setelah Terapi Tenovofir pada Penyandang HIV di RS Dr. M. Djamil Padang Periode 2012-2013 Regina Ivanovna; Efrida Efrida; Roza Kurniati
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 3, No 2 (2014)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v3i2.93

Abstract

AbstrakPenyakit ginjal merupakan penyebab kematian nonAIDS paling tinggi pada penyandang HIV. Penggunaan regimen anti- retroviral diselidiki memiliki kontribusi terhadap kejadian penyakit ginjal. Disfungsi tubulus ditemukan pada penyandang HIV dengan terapi tenofovir. Pemeriksaan kreatinin digunakan untuk skrining kerusakan ginjal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar kreatinin sebelum dan setelah terapi tenofovir. Telah dilakukan penelitian secara kohort retrospektif terhadap penyandang HIV dengan terapi tenofovir di RS dr. M. Djamil Padang periode 2012-2013. Dilakukan pemeriksaan kreatinin serum sebelum dan setelah terapi tenofovir dengan metode Jaffe. Data kadar kreatinin serum didapatkan melalui rekam medik. Hasil perbedaan rata-rata kadar kreatinin serum sebelum dan setelah terapi tenofovir dianalisis menggunakan uji T berpasangan. Sebanyak 18 subyek penelitian dipilih dari jumlah total 652 penyandang HIV rawat inap dan rawat jalan. Sebanyak 196 penyandang HIV memakai terapi tenofovir (30%). Rentang lama pemberian terapi tenofovir adalah 2-57 minggu. Pada hasil penelitian, didapatkan perbedaan rata-rata kadar kreatinin serum yang bermakna sebelum dan setelah terapi tenofovir sebesar 0,7± 0,2 mg/dLdan 0,9 ± 0,5 mg/dL (P<0,05). Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kreatinin serum setelah terapi tenofovir pada penyandang HIV.Kata kunci: HIV, tenofovir, kreatinin serumAbstractKidney disease is the highest nonAIDS related mortality among HIV patients. The use of antiretroviral therapy is investigated to contribute in kidney disease. Tubular dysfunction is found in HIV patients with tenofovir therapy. Creatinine test is used to screen kidney dysfunction. The aim of this study was to determine the mean difference of serum creatinine level before and after tenofovir administration.A cohort retrospective research was carried out in DR..M. Djamil Hospital upon HIV patients with tenofovir within 2012-2013. Serum creatinine test was conducted before and after administration of tenofovir with automatic machine and Jaffe reaction. The result of mean difference of serum creatinine before and after administration of tenofovir is analised by paired T test.Eighteen research subjects is determined from total amount of in and out patient. A total of 196 patients were administered with tenofovir (30%). The range of tenofovir administration was between 2-57 weeks. From the research, obtained a significant mean difference before (0,7± 0,2 mg/dL) and after (0,9 ± 0,5 mg/dL) administration of tenofovir (P<0,05).The conclusion of this study is there is increasing of serum creatinine level before and after administration of tenofovir.Keywords: HIV, tenofovir, serum creatinine