Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FAKTOR RISIKO KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DESA BINJAI KOTA MEDAN TAHUN 2020 Dinda Mutiara; Razia Begum Suroyo; Rina Hanum
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 7, No 2 (2021): OKTOBER 2021
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v7i2.1598

Abstract

ABSTRAKDi tingkat United Nations Childrens Fund (UNICEF) tahun 2017, Prevalensi stunting bayi berusia di bawah lima tahun (balita) Indonesia pada tahun 2015 sebesar 36,4%. Artinya lebih dari sepertiga atau sekitar 8,8 juta balita mengalami masalah gizi di mana tinggi badannya di bawah standar sesuai usianya. %. Pencapaian Sustainable Development Goals (SDG’s) tahun 2030 adalah mengakhiri segala bentuk malnutrisi termasuk mencapai target internasional 2025 untuk penurunan anak pendek (stunting) dan anak kurus (wasting) pada balita dan mengatasi kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui, serta lansia. penelitian analitik observasional dengan desain case control. Populasi  penelitian adalah seluruh Balita yang tinggal menetap di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai berjumlah 4001 balita, pengambilan sampel secara purposive sampling dengan jumlah 28 balita, terdiri dari 14 balita kasus dan 14 balita kontrol dan tinggal menetap di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh pada pengetahuan gizi ibu selama hamil p = 0,023, riwayat pola makan 0-6 bulan  p = 0,020, riwayat pola makan 7-12 bulan  p = 0,008, riwayat pola makan 1-3 Tahun  p = 0,033, Berat badan lahir p = 0,703, riwayat penyakit infeksi p = 0,056, jarak kelahiran  p = 0,252, tinggi badan orang tua p = 0,122, dan pendapatan p = 0,008. ada hubungan pengetahuan gizi ibu selama hamil, riwayat pola makan 0-6 bulan, riwayat pola makan 7-12 bulan, riwayat pola makan 1-3 tahun dan pendapatan terhadap kejadian stunting dan tidak ada hubungan berat badan lahir, riwayat penyakit infeksi, jarak kelahiran, tinggi badan orang tua terhadap kejadian stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Binjai Kota Medan Tahun 2020.Kata Kunci          : Faktor risiko, Stunting, Balita
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe Rina Hanum; Bukhari Bukhari
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 8, No 2 (2022): OKTOBER 2022
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v8i2.2439

Abstract

Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun dan usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan status gizi merupakan hasil keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh dan penggunaannya dimana status gizi merupakan keadaan kesehatan akibat interaksi antara makanan, tubuh manusia dan lingkungan hidup manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi lansia ditinjau dari faktor asupan makanan, penyakit dan kondisi mental lansis. Jenis Penelitian yang digunakan adalah Analitik dengan desain crosssectional. Populasi dan sampel penilaian ini seluruh lansia di Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe yang berjumlah 98 lansia. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara faktor asupan makanan, penyakit yang diderita dan kondisi mental lansia dengan status gizi lansia di Puskesmas Muara Dua Kota Lhokseumawe dimana nilai ρ semuanya berada dibawah 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada lansia dan keluarga untuk dapat memperhatikan status gizi lansia sehingga lansia dapat menjalani masa tuanya dengan sehat dan sejahtera.Kata Kunci : Gizi Lansia, Asupan Makanan, Penyakit, Status MentalOld age is someone who has reached the age of more than 60 years and old age is said to be the final stage of development in the human life cycle. While nutritional status is the result of a balance between nutrients that enter the body and their use where nutritional status is a state of health due to the interaction between food, the human body and the human environment. This study aims to determine the factors that influence the nutritional status of the elderly in terms of food intake, disease and mental conditions of the elderly. The type of research used is analytical with a cross-sectional design. The population and sample for this assessment are all elderly people at the Muara Dua Health Center, Lhokseumawe City, totaling 98 elderly. The results showed that there was a significant relationship between the factors of food intake, illness and mental condition of the elderly with the nutritional status of the elderly at the Muara Dua Health Center, Lhokseumawe City where the values were all below 0.05 so Ha was accepted and Ho was rejected. Based on the results of this study, it is suggested to the elderly and their families to be able to pay attention to the nutritional status of the elderly so that the elderly can live their old age in a healthy and prosperous manner.Keywords :  Elderly Nutrition, Food Intake, Illness, Mental Status 
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Dengan Kekambuhan ISPA Pada Balita Rina Hanum; Bukhari Bukhari
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i1.2824

Abstract

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, hal ini disebabkan masih meningkatnya balita kematian ISPA karena pneumonia pada balita. ISPA merupakan masalah kesehatan yang terbesar terutama dinegara berkembang. Kematian akibat ISPA terutama pneumonia sebesar 13,5% (1,5 juta) dari Angka Kematian Total (11,1 juta). Kematian pada penderita ISPA terjadi jika penyakit telah mencapai derajat ISPA yang berat. Paling sering kematian terjadi karena infeksi telah mencapai paru-paru. Keadaan ini disebut sebagai radang paru mendadak atau pneumonia. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pengetahuan orang tua mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), mengatur pola makan dengan tujuan memenuhi nutrisi balita, menciptakan lingkungan yang nyaman serta menghindari faktor pencetus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor yang berhubungan dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di BPM Talitha Sunggal, Sumatra Utara. Desain penelitian yang dilakukan adalah Survey Analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 52 ibu balita. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan analisa data dengan menggunakan uji chi square.  Dari hasil penelitian didapat pengetahuan baik dalam pencegahan ISPA sebanyak 53,8%, memiliki lingkungan yang cukup dalam pencegahan ISPA sebanyak 50%, peran orang tua baik kepada anak tentang pencegahan ISPA sebanyak 48,1%. Ada hubungan pengetahuan (sig. 0,015), lingkungan (sig. 0,036) dan peran orang tua (sig. 0,000) dalam pencegahan ISPA dengan kekambuhan ISPA pada balita di BPM Talitah Sunggal, Sumatra Utara. Kesimpulan penelitian ini dimana pengetahuan, lingkungan dan peran orang tua berhubungan dengan kekambuhan ISPA pada balita.Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran Orang tua, Pola Makan, Lingkungan, ISPAAcute Respiratory Infections (ARI) is one of the major public health problems, due to the increase in ARI deaths due to pneumonia in toddlers. ARI is a major health problem, especially in developing countries. Deaths due to ARI, especially pneumonia, amounted to 13.5% (1.5 million) of the total mortality rate (11.1 million). Death in patients with ARI occurs if the disease has reached a severe degree of ARI. Most often death occurs because the infection has reached the lungs. This situation is referred to as sudden pneumonia. Prevention efforts that can be done are increasing parental knowledge about Acute Respiratory Tract Infection (ARI), regulating diet with the aim of fulfilling toddler nutrition, creating a comfortable environment and avoiding precipitating factors. The purpose of this study was to analyze the factors associated with ARI prevention with ARI recurrence in toddlers at BPM Talitha Sunggal, North Sumatra. The research design conducted was Analytical Survey with cross sectional approach. The sample in this study were 52 mothers of toddlers. Data collection using questionnaires and data analysis using chi square test.  From the results of the study obtained good knowledge in preventing ARI as much as 53.8%, having a sufficient environment in preventing ARI as much as 50%, the role of good parents to children about ARI prevention as much as 48.1%. There is a relationship between knowledge (sig. 0.015), environment (sig. 0.036) and the role of parents (sig. 0.000) in the prevention of ARI with the recurrence of ARI in toddlers at BPM Talitah Sunggal, North Sumatra. The conclusion of this study is that knowledge, environment and the role of parents are associated with the recurrence of ARI in toddlers.Keywords: Knowledge, Attitude, Parental Role, Diet, Environment, ARI