Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Install identitas pribumi dalam praktik komunikasi etnik Tionghoa di Bima, Indonesia Kadri Kadri; Abdul Wahid
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 9, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.882 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v9i1.32423

Abstract

Fenomena interaksi komunitas Tionghoa di Bima menarik untuk dipelajari karena kenyataan minimnya konflik antara etnik Tionghoa dengan masyarakat lokal. Studi ini bertujuan untuk mengungkap fenomena installing identitas etnik yang dilakukan warga Tionghoa dalam komunikasinya dengan masyarakat pribumi Bima, Nusa Tenggara Barat sebagai upaya untuk menjadi orang Bima secara sosial dan psikis. Riset ini menggunakan metode kualitatif, dengan tradisi fenomenologi ini menjadikan 20 orang etnik Tionghoa dan 15 orang etnik Bima sebagai informan untuk diwawancarai dan diamati sejak Oktober 2019 hingga Juli 2020. Hasil riset menunjukkan bahwa etnik Tionghoa di Bima melakukan installing identitas etnik dengan cara menginternalisasi nilai-nilai budaya Bima, terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya, mengambil bagian dalam hobi komunal etnik Bima, dan menggunakan bahasa daerah di ruang publik secara intens. Meskipun proses installing identitas etnik telah mengefektifkan komunikasi warga Tionghoa dengan masyarakat Bima, namun bukan berarti etnik Tionghoa serius meng-install dirinya menjadi orang Bima karena hal tersebut hanya mereka lakukan di ruang publik sebagai bentuk pengelolaan kesan dengan motif subjektif dan pragmatis agar mereka sukses berbisnis dan bisa diterima di kalangan masyarakat lokal tanpa resistensi. Secara teoretis, studi ini turut memperkaya kajian komunikasi antarbudaya dengan model pengelolaan kesan etnik Cina yang ditemukannya. Secara pragmatis, studi ini penting sebagai referensi bagi etnik Tionghoa dalam membangun komunikasi yang efektif dengan komunitas lokal di Indonesia.  
Strategi Komunikasi Masyarakat Bima dalam Mentransfer Nilai Kearifan Lokal Mbojo pada Anak Usia Dini Kadri Kadri
Al-I'lam: Jurnal Komunikasi dan Penyiaran Islam Vol 3, No 2 (2020): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.875 KB) | DOI: 10.31764/jail.v3i2.2533

Abstract

Abstrak:Penelitian ini fokus mengungkap strategi komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat Bima dalam mentransfer nilai kearifan lokal Mbojo pada anak usia dini. Riset kualitatif ini mengambil sampel pada dua kelurahan di Kota Bima dan empat desa di Kabupaten Bima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa memaksimalkan peran orang tua, pendidik, tokoh agama, dan tokoh masyarakat secara kolaboratif meruapakan strategi komunikasi yang dianggap efektif oleh masyarakat Bima dalam  mentransfer nilai kearifan lokal Mbojo pada anak usia dini. Para transformator kearifan lokal Mbojo tersebut menggunakan strategi komunikasi langsung dan tidak langsung saat menanamkan nilai kearifan lokal Mbojo. Komunikasi langsung lebih banyak dilakukan oleh orang tua dan pendidik, sementara komunikasi tidak langsung dilakukan oleh keempat transformator lewat keteladanan dalam aktivitas sosial keseharian mereka. Menjadikan anak usia dini sebagai sasaran transformasi kearifan lokal Mbojo yang diintegrasikan dengan pendidikan karakter merupakan langkah yang tepat dan konstruktif untuk membangun generasi Mbojo masa depan yang berkepribadian mulia sesuai dengan ajaran Islam dan budaya Mbojo. Abtsract:This study focuses on uncovering communication strategy of Bima community in transferring the value of Mbojo’s local wisdom to early-aged children. This qualitative research sampled two villages in Bima City and four villages in Bima Regency. The results showed that maximizing the role of parents, educators, religious leaders, and community leaders collaboratively was an effective communication strategy for Bima community in transferring the value of Mbojo’s local wisdom to early-aged children. The four mbojo local wisdom transformer use direct and indirect communication strategies when instilling the value of that Mbojo local wisdom. Direct communication is mostly done by parents and educators, while indirect communication is carried out by all of them (Parents, educators, religious leaders, and community leaders) through the exemplary in their daily social activities. Making early-aged children as the target of transformation of Mbojo’s local wisdom integrated with character building is the right and constructive step to make Mbojo’s future generation who have noble personalities in accordance with Islamic teachings and Mbojo’s culture
Beragama di Pulau Pariwisata Internasional : Pengalaman Toleransi Komunitas Muslim di Lombok Nusa Tenggara Barat Akhmad Asyari; Kadri Kadri; Jumarim Jumarim
MANAZHIM Vol 4 No 2 (2022): AGUSTUS
Publisher : Manajemen Pendidikan Islam STIT Palapa Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36088/manazhim.v4i2.2021

Abstract

Muslim residents in tourist destinations are often seen as victims of the socio-religious impact of the tourism industry in their area. In contrast to this view, this article sees Muslims as important actors in maintaining Islamic traditions amid the negative influence of the tourism industry. This qualitative study focuses on revealing the religious experiences of Muslims in three international tourism islands on Lombok Island, particularly in maintaining Islamic teachings and synchronizing them with tourism activities. The results showed that Muslim residents in Gili Trawangan, Gili Gede and Kuta Village implemented the teachings of tolerant Islam to accommodate religious and economic interests in tourism destinations. Islamic teachings are maintained through independent, institutional-based strengthening, and strengthening by the government. This study recommends the importance of maintaining a tolerant Islamic tradition in international tourism destinations to support tourism and maintain Islamic teachings.
ISLAMIC DA'WA, SOCIAL IDENTITY AND VIOLENCE AGAINST AHMADIYYA COMMUNITY IN LOMBOK Afifudin Adnan; Kadri Kadri; Siti Nurul Yaqinah
TAJDID: Jurnal Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan Vol 7 No 1 (2023): April
Publisher : LP2M IAI Muhammadiyah Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52266/tadjid.v7i1.2347

Abstract

This article discusses Islamic da'wa, social identity and violence against Ahmadiyya community in Lombok. This article is field research using qualitative methods and a case study approach. To analyze this phenomenon, this article uses social identity theory. It highlights how individuals develop and understand their identity in relation to specific social groups. The stigma and identity of Ahmadis as a group considered heretical by mainstream Muslims means that they are often victims of violence. Since post-reform until now, the Ahmadiyya community has experienced displacement from their hometowns, such as the violence in Pancor East Lombok in 2002, and Ketapang Gerung Village, Lingsar District, West Lombok in 2006 and 2010, and finally in Sakra East Lombok 2021. The results of this study revealed that: First, violence against Ahmadiyya in Lombok was caused by conservative Islamic proselytizing patterns. Although in fact Islamic groups in Lombok are moderate. Second, strengthening the social identity distinction between the Aswaja and Ahmadiyya groups in social relations. Thus, Ahmadis become a minor identity victimized, so they do not get freedom in the public sphere, even isolated by mainstream Islamic groups.