Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Calcareous Nanofossil of Post-Gondwana Sequence in Southern Banda Arc, Indonesia Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Rikza Nur Faqih An Nahar; Zulfiah; Winda Eka Mandiri Puteri; Adrianus Damanik; Rubiyanto Kapid
Journal of Geoscience, Engineering, Environment, and Technology Vol. 6 No. 2 (2021): JGEET Vol 06 No 02 : June (2021)
Publisher : UIR PRESS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25299/jgeet.2021.6.2.6287

Abstract

The presence of calcareous nannofossils in samples of the Post-Gondwana sequences (Kolbano and Viqueque sequence) gives guidance about the relative age of the study area located in the Outer Banda Arc, namely Timor, Rote, and Sawu Island. The study was carried out on six traverses, Timor Island traverse (Baun and Camplong), Rote Island traverse (Termanu and Central Rote), and Sawu Island traverses (West Sawu and East Sawu). There is 29 outcrop sample prepared using the smear slide method and observed using a polarizing microscope with 1000x magnification. The results of the study showed the presence of Cretaceous, Paleogene, and Neogen-Quarternary calcareous nannofossil. There are 82 species from 14 families identified in the post-Gondwana sequence. The results showed that the assemblage of calcareous nannofossil in Cretaceous characterized by the presence of Watznaueria fasciata, Watznaueria cynthae, Cyclagelosphaera brezae, Orastrum campanensis, and Micula concava. The assemblage of Paleogene calcareous nannofossil characterized by the presence of Coccolithus staurion, Chiasmolithus solitus, Discoaster minimus, Tawelus (?) magnicrassus, Chiasmolithus bidens, Prinsius africanus, Cyclicargolithus luminus, Spenolithus elongatus, Reticulofenestra umbilica, Cruciplacolithus vanheckae, and Helicospharea seminulum, and the assemblage of Neogene calcareous nannofossil characterized by the presence of Reticulofenestra pseudoumbilica, Discoaster quinqueramus, Helicosphaera princei, and Discoaster pansus. Quarternary calcareous nannofossil characterized by the presence of Ponthospaera indooceanica.
Karakteristik Geokimia Basal Alkali Formasi Manamas di Sungai Bihati, Baun, Pulau Timor Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Happy Christin Natalia; Joko Wahyudiono; Rinaldi Ikhram
EKSPLORIUM Vol 42, No 1 (2021): Mei 2021
Publisher : Pusat Teknologi Bahan Galian Nuklir - BATAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17146/eksplorium.2021.42.1.6205

Abstract

ABSTRAK Batuan beku Formasi Manamas di Sungai Bihati, Baun merupakan salah satu singkapan batuan beku di Pulau Timor yang belum banyak diteliti berdasarkan karakter geokimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui genesa dan proses yang terjadi pada batuan beku Formasi Manamas dalam kerangka tektonik yang terjadi di Pulau Timor berdasarkan analisis petrografi dan geokimia. Analisis geokimia dilakukan dengan menggunakan X-ray Fluorescence (XRF) dan Inductively Coupled Plasma-mass Spectrometery (ICP-MS) untuk mengetahui senyawa utama, unsur jejak, dan unsur tanah jarang. Batuan beku Formasi Manamas berupa intrusi basal dengan afinitas alkali yang menunjukkan pola pengayaan unsur tanah jarang yang identik dengan Ocean Island Basalt (OIB). Penelitian ini membuktikan adanya dua mekanisme pengayaan unsur yang berbeda yaitu fluid related enrichment yang berkaitan dengan aktifitas subduksi lempeng Samudra Hindia di bawah Busur Banda dan melt related enrichment yang diperkirakan berasal dari sisa lempeng Samudra Hindia yang patah yang masuk kedalam zona reservoir OIB. Kedua magma lalu bercampur dan mengalami underplating di bawah Busur Banda. ABSTRACT The igneous rock of Manamas Formation in the Bihati River, Baun is one of the igneous rock outcrops in Timor Island that has not been widely studied based on its geochemical characteristic. This study aims to determine the genesis and processes that occur in the igneous rocks of the Manamas Formation within tectonic framework of Timor Island based on petrographic and geochemical analysis. X-ray Fluorescence (XRF) and Inductively Coupled Plasma-mass Spectrometery (ICP-MS) were used to determine the major elements, trace elements, and rare earth elements. The igneous rock of the Manamas Formation is a basalt intrusion with an alkaline affinity which shown an enrichment pattern of rare earth elements identical to Ocean Island Basalt (OIB). This study proves the existence of two different mechanisms of elemental enrichment, fluid related enrichment which related to the subduction activity of the Indian Ocean plate under the Banda Arc and also melt related enrichment which originated from the broken Indian Ocean plate which enters the OIB reservoir zone. The two different magmas then mix and underplating beneath the Banda Arc.
Sosialisasi Potensi Pengembangan Wisata Keramikan Suoh, Kabupaten Lampung Barat Linda Permata; Edo Kharisma Army; Angga Jati Widiatama; Muhammad Akbari Danasla; Hafid Zul Hakim; Fadli Nur Alfariezky; Binsar Sepriyadi Simarangkir
ETHOS (Jurnal Penelitian dan Pengabdian) Vol 9 No.2 (Juni, 2021) Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (Sains & Teknologi
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/ethos.v9i2.6933

Abstract

Abstract. Geotourism has become well-known all around Indonesia as many placessustain distinctive characters – from the environment, aesthetics, culture, toresidents. Keramikan, without exception, located in the borders of Kecamatan Suohand Bandar Negeri Suoh has captured many local tourists by its exceptionalgeological and scientific importance: geothermal site. However, both tourists andthe management have to struggle to enjoy this attractive geosite because of the lackof accessibility and amenity. Therefore, attempt measures were done to exaggeratethe beauty of Keramikan geothermal site as a tourism site or geosite, including a)story-based socialization for locals that they can explain many ‘whys’ inside the siteto the coming tourists, b) explaining through video the existing condition ofaccessibility and amenity as well as how the management can improve, c) postermaking and distribution to start the health and safety awareness of the public,independent tourism organization, and Keramikan workers, and the government.Although attractions are undeniably appealing for stakeholders and tourists, the factthat accessibility and amenity cannot be improved due to regulation and licenserestrictions will be the downfall for the management. Therefore, this socialization isaimed to educate as well as to address the fundamental problems to the authority.Keywords: geotourism, geosite, Keramikan Suoh, socializationAbstrak. Pesona Wisata Keramikan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, eratkaitannya dengan peristiwa vulkanik yang hebat dan berlangsung hingga sekarang.Pengelolaan daerah wisata ini sudah dilakukan, namun perlu dorongan danpengetahuan sebagai upaya meningkatkan daya tarik pengunjung. Upayapeningkatan daya tarik dilakukan dengan menyosialisasikan kejadian KawahKeramikan dan sekitarnya dari sudut pandang geologi dan legenda setempatkepada media massa dan mitra, yaitu Kelompok Sadar Wisata, pengelola, komunitasojek, Kecamatan Suoh, dan Dinas Pariwisata Lampung Barat. Upaya ini dilengkapidengan pembuatan dan menyosialisasi video berisikan aspek atraksi, aksesibilitasdan amenitas. Mitra juga dibekali dengan manfaat-manfaat air panas sertahimbauan kesehatan dan keselamatan kepada pengunjung. Mitra mengalamipeningkatan pemahaman potensi dengan disosialisasikannya potensi pengembangankepada komunitas ojek, pengelola, dan Kelompok Sadar Wisata dari segi atraksi.Namun, pemerintah, Dinas Pariwisata, dan pengelola Wisata Keramikan Suoh tidakdapat melakukan perbaikan akses dan pengembangan fasilitas pendukung(amenitas) karena perizinan. Selain observasi lapangan, metode wawancara jugadilakukan dengan hasil aksesibilitas dan amenitas yang kurang memadai akanmengurangi minat pengunjung walaupun Wisata Keramikan Suoh memiliki atraksikuat. Solusi permasalahan ini tidak dapat langsung dijawab, tetapi potensi dan hal-hal yang menghambat pengembangan wisata sudah diangkat ke pihak-pihak yang berwenang.Kata Kunci: geowisata, Keramikan Suoh, sosialisasi
Nanofosil Gampingan Formasi Ofu Berumur Neogen Di Pulau Rote Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Rikza Nur Faqih An Nahar; Adrianus Damanik; Winda Eka Mandiri Putri; Zulfiah Zulfiah
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 4, No 3 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.4.3.2021.126-133

Abstract

Formasi Ofu merupakan bagian paling muda dari sikuen Kolbano yang litologinya didominasi batugamping pelagik. Belum adanya penelitian tentang diversitas dan zonasi umur nanofosil gampingan menjadikan riset ini penting dilakukan. Riset ini berhasil mengidentifikasi tujuh famili dan 19 spesies nanofosil gampingan. Nanofosil gampingan didominasi genus Discoaster, Dictyococcites, dan Reticulofenestra yang dapat dibagi menjadi tiga zonasi, dan satu zona transisi Pliosen-Pleistosen. Permulaan Miosen, Burdigalian-Tortonian (zona NN 2-NN 10) ditandai pemunculan awal Helicosphaera kamptnerihingga pemunculan awal Discoaster quinqueramus. Zona NN11 yang berumur Tortonian-Messinian ditandai pemunculan awal hingga pemunculan akhir Discoaster quinqueramus. Zona NN12-NN15 (Messinian-Zanclean) ditandai pemunculan awal hingga pemunculan akhir Discoaster pansus. Transisi Pliosen-Pleistosen (NN 16-NN 21) ditandai dengan pemunculan akhir dari Discoaster pansus hingga pemunculan akhir Dictyococcites productus dan Helicosphaera princei. Tingginya diversitas nanofosil mengindikasikan kondisi upwelling. Melimpahnya genus Helicosphaera serta genus Calcidiscus merupakan indikasi daerah upwelling yang dipengaruhi oleh pertemuan arus hangat dan arus dingin.
Ichnofossils Characteristics in Pelagic Siliciclastic Carbonate Turbidites of Weda Formation, Halmahera Island Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Aries Kusworo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 32, No 1 (2022)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/risetgeotam2022.v32.1147

Abstract

The Weda Formation in Lili River, Dorosagu, East Halmahera consists of siliciclastic and pelagic carbonates deposited in a submarine fan environment. Research on the Weda Formation in the northern part of Halmahera Island is relatively minimal because most of the research about this formation has been carried out in the southern part of Halmahera Island. The lack of road access and its remote location have resulted in the lack of intensive research on this formation. This study aims to determine the relationship between the intensity and diversity of trace fossils in the submarine fan facies association of the Weda Formation. Sedimentological studies include sedimentary texture, sedimentary structure, turbidite material type, and layer thickness. While the study of trace fossils includes the identification of trace fossil types, classification of behavior, intensity, and diversity in sedimentary layers, and the factors that influence them during deposition. There are eight types of ichnofossil observed in the Lili River, Ophiomorpha, Thalassinoides, Rhizocorallium, Palaeophycus, Zoophycos, Chondrites, Lorenzinia, and Spirorhaphe, which are found in three facies associations (AF): submarine fan channel facies association (AF1), submarine fan lobe facies association (AF2), and submarine fan distal facies association (FA3). The submarine fan channel facies is characterized by the presence of Ophiomorpha and Thalassinoides which present in low intensity and low diversity due to unstable environmental conditions-high stress due to intensive turbidite currents. The submarine fan lobe facies shows a higher density and diversity where ichnofossil is classified into two based on the substrate in the flysch deposits. Rhizocorallium, Thalassinoides, and Palaeophycus ichnofossil were formed in the sand substrate, while Zoophycos and Chondrites ichnofossil were formed in the shale substrate. Palaeophycus, Zoophycos, Chondrites, Lorenzinia, and Spirorhaphe ichnofossil were found in the submarine fan distal facies associated with high intensity indicating low energy levels and low sedimentation rates.
Formasi Sabu Sebagai Endapan Kolisi Busur Gunungapi Woyla dengan Lempeng Sumatra Barat Angga Jati Widiatama; Rezki Naufan Hendrawan; Evan Rosyadi Ogara; Lauti Dwita Santy; Vallery Inggrid Evitayanti; Lammartua Satria Nusatara Sagala
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 5, No 2 (2022): Juli 2022
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.5.2.2022.104-115

Abstract

Geologi wilayah Lampung relatif masih memiliki referensi yang rendah khususnya tentang formasi batuan sedimen. Salah satu formasi batuan sedimen di Lampung adalah Formasi Sabu yangtersusun atas konglomerat aneka bahan, batupasir, dan batulempung berumur Paleosen hingga Oligosen yang belum diteliti karakteristik batuan asalnya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jenis provinsi tektonik sedimen Formasi Sabu menggunakan metode modal komposisidengan metode perhitungan poin counting terhadap dua belas sampel sayatan tipis yang diambil dari hasil pengukuran penampang stratigrafi setebal 47 m. Formasi Sabu pada lokasi penelitian dapat dibagi menjadi tiga segmen, segmen bawah memiliki provenan dari provinsi tektonik recycled orogen, segmen tengah memiliki provinsi tektonik dissected arc hingga basement uplift, segmen atas memiliki provenan dari dissected arc yang berupa plutonic magmatic arc. Variasi provinsi tektonik ini disebabkan akibatkondisi sumber sedimen berasal dari pegunungan hasil tabrakan antara busur gunungapi Woyla dan terrane Sumatra Barat yang menjadi sumber sedimen provinsi tektonik recycled orogen dan magmatic arc. Tabrakan busur gunungapi Woyla dan terrane Sumatra Barat secara diakronus ditafsirkan memicu terbentuknya sesar mendatar besar yang memicu tersingkapnya batuan alas berupa pluton granit yang menjadi sumber provinsi basement uplift hingga plutonic magmatic arc. Formasi Sabu diintepretasikan terendapkan pada cekungan pull apart yang terbentuk dari sistem sesar mendatar yang terbentuk pada umur Paleogen.
Biostratigrafi Nanofosil Gampingan dan Lingkungan Pengendapan Formasi Ofu selama Neogen Rikza Nur Faqih An Nahar; Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Winda Eka Mandiri Puteri; Adrianus Damanik; Zulfiah Zulfiah; Rubiyanto Kapid
Journal of Science and Applicative Technology Vol 5 No 2 (2021): Journal of Science and Applicative Technology December Chapter
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), Institut Teknologi Sumatera, Lampung Selatan, Lampung, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35472/jsat.v5i2.383

Abstract

Formasi Ofu berumur Neogen-Kuarter tersingkap baik di bagian tengah Pulau Timor. Kumpulan nannofosil gampingan Formasi Ofu berumur Neogen terdiri tujuh famili dan 25 spesies. Nannofosil gampingan berumur Neogen didominasi genus Discoaster, Dictyococcites, dan Reticulofenestra sedangkan umur Kuarter didominasi oleh genus Gephyrocapsa. Nannofosil gampingan Neogen terdiri dari dua zonasi, dan satu zona Kuarter. Permulaan Miosen, Burdigalian-Tortonian (zona NN 4-NN 10) ditandai pemunculan awal Reticulofenestra pseudoumbilica hingga pemunculan awal Discoaster quinqueramus. Zona NN11 yang berumur Tortonian-Messinian ditandai pemunculan awal hingga pemunculan akhir Discoaster quinqueramus. Kuarter (Zona NN20) ditandai pemunculan awal Ponthospaera indooceanica.
Karakteristik Formasi Menu di Pulau Rote Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy
Jurnal Geosains dan Teknologi Vol 6, No 1 (2023): Maret 2023
Publisher : Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jgt.6.1.2023.27-37

Abstract

Pulau Rote terletak di sebelah selatan busur Banda nonvulkanik memiliki batuan sedimen berumur Kapur yang merupakan bagian dari sikuen Australia/Kolbano. Batuan berumur Mesozoikum di Australia Barat Laut memiliki potensi menghasilkan hidrokarbon. Batuan sedimen berumur Kapur dikelompokkan kedalam Formasi Menuatau ekuvalensinya berperan sebagai batuan tudung pada cekungan di Australia Barat Laut. Litofasies Formasi Menu di Pulau Rote terdiri dari batugamping, napal, dan rijang dengan komponen utamanya didominasi oleh bioklastika radiolaria, bivalvia, nanofasil gampingan serta dalam jumlah kecil spiculite dan foraminifera. Mikrofasies Formasi Menu terdiri dari empat jenis yaitu wackestone radiolaria-bivalviaan (SMF 1), wackestone radiolaria (SMF 3), packstone radiolaria (SMF 1), dan mudstone (SMF 3). Bagian bawah Formasi Menu berumur Berriasian-Valanginian berdasarkan pemunculan Cyclagelosphaera brezae yang litologinya menunjukkan kontak menjemari dengan rijang Formasi Nakfunu. Bagian tengah Formasi Menu terdiri dari perlapisan batugamping berwarna putih keabu-abuan dan napal dengan nodul rijang, berangsur keatas warna batugamping berubah menjadi batugamping merah. Formasi Menu bagian atas berumur tidak lebih tua dari Kapur Awal bagian Atas (Albian) berdasarkan awal pemunculan fosil Cyclagelosphaera reinhardtii. Formasi Menu terendapkan pada basin margin pada kedalaman batial pada lingkungan upwelling.
MIKROFASIES DAN DIAGENESIS ANGGOTA BATUGAMPING FORMASI KUANTAN DI NGALAU BASUREK, SUMATERA BARAT, INDONESIA Angga Jati widiatama; Rezki Naufan Hendrawan; Sonya Rejeki Siahaan
JGE (Jurnal Geofisika Eksplorasi) Vol 9, No 2 (2023)
Publisher : Engineering Faculty Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jge.v9i2.267

Abstract

Fomasi Kuantan merupakan batuan tertua pada terrane Sumatra Barat yang tersingkap di Ngalau Basurek, Sijunjung, Sumatra Barat. Penelitian tentang  batugamping Formasi Kuantan masih relatif sedikit sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik mikrofasies dan diagenesis batugamping Formasi Kuantan. Penelitian dilakukan dengan membuat lintasan geologi disepanjang Goa Ngalau Basurek. Deskripsi petrografi digunakan untuk menentukan mikrofasies, zona fasies, dan diagenesis batugamping. Formasi Kuantan di Ngalau Basurek menunjukkan memiliki empat mikrofasies yaitu  mudstone, coated bioclastic grainstone, peloid grainstone, dan batugamping kristalin yang dikelompokkan ke dalam standar mikro fasies 11. Lingkungan pengendapan Formasi Kuantan berada pada carbonate platform margin sand shoal (FZ 6). Terdapat dua lingkungan diagenesis dari batugamping Formasi Kuantan yaitu lingkungan burial-marine yang ditandai dengan mikrit yang mengalami neomorfisme menjadi sparit dan lingkungan meteoric vadose-phreatic  yang ditandai dengan semen tipe blocky dan drusy yang mengisi rekahan pada batugamping. Lingkungan burial terjadi saat umur Karbon hingga Permian sedangkan lingkungan meteoric terjadi pada umur Trias hingga Kuarter.
Karakteristik Geokimia Basalt Busur Gunungapi Tholeitik Formasi Manamas di Sungai Metan, Baun, Timor Angga Jati Widiatama; Lauti Dwita Santy; Joko Wahyudiono; Sari Widyastuti; Lia Fitria Rahmatillah
Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral Vol. 21 No. 3 (2020): Jurnal Geologi dan Sumberdaya Mineral
Publisher : Pusat Survei Geologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33332/jgsm.geologi.v21i3.449

Abstract

Lava basalt berstruktur bantal tersingkap di Sungai Metan, Baun, Timor, yang termasuk dalam anggota batuan gunung api Formasi Manamas. Penelitian geokimia batuan dilakukan menggunakan metode analisis XRF dan ICP-MS menunjukkan basalt memiliki karakteristik basalt subalkalin, bersifat tholeitik yang terbentuk pada busur gunungapi tholeitik akibat penunjaman Lempeng Samudera Hindia di bawah Busur Banda yang berumur Miosen-Pliosen. Basalt subalkali di Sungai Metan menunjukkan pengayaan unsur logam dan unsur large ion lithophile (LILE) yang dipengaruhi fluida, ditunjukkan oleh adanya hubungan positif antar unsur logam jejak mudah bergerak. Pengayaan yang dipengaruhi oleh fluida ditafsirkan sebagai produk akibat meleburnya lempeng samudera yang menunjam di bawah busur gunung api.Katakunci: Basalt, busur tholeitik, Sungai Metan, Formasi Manamas, Timor.