p-Index From 2019 - 2024
0.983
P-Index
This Author published in this journals
All Journal Buletin Keslingmas
Yulianto Yulianto
Poltekkes Kemenkes Semarang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ENGINEERING APPLICATION OF WASTE TURNING TOOLS TO SUPPORT WASTE MANAGEMENT IN CAMPUS 7 HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH SEMARANG Asep Tata Gunawan; Yulianto Yulianto; Bahri Bahri
Buletin Keslingmas Vol 39, No 4 (2020): Edisi Spesial Seminar Internasional Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Keme
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.039 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i4.6579

Abstract

Introduction: The government of banyumas district by decree number: 660. 7776/2018 concerning the management of the waste in banyumas district, in which the President's decree strongly recommends the closing of the TPA on January 2, 2019 and urges the management of waste through non-governmental groups (KSM) in trash management 3r (main, reuse and recycling). The application of 3r activities in communities is still hampered largely by the lack of awareness of people sorting waste. The world health ministry of semarang, which has an open land of 2.3 ha (2.3 ha), has an average of 4 m3/ week organic waste. Thus selecting a comprehensive waste management by using a 10-panted run way method, so each week it is used to invert waste from tub one to tub the next. Based on the above description, the formula of the problem in this study is knowing the effectiveness of the waste turning engineering tools in supporting the waste processing process. Methods: Research and Development is a research method that uses to obtain or develop products and test the effectiveness of these products. The turning tool is designed to compare the effectiveness of the waste turning process before and after using the tool. This research was conducted at a waste processing place (composter) at Campus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang. The population in this study were all of the campus residents' solid waste generation. The sample of this study was waste in each tub (from tub 1 to 10) compost processing volume of 0.5-4 m3 / week. This study used tables analysis and the average value calculated from the results of sieving the waste. Research and discussion: The design and assembly of a waste turning tool is appropriate and can support the composting process of waste at Campus 7 Purwokerto, Health polytechnic of Ministry of Health Semarang. The volume of waste in basins 1 to 10 is on average around 0.5-4 m3 / week, in each tub per week there is a decrease in waste by an average of about 8-9%, so that starting from basin 1 with a volume of waste 4 m3 / week decreasing in the basin 10 to 0.5 m3 / week. The comparison of manual waste reversal using a machine is as follows:Turning over manual waste takes about 5-7.5 minutes per basin with 4 workers, so it takes 50-75 minutes to reverse 10 basins. Turning the trash with a machine takes about 45-50 seconds withConclusion: A waste turning tool has been proven effective to assist and facilitate the process of waste reversal for the decomposition process in the composting basin at the campus 7 composting place.
PENGGUNAAN ALAT REKAYASA PELEBURAN SAMPAH PLASTIK DALAM MENUNJANG PROSES PENGOLAHAN SAMPAH PLASTIK DI KAMPUS 7 POLTEKKES KEMENKES SEMARANG Yulianto Yulianto; Khomsatun Khomsatun
Buletin Keslingmas Vol 39, No 3 (2020): BULETIN KESLINGMAS VOL.39 NO.3 TAHUN 2020
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.337 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v39i3.6364

Abstract

Kampus 7 sebagai institusi pendidikan yang didalamnya terdapat Jurusan Kesehatan Lingkungan dan memiliki sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni dalam bidang pengolahan sampah telah merintis unit percontohan komposter dengan metode run way yang bersusun dalam 10 bak. Upaya menangai sampah organik telah terwujud dalam hasil produk pengolahan berupa kompos organik. Seiring berjalannya kegiatan pengomposan, dilakukan kegiatan evaluasi kegiatan. Hasil evaluasi terdapat catatan penting pada proses pengomposan yang dilakukan, seperti proses pembalikan sampah yang terlalu banyak, pemindahan sampah pada bak pengomposan yang banyak, keluhan bau yang menyengat dan risiko tertusuk dari sampah kaleng/ kaca. Semua kondisi tersebut disebabkan karena kegiatan masih dilakukan secara manual oleh tenaga kebersihan. Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen dengan rancangan penelitian Post Test Only Design. Penelitian ini dilakukan di lokasi pengolahan sampah (komposter) di Kampus 7 Poltekkes Kemenkes Semarang. Dalam penelitian ini populasi yang dimaksud oleh peneliti adalah seluruh warga kampus 7 dan seluruh timbulan sampah. Sampel penelitian ini adalah sampah yang terdapat pada bak penimbulan, hasil timbulan sampah plastik dengan rata-rata volume sebesar 0,3 m3/ minggu. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif cara pengoprasian alat dan peningkatan efektifitas.Desain alat pelebur sampah plastik telah memenuhi kebutuhan dalam mendukung proses pengolahan sampah plastic.Kemampuan alat dalam pengolahan sampah plastik berjalan optimum pada suhu 4000C dengan kapasitas proses 10 Kg/10 menit = 60 Kg/ jam (0,0625 m3/jam). Jadi utk melebur sampah plastik kampus 7 sekitar 0,3 m3/mg dibutuhkan waktu sekitar 4,8 jam. Diperlukan tambahan hitter LPG untuk mempercepat proses pemanasan ruang peleburan. Diperlukan pengisap asap di tempat pengisian bahan baku sampah plastic. Diperlukan system pemasukan bahan baku yg lebih cepat
PENGARUH PENAMBAHAN GARAM UNTUK MENURUNKAN KADAR WARNA DAN BESI(Fe) PADA AIR GAMBUT DENGAN METODE ELEKTROKOAGULASI Ade Setiawan Putra; Hari Rudjianto Indro Wardono; Yulianto Yulianto
Buletin Keslingmas Vol 41, No 1 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.1 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i1.7856

Abstract

Potensi lahan gambut di Indonesia terbilang sangat luas yaitu sekita 14.905 juta hektar. Sebagian besar tersebar di wilayah Kalimantan,Sumatera, dan Papua. Hal ini memungkinkan penduduk yang berada di sekitar daerah tersebut yang mengalami kesulitan ketersediaan air bersih menggunakan air gambut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. . Air gambut memiliki kadar Fe dan Mn yang cukup tinggi yang di indikasikan dengan warna air gambut yang merah kecoklatan. Oleh karena kadar Fe dan Mn yang tinggi maka perlu dilakukan pengolahan air dengan menggunakan proses elektrokoagulan dengan metode elektrokoagulasi.Sekripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Pengaruh Penambahan Garam Untuk Menurunkan Kadar warna dan Besi (Fe) Dengan Metode Elektrokoagulasi di Ogan Komering Ilir Tahun 2020.Penelitian ini menggunakan metode pendekatan pra eksperimen (pre experiment research) dengan design pres post test design. Data diperoleh dari data primer dan data sekunder yang diperoleh penghitungan untuk mengetahui nilai pH, suhu, warna, besi (Fe), volume air sampel, waktu kontak, tegangan listrik, penambahan garam, luas permukaan elektroda dan observasi langsung saat penelitian di rumah peniliti. Data yang telah diperoleh, diolah dan disajikan dalam bentuk grafik, peta tematik, dan tabel, kemudian dinarasikan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar warna air tanah gambut sebelum perlakuan 520 TCU, Kadar warna air tanah gambut sesudah perlakuan pada penambahan garam 0,1 dengan waktu 120 menit = 57 TCU penurunan 463 (89%), waktu 180 menit = 58 TCU penurunan 462  (88,8%), dan waktu 240 menit = 45,6 TCU Penurunan 474,3 (91,2.%). Kadar besi (Fe) air tanah gambut sebelum pertakuan 2.76 mg/l, Kadar besi (fe) air tanah gambut sesudah perlakuan penambahan garam 0,1 dengan waktu 120 menit =0.16 mg/l penurunan 2,6 (94.2%), waktu 180 menit = 0,18 mg/l penurunan 2.58 (93,.5%), dan dengan waktu 240 menit = 0,14  mg/l penurunan 2.62 (94.9%).Peneliti menyimpulkan berdasarkan uji Paired T Test, terdapat perbedaan kadar warna air tanah gambut sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dengan metode elektrokoagulasi, dengan nilai p0.01 pada penambahan garam 0,1 dengan waktu 120 menit = 0.002, waktu 180 menit = 0.001 dan waktu 240 = 0.000. Dan tidak ada perbedaan berdasarkan uji Anova one Way dengan hasil kadar besi air tanah gambut sebelum dan sesudah dilakukan pengolahan dengan metode elektrokoagulasi, dengan nilai p0.01 pada penambahan garam 0,1 dengan waktu 120 menit = 0.000, waktu 180 menit = 0.000, dan waktu 240 = 0.000.
Pengaruh Bioaktivator Dari Fermentasi Kulit Pisang Dan Air Cucian Beras Terhadap Waktu Matang Kompos Tahun 2020 Nurudin Achmad Fauzi; Nur Hilal; Yulianto Yulianto
Buletin Keslingmas Vol 40, No 1 (2021): BULETIN KESLINGMAS VOL.40 NO.1 TAHUN 2021
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.196 KB) | DOI: 10.31983/keslingmas.v40i1.6067

Abstract

Sampah organik merupakan jenis sampah yang dapat memicu keberadaan vektor pembawa agent penyakit. Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah organik adalah dengan pembuatan kompos. Waktu matang kompos dapat dipersingkat dengan penambahan bioaktivator. Bioaktivator dapat dibuat dari bahan-bahan organik yang di fermentasikan. Bahan organik yang dapat digunakan antara lain kulit pisang dan air cucian beras. Hal tersebut karena kandungan gizi yang terkandung dalam kulit pisang dan air cucian beras dapat memicu pertumbuhan mikroba pengurai. Adapun tujuan penelitian ini untuk memanfaakan limbah kulit pisang sebagai bahan dasar bioaktivator yang difermentasi bersama cucian beras.Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain time series. Objek yang diteliti adalah waktu matang kompos dengan bioaktivator 0 ml, 10 ml dan 30 ml. Data diambil dengan cara melakukan pengukuran suhu kompos dengan pengulangan sebanyak tiga kali.Hasil penilitian dengan analisis anova menunjukkan nilai signifikan 0,017 0,05 sehingga ada perbedaan secara signifikan anatara ketiga variasi. Uji lanjut menunjukan perbedaan signifikan ada pada bioaktivator 0 ml dengan 30 ml. Berdsarkasn uji t-test yang dilakukan antara bioaktivator 0 ml dengan 10 ml, 10 ml dengan 30 ml dan 0 ml dengan 30 ml didapatkan nilai signifikan 0,065 0,05; 0,275 0,05 dan 0,008 0,005, arinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara bioaktivator 0 ml dengan 10 ml dan 10 ml dengan 30 ml. Berdasarkan hasil analisis penelitian disimpullkan bahwa penambahan bioaktivator 30 ml berpengaruh terhadap waktu matang kompos dan penambahan bioaktivator 10 ml tidak terlalu berpengaruh terhadap waktu matang kompos.
FAKTOR LINGKUNGAN FISIK YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI UPTD PUSKESMAS BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2022 Nesi Nurlaela; Hari Rudijanto; Yulianto Yulianto
Buletin Keslingmas Vol 41, No 2 (2022): BULETIN KESLINGMAS VOL.41 NO.2 TAHUN 2022
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/keslingmas.v41i2.8691

Abstract

Latar Belakang Uji pendahuluan yang dilakukan penulis menunjukkan diruangan pendaftaran dan ruang tunggu UPTD Puskesmas Bojongsari tidak memenuhi syarat (ruang pendaftaran = 870 CFU/m 3 ; ruang tunggu = 300 CFU/m 3 ). Tujuan penelitian Menganalisis faktor yang berhubungan dengan angka kuman udara di UPTD Puskesmas Bojongsari Kabupaten Purbalingga Tahun 2022. Metode yang digunakan observasional dengan pendekatan cross sectional . Populasi ruangan UPTD Puskesmas Bojongsari Sampel 9 ruangan. Variabel bebas adalah suhu, kelembapan, pencahayaan, kepadatan hunian, dan partikel debu.Variabel penentu adalah angka kuman udara dan variabel pengganggu adalah kecepatan angin, arah angin, luas ventilasi dan sanitasi ruangan. Analisis data menggunakan uji regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukan rata – rata suhu (28,64°C), kelembapan (78,00%), pencahayaan (70,06 Lux), kepadatan hunian (12,87m 2 /TT), partikel debu (30,78µg/m 3 ), angka kuman udara (317,00 CFU/m 3 ), kecepatan angin tidak terdeteksi alat, arah angin (100,22°), sanitasi ruangan (90,00%), luas ventilasi (13,36%). Faktor yang berhubungan yaitu suhu (p=0,113; r=0,565; R 2 = 0,319; Y=- 6612,732 + 242,553X), kelembapan (p=0,603; r= 0,202; R 2 = 0,041;Y=2806.500 + (-31.917), pencahayaan (p=0,334; r= 0,365; R 2 = 0,133; Y=(-1781,128) + 16316.667, partikel debu (p=0,110; r= 0,569 ; R 2 = 0,324 ; Y=(-1781,128) + 68,170,kepadatan hunian (p=0,125; r= 0,550; R 2 = 0,302; Y=669,369 + (-27,455) .Simpulan Semua Faktor dalam variabel bebas ada hubungan yang tidak signifikan dengan angka kuman (nilai p 0,05) Saran  Pembersihan sebelum dan setelah pelayanan dilakukan, ruang perawatan pasien dilakukan sterilisasi dan desinfeksi ruangan.