Rahmad Syah Putra
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE DISPUTES OF RATÉB SIRIBÈE IN ACEH Misri A Muchsin; Abdul Hadi; Abdul Manan; Rahmad Syah Putra
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 45, No 1 (2021)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v45i1.798

Abstract

Abstract: This study discusses the foundation of Sufi tenet developed by Shaykh Amran Waly and the communities’ response to the integration of the tenet – the Study Council of Sufism Tawhîd (MPTT) and ratéb siribèe (one-thousand dzikr)–within the northern and eastern Aceh, Indonesia. Qualitative approach was implemented as the observation, in-depth interviews and documentation studies were due to collect the data. MPTT and ratéb siribèe as its integration aim to restore the grandeur of Acehnese people in the past. However, the tenet was responded in many ways by the communities. Some considered that MPTT and ratéb siribèe could act as a means of practicing Sufism, while the others assumed that the teachings developed were deviant since those contain the style of Ibn al-‘Arabî and al-Jîlî Sufism– once considered heretical with the concept of wahdah al-wujûd (unity of existence), which is dissimilar with the Sufism concept–wahdah al-syuhûd (unity of appearance). Abstrak: Penelitian ini mengkaji fondasi ajaran tauhid-tasawuf yang dikembangkan oleh Shaykh Amran Waly. Penelitian ini juga menelaah respons masyarakat utara dan timur Aceh terhadap integrasi dari ajaran tersebut–Majelis Pengkajian Tauhid-Tasawuf (MPTT) dan ratéb siribèe (zikir seribu). Pendekatan kualitatif diimplementasikan dengan observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi sebagai instrumen pengumpul data. Hasil penelitian menemukan bahwa ajaran tersebut berdasarkan dari gaya sufisme yang dikembangkan oleh Shaykh ‘Abdul Karîm al-Jîlî yang pernah dianggap bidah. MPTT dan ratéb siribèe sebagai integrasi ajaran tersebut memiliki tujuan untuk mengembalikan kejayaan rakyat Aceh pada masa lalu. Namun, berbagai respons muncul dari kalangan masyarakat. Beberapa menganggap MPTT dan ratéb siribèe dapat menjadi media untuk melatih ajaran sufisme, sementara pihak lainnya menganggap ajaran tersebut sesat karena mengandung gaya sufisme dari al-‘Arabî dan al-Jîlî yaitu wahdah al-wujûd (keberadaan) dan bertolak belakang dengan konsep sufisme wahdah al-syuhûd (rupa) Syekh Abuya Muda Waly al-Khalidy. Keywords: Amran Waly, MPTT, ratéb siribèe, sufism, tawhîd
ULAMA AND POLITICS: A Study of Ulama and Santri’s Participation in 2019 General Election in Aceh Rasyad Rasyad; Ikhwan Ikhwan; Abdul Manan; Rahmad Syah Putra
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 46, No 1 (2022)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v46i1.787

Abstract

Abstract: The existence of ulama and dayah in political dynamics in Aceh has occurred for a long time, simultaneously with the development of Islam in Aceh. Ulama in Aceh has been playing as the main actors behind the successful political indicator in many phases, namely; empire phase, independence phase, new order (orde baru) phase until the phase of reformation. The doctrines played by ulama through religious languages have received great support from people in Aceh. This study employs the qualitative research approach with three main techniques of data collection, namely interview, observation and documentation. The result showed that there has been the participation from ulama and santri dayah in Aceh during 2019 General Election (GE). Such participation was reflected from the full support from ulama by calling up the political machine from santri dayah during 2019 GE, and deciding a political attitude by taking side on one of the candidates by holding a fundamental belief that Islam does not forbid ulama to participate in the political practice. Abstrak: Eksistensi ulama dan dayah dalam dinamika perpolitikan di Aceh telah berlangsung sejak lama, seiring berkembangnya Islam di Aceh. Dari berbagai fae perkembangan perpolitikan di Aceh, dari fase kerajaan, fase kemerdekaan, fase orde baru hingga fase reformasi telah ditemukan pula indikator suksesnya politik di Aceh akibat permainan aktor utama yaitu ulama. Ulama melalui doktrin-doktrin yang disebarkan melalui bahasa-bahasa agama, sehingga mendapat dukungan penuh dari kalangan masyarakat di Aceh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data tiga macam cara yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat partisipasi ulama dan santri dayah di Aceh pada Pemilu 2019. Partisipasi tersebut tampak terhadap dukungan penuh ulama dengan mengerahkan “mesin politik” yaitu santri dayah terhadap Pemilu 2019, dan mengambil sikap politik berpihak kepada salah satu calon dalam Pemilu 2019 dengan landasan utama berpijak bahwa Islam tidak melarang ulama berpolitik. Keywords: ulama, santri, dayah, politics, general election, Aceh