Yashanti B. Paradisa
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Deteksi dan Sebaran Soybean Mosaic Virus (SMV) dan Soybean Stunt Virus (SSV) di Berbagai Sentra Produksi Kedelai di Indonesia Sri Sulandari; Sedyo Hartono; Y.M.S. Maryudani; Yashanti B. Paradisa
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 18, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2553.104 KB) | DOI: 10.22146/jpti.15606

Abstract

There were some commonly found mosaic diseases on soybean in Indonesia that were suspected to be caused by viruses. The main virus diseases of soybean plant are Soybean mosaic virus (SMV) and Soybean stunt virus (SSV). The occurrence of mosaic diseases are very harmful because they might reduce soybean grain yield. The aim of this research is to determine the disease incidence and distribution of mosaic disease in the field that caused by SMV and SSV. The surveys were conducted in some regions of the area of soybean production center in Indonesia including: Special Region of Yogyakarta (DIY), Central Java, East Java, West Nusatenggara (NTB), and South Sulawesi. Detection of the viruses were done by serological test using I-ELISA and by molecular analysis using PCR. The field surveys showed that the mosaic symptoms always found in all the field location. The disease incidence and the disease severity varied in any locations. The disease symptoms showed as mild mosaic, yellow mosaic, mosaic with blister, and mosaic with leaves malformation by curling and stunting. The I-ELISA showed that all the samples collected were double infected by SMV and SSV. Both of the viruses were widespread all over the soybean production center in Indonesia. By PCR using CI-SMV primer, the DNA of virus could be amplified to about 638 bp which indicated SMV infection, but using cp-SSV primer, the DNA could be amplified to about 657 bp that indicated of SSV infection.  Pada pertanaman kedelai di Indonesia banyak ditemukan gejala mosaik yang diduga disebabkan virus. Virus penyebab penyakit mosaik pada tanaman kedelai antara lain Soyben mosaic virus (SMV) dan Soybean stunt virus (SSV). Keberadaan penyakit mosaik pada pertanaman kedelai sangat merugikan karena berpotensi dapat menurunkan angka hasil kedelai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian dan sebaran penyakit mosaik yang disebabkan SMV dan SSV di berbagai sentra produksi kedelai di Indonesia. Survei dilakukan di DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan. Deteksi keberadaan virus dilakukan secara serologi dengan teknik I-ELISA (Indirect-Enzyme-linked Immunosorbent Assay) dan secara molekuler dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction ). Berdasarkan pengamatan di lapangan gejala mosaik selalu ditemukan pada setiap lokasi pengamatan. Kejadian dan tingkat keparahan penyakit yang ditemukan bervariasi. Gejala yang ditemukan adalah mosaik ringan, mosaik kuning, mosaik dengan tonjolan warna hijau tua (blister), dan mosaik dengan malformasi berupa daun keriting dan tanaman kerdil. Berdasarkan uji I-ELISA semua sampel daun bergejala mosaik terinfeksi ganda oleh SMV dan SSV. Kedua jenis virus tersebut sudah tersebar luas di semua sentra pertanaman kedelai di Indonesia. Deteksi PCR menggunakan primer spesifik CI-SMV dari beberapa lokasi dapat mengamplifikasi pita DNA berukuran sekitar 638 bp yang mengindikasikan terinfeksi SMV, sedangkan menggunakan primer universal cp-CMV dapat mengamplikasi pita DNA berukuran sekitar 657 bp yang mengindikasikan terinfeksi SSV.
Etiologi Penyebab Malformasi Tunas Ranting Kakao di Kulonprogo, DIY dan Segayung, Jawa Tengah Susamto Somowiyarjo; Sri Sulandari; Sedyo Hartono; Yashanti B. Paradisa; Tri Maruto Aji
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia Vol 18, No 2 (2014)
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpti.15609

Abstract

The cocoa plants that showed severe swollen twig malformation was observed at cocoa cultivation of PT Pagilaran at Samigaluh, Kulon Progo and Segayung Central, Java. The symptoms could be observed easily at the nurseries, young plants, productive plants, and old plants. The basal part of the twig appears swollen and and there was also leaf curling symptoms. On late symptom the leaves form rossette and the plant growth would slow down. The old plant showed twigbroom-like symptom with many small leaves. In the field the symptoms always associated with mealybug Planococcus spp. Because the disease has spread all over the field with severe symptom, the causal agent need to be identified accurately. An experiment was carried out in which the causal agent was transmitted using mealybug as a vector, top cleft graftingand insecticide application after cutting all symptoms of the diseased plant. Transmission experiments by top cleft grafting did not show any symptoms. The negative results were also obtained in the artificial inoculation using the mealybug, when the diseased shoots were cut and protected by insecticide. The young shoots grew normally, without showing any symptom of malformation. It was suspected that the malformation was caused by toxin produced by the insect. Molecular studies to further characterize the causal agent of the malformation, is presently being conducted.Pada pertanaman kakao PT Pagilaran di Samigaluh, Kulon Progo, DIY dan Segayung, Jawa Tengah ditemukan gejala malformasi tunas ranting yang sangat parah. Gejala penyakit ditemukan pada tanaman di pembibitan, tanaman muda,tanaman yang sudah produktif maupun tanaman tua. Pada bagian ranting yang sedang tumbuh pada bagian pangkal tunas dan tangkai daun membengkak, pertumbuhan daun tidak simetris dan keriting. Pada gejala lanjut daun tumbuhmeroset dan tanaman mengalami penghambatan pertumbuhan. Ranting tanaman tua yang terserang membentuk percabangan yang banyak dan ditumbuhi daun-daun kecil. Di lapangan gejala yang timbul selalu berasosiasi dengan koloni kutu dompolan (Planococcus spp.). Oleh kerena penyakit tersebar luas di perkebunan dengan gejala yang sangat parah maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui penyebabnya dengan tepat serta pengelolaannya. Penelitian meliputi kajian penularan menggunakan Planococcus sp., penyambungan tanaman sehat dengan ranting yang bergejala serta aplikasi insektisida. Penularan dengan penyambungan dan penularan menggunakan serangga tidak menghasilkan tanaman yang bergejala. Pada percobaan di lapangan dengan memotong tunas-tunas sakit kemudian disemprot denganinsektisida hasilnya tunas muda yang tumbuh berikutnya tidak menunjukan adanya gejala malformasi. Diduga bahwa malformasi pada tunas dan ranting tersebut disebabkan oleh racun yang ditularkan oleh serangga. Penelitian lebih lanjut untuk karakterisasi penyebab penyakit secara molekuler saat ini sedang dilakukan.