Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Prosiding Seminar Nasional Unimus

Stimulasi Produksi Asi (Stipasi): Intervensi Keperawatan untuk Mencegah Stunting pada 1000 HPK di Wilayah Kerja Puskesmas Bangetayu Semarang Apriliani Yulianti Wuriningsih; Nutrisia Nu’im Haiya; Iskim Luthfa; Nopi Nur Khasanah; Dyah Wiji Puspita Sari
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Stunting merupakan kondisi balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif. Stimulasi produksi ASI (STIPASI) merupakan salahsatu bentuk implementasi keperawatan untuk mencegah stunting. STIPASI melalui terapi pijat laktasi dapat diajarkan sejak masa kehamilan terutama trimester III dan pada ibu yang memiliki anak berusia di bawah dua tahun (baduta). Pijat laktasi dapat menstimulasi hormon oksitosin dan prolaktin yang berperan dalam peningkatan produksi ASI. Tujuan darikegiatan STIPASI, yaitu meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu hamil dan atau yang memiliki baduta untuk mempersiapkan diri dan dapat memberikan ASI Eksklusif dilanjutkan sampai 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat. Metode pelaksanaan terdiri dari 3 (tiga) pendekatan, yaitu berbasis kelompok, komprehensif, dan potensi sumber daya manusia dan kearifan lokal dengan pengembangan sikap serta budaya lokal. Hasil monitoring dan evaluasi program STIPASI menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif untuk mencegah stunting pada 1000 HPK meningkat. Pengetahuan dari 20% menjadi 85%, sikap dari 32% menjadi 80%,perilaku mengalami peningkatan dari 28% menjadi 88%, dan keterampilan meningkat dari 30% menjadi 92 %.Rekomendasi program STIPASI melalui pemberdayaan peran kader kesehatan akan dapat memperluas jangkauan sasaran program.Kata kunci: Stunting, pijat laktasi, proses menyusui, STIPASI
Pencegahan Pernikahan Dini Melalui Pembentukan Kelompok Remaja Tibas (henTI seks beBAS) Nopi Nur Khasanah; Kurnia Wijayanti; Indra Tri Astuti; Iskim Luthfa; Hernandia Distinarista; Herry Susanto
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 1 (2018): Hilirisasi & Komersialisasi Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat untuk Indonesia
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dusun Seturun tercatat dalam peringkat ketiga sebagai dusun dengan angka pernikahan dini yang tinggi di kabupaten semarang. Program pengabdian ini dilakukan untuk membentuk kelompok remaja TIBAS dan mengoptimalkan peran orangtua sebagai pengambil keputusan dalam keluarga melalui edukasi dampak pernikahan dini. Metode kegiatan inidilakukan dengan metode berbasis kelompok yang dilakukan secara komprehensif dan mampu memenuhi seluruh hobi positif dari remaja yang ada di dusun seturun. Kegiatan juga berbasis kesehatan dengan pengembangan sikap dan perilaku berlandaskan agama. Hasil pelaksanaannya antara lain kelompok remaja mampu mengajak 85% warga untuk berperilaku hidup bersih, sehat (fisik, psikis, mental), menghindari perilaku seks bebas, dan tidak melakukan pernikahan terlalu dini. 80% remaja mengalami peningkatan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, 85% orangtua mengetahui dampak pernikahan dini, 90% anak usia sekolah memahami pentingnya menjaga diri serta adab pergaulan dalam islam. Pengembangan kegiatan remaja antara lain kegiatan olahraga pada minggu I, kegiatan seni pada minggu II, dan kegiatan keagamaan pada minggu III. Kami menyimpulkan bahwa pembentukan kelompok remaja TIBAS cukup efektif dalam mencegah pernikahan dini di desa seturun. Kami merekomendasikan untukadanya pembentukan kelompok remaja TIBAS di daerah-daerah yang angka pernikahan dininya cukup tinggi.
Peningkatan Kemampuan Management Hipertensi Berbasis Kelompok Swabantu di Karangroto Semarang Iskim Luthfa; Joko Kuncoro; Iwan Ardian
Prosiding Seminar Nasional Unimus Vol 2 (2019): Tantangan Implementasi Hasil Riset Perguruan Tinggi untuk Industrialisasi
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil Riskesdas 2016 menunjukkan hipertensi merupakan masalah kesehatan utama pada lanjut usia. Faktor utama penyebabnya adalah penurunan fungsi fisiologis dan pola perilaku hidup yang beresiko. Mitra dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini Posyandu lansia Manggis, berada di RW IV Kelurahan Karangroto Semarang. Berdasarkan analisis situasi permasalahan yang dihadapi mitra antara lain, 1) Kunjungan lansia rendah 25% (33 lansia), 2) Masalah utama lanjut usia hipertensi, 3) Penyebab hipertensi pengetahuan, sikap dan perilaku yang beresiko, 4) Kompetensi kader rendah, dan 5) Management hipertensi masih bersifat individu, belum secara komprehensif. Berdasarkan permasalahan tersebut, PKM ini berupaya memberikan solusi untukmeningkatkan kesehatan para lansia dan menurunkan penyakit hipertensi, dengan membentuk program management hipertensi berbasis kelompok swabantu. Kegiatan dalam PKM ini meliputi, 1) Peningkatanmotivasi lansia ke posyandu, 2) Skrining faktor resiko hipertensi, 3) Edukasi penyakit hipertensi secara komprehensif, dan 4) Pelatihan kompetensi kader. Hasil kegiatan PKM menunjukkan, 1) lansia yang berkunjung ke Posyandu meningkat dari 25% (33 lansia) menjadi 47% (62 lansia), 2) Skrining faktor hipertensi terhadap 62 lansia didapatkan data, 25 lansia (40,3%) memiliki tekanan darah tinggi, sebanyak 23 lansia (37,1%) memiliki indeks massa tubuh berlebih, Sebanyak 21 lansia (33,9%) memiliki kadar gula darah kategori tinggi, dan 17 lansia (27,4%) memiliki kadar asam urat kategori tinggi, 19 lansia (30,6%) nilai CO nya rentang 11-16 ppm.Kesimpulan, management hipertensi berbasis kelompok swabantu dinilai efektif diterapkan. Empat komponen dukungan meliputi dukungan emosi, instrumen, informasi dan penghargaan, menyebabkan lansia merasanyaman berada pada kelompok yang memiliki permasalahan sama, saling mendukung dan saling membantu mengatasi penyakit hipertensi. Kata kunci: Kader, Management hipertensi, kelompok swabantu