Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Fenomena Selfie Kalangan Remaja Perempuan di Instagram Puji Purwati; Hedi Pudjo Santosa; Lintang Ratri Rahmiaji; Primada Qurrota Ayun
Interaksi Online Vol 4, No 1: Januari 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.953 KB)

Abstract

Fenomena selfie merupakan fenomena yang lahir dari perkembangan teknologi yang semakin pesat. Selfie adalah seni foto diri yang biasanya dilakukan sendirian atau bersama orang lain dengan menggunakan kamera yang ada pada handphone dan gadget canggih lainnya, kemudian diupload ke situs – situs jejaring sosial. studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi untuk memberikan penjelasan tentang pengalaman remaja perempuan dalam aktivitas selfie di Instagram serta untuk mengetahui konsep diri mengenai penampilan fisik yang terbentuk dalam diri masing – masing remaja perempuan, karena penelitian ini juga melibatkan isu – isu kecantikan perempuan dengan konsep cantik putih, tinggi, dan langsing yang selama ini media massa ciptakan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Interaksi Simbolik karya dari George Herbert Mead dan Herbert Blumer dengan didukung oleh Teori Media Baru dan Teori Mitos Kecantikan Perempuan karya Naomi Wolf.Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan berlomba – lomba untuk terlihat cantik melalui sebuah foto selfie yang mereka upload di media sosial Instagram, dan mereka juga memiliki pose – pose selfie favorit yang sering digunakan saat selfie, yang mana pose – pose tersebut adalah pose – pose selfie yang dipercaya mampu mendongkrak kecantikan fisik yang mereka miliki. Remaja perempuan pelaku selfie memiliki alasan yang beragam mengapa mereka menyukai selfie, tetapi alasan dan motivasi yang paling krusial adalah karena mereka ingin menunjukkan penampilan fisik yang dimilikinya. Selfie menjadi kebutuhan dalam diri remaja perempuan, sehingga mereka cenderung menghiraukan penilaian orang lain terhadap foto selfie yang dihasilkan, dalam arti penilaian orang lain akan foto selfie-nya tidak memberikan pengaruh yang besar bagi remaja perempuan dalam menilai dirinya sendiri, karena remaja perempuan menilai diri mereka berdasarkan dengan pemahaman mereka atas diri mereka sendiri bukan hanya karena penilaian dari orang lain.Adapun hal menarik yang membuktikan bahwa remaja perempuan yang tidak dinilai cantik secara sosial, justru mereka lebih percaya diri mengenai kecantikan atau penampilan fisik mereka, sehingga konsep diri mereka cenderung positif. Dari fenomena selfie, konsep diri positif dapat terlihat pada aktivitas mereka saat sebelum upload selfie, yaitu mereka tidak memanipulasi foto selfie-nya secara berlebihan, karena mereka dapat menerima diri apa adanya, sedangkan untuk remaja perempuan yang sering dinilai cantik secara sosial, justru dia memiliki kepercayaan diri yang lebih rendah, dan konsep diri yang negatif. Dari fenomena selfie, konsep diri negatif pada diri remaja perempuan ditunjukkan dari aktivitasnya dalam melakukan selfie, yang mana dia selalu berusaha untuk memanipulasi foto selfie-nya secara berlebihan dengan cara merubah bentuk – bentuk wajah dan tubuhnya pada foto selfie-nya tersebut.
Criticism of Fazlur Rahman's Al-Qur'an Hermeneutics Femmy Putri Nursyifa Femy; Hilya Nuri Naqiya; Nur Azizah; Muhammad Rofi Muttaqin; Puji Purwati
Journal of Ulumul Qur'an and Tafsir Studies Vol. 2 No. 1 (2023): JUQUTS: Journal of Ulumul Qur'an and Tafsir Studies
Publisher : Institut Agama Islam Persis Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54801/juquts.v2i1.170

Abstract

Fazlur Rahman is a man who has various thoughts related to the issue of the Qur'an and Hadith, Rahman's presence in the list of names of Islamic thinkers brings something new to the renewal of Islam. Appear as a brilliant figure in formulating the method of interpretation of the Koran. Fazlur Rahman provides a more convincing method of interpretation, which lies in the use of philosophy, social sciences and humanities. The conceptual framework that Rahman built is often called the double movement hermeneutics. This is because in the process it involves a double movement, namely from the problem of the present situation to the time the Koran was revealed and from the time of the Koran back to the present problem. In this method the emphasis is on the basic ideas of the Koran or its moral ideals compared to the specific legal. Another term in the meaning that Fazlur Rahman puts forward the content of the universal meaning rather than the literal-particular meaning. The method formulated by Rahman finally not only contributed to the development of the Qur'anic interpretation method, but also influenced the ijtihad process in the context of answering the social-religious problems of the present era.