Muhammad Iqbal
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro - Semarang

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA PERBANDINGAN ULSTEIN X-BOW DENGAN BULBOUS BOW KONVENSIONAL TERHADAP NILAI HAMBATAN TOTAL DAN SEAKEEPING KAPAL MENGGUNAKAN METODE CFD Andreas Parulian Sidabalok; Deddy Chrismianto; Muhammad Iqbal
Jurnal Teknik Perkapalan Vol 4, No 1 (2016): JANUARI
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1086.045 KB)

Abstract

Dalam operasinya di laut, kapal harus memiliki nilai ekonomis dan performa yang baik. Untuk mencapai semua hal tersebeut dibutuhkan desain kapal yang memiliki kecepatan optimum tetapi penggunaan daya mesin yang seminimal mungkin sehingga dapat terciptanya peningkatan efisiensi penggunaan bahan bakar. Penggunaan daya mesin sangat berhubungan dengan hambatan yang dialami suatu kapal. Salah satu cara alternatif dalam pengurangan hambatan kapal adalah melakukan pemasangan bulbous bow pada haluan kapal. Pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan besarnya nilai hambatan kapal yang terjadi dengan menggunakan program computational fluid dynamic (CFD) dan melakukan analisa seakeeping dengan menggunakan software Maxsurf Motions. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan bantuan paket program Computer Aided Design (CAD), Computational Fluid Dynamics (CFD) dan Maxsurf. Dari ketiga variasi model tersebut, nilai hambatan terendah terjadi pada model 3 dengan desain haluan X-Bow yaitu koefisien total sebesar 0.006565 dan nilai hambatan total sebesar 242,76 KN. Sedangkan untuk model 1 dan model 2 menghasilkan nilai koefisien total masing-masing 0,007211 dan 0,007368. Dengan nilai hambatan total model 1 sebesar 267,22 KN dan nilai hambatan total model 2 sebesar 273,40 KN. Analisa seakeeping kapal menunjukan respon heaving kapal terkecil dialami pada sudut 90o saat tinggi gelombang 3 meter oleh model 3 yaitu sebesar 0,204 meter. Sedangkan untuk model 1 memiliki nilai 0,214 meter dan model 2 memiliki nilai 0,208 meter. Untuk respon pitching kapal terkecil juga dialami pada sudut 90o saat tinggi gelombang 3 meter oleh model 3 yaitu sebesar 0,065o. Sedangkan untuk model 1 memiliki nilai 0,084o dan model 2 memiliki nilai 0,098 o. Untuk probability slamming baik model 1, model 2 maupun model 3 tidak memiliki kemungkinan untuk terjadinya slamming. Dari hasil analisa baik dari segi hambatan maupun seakeeping kapal didapat bahwa model 3 yakni model dengan menggunakan desain haluan X-Bow adalah model terbaik yang dapat dijadikan alternatif jika dibandingkan model 1 dan model 2.
ANALISA PERBANDINGAN TIPE KORT NOZZLE TERHADAP GAYA DORONG PROPELLER DENGAN METODE CFD Wasisto Rakhmadi; Andi Trimulyono; Muhammad Iqbal
Jurnal Teknik Perkapalan Vol 4, No 1 (2016): JANUARI
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1346.013 KB)

Abstract

Pada saat beroperasi di laut suatu  kapal harus memiliki kemampuan untuk mempertahankan kecepatan dinas (Vs) seperti yang direncanakan. Hal ini mempunyai arti bahwa kapal haruslah mempunyai rancangan sistem propulsi yang baik. Salah satu komponen utama sistem propulsi adalah alat penggerak (Propeller), pemilihan alat penggerak yang efektif akan mempengaruhi gaya dorong yang dihasilkan kapal tersebut. Penggunaan Kort nozzle berfungsi untuk memusatkan aliran sehingga meningkatkan nilai gaya dorong (thrust). Penelitian ini dibuat pada empat model tipe dari kort nozzle yaitu model jenis Shushkin Nozzle tipe A, Shushkin Nozzle tipe B, Shushkin Nozzle tipe C dan Marin’s Nozzle 19A yang digunakan pada propeller jenis B-series dan Kaplan. Perbedaan model Nozzle mengindikasikan nilai thrust dan torque  yang berbeda sehingga penulis menganalisa masing-masing model agar dapat diketahui model dengan thrust tertinggi dan torque terendah dengan bantuan program Computational Fluid Dynamics (CFD). Dalam penganalisaan yang dilakukan menggunakan software CFD ANSYS CFX 14.0 menunjukkan dari masing-masing model kort nozzle propeller yang di analisa terdapat perbedaan bentuk aliran fluida, perbedaan nilai thrust dan torque yang dihasilkan. Dari hasil analisa keempat  model nozzle  tersebut, terlihat nilai Thrust terbesar untuk propeller B-series terjadi pada Nozzle Shushkin tipe C dengan nilai 53,458 kN pada rpm 565, sedangkan untuk propeller kaplan terjadi pada nozzle Shushkin tipe C dengan nilai 58,311 kN pada rpm 565. Untuk nilai torque terendah pada propeller B-series terjadi pada Nozzle Shushkin tipe B dengan nilai 1,184 kNm pada rpm 350, sedangkan untuk propeller Kaplan terjadi pada Nozzle Shushkin tipe A dengan nilai 1,555 kNm pada rpm 350. 
PENGARUH ANTI-SLAMMING BULBOUS BOW TERHADAP GERAKAN SLAMMING PADA KAPAL PERINTIS 200 DWT Muhammad Iqbal; Good Rindo
Kapal: Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kelautan Vol 13, No 1 (2016): Februari
Publisher : Department of Naval Architecture - Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1078.692 KB) | DOI: 10.14710/kpl.v13i1.10382

Abstract

Analisis seakeeping (kemampuan olah gerak kapal) merupakan aspek penting dalam perancangan kapal. Berdasarkan analisis tersebut, dapat diketahui batas operasional dari sebuah kapal. Salah satunya adalah dapat mengetahui kemampuan kapal pada tinggi gelombang signifikan (Hs) tertentu. Memodifikasi bentuk haluan kapal dengan membuat dasar dari haluan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan dasar lambung kapal nya (dibawah garis baseline kapal) dinamakan Anti-Slamming Bow. Pada penelitian ini, anti-slamming bow ditambahkan dengan ­bulbous bow yang dinamakan dengn Anti-Slamming Bulbous Bow (ASB). Panjang (lasb) dan tinggi (hasb) Anti-Slamming Bulbous Bow divariasikan untuk mendapatkan probabilitas dan intensitas slamming yang paling rendah. Metode untuk menghitung RAO menggunakan Metode Panel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai probabilitas pada kapal existing (model awal) pada Hs = 4 m dan Tave = 5 s pada kecepatan 14 knot tidak memenuhi standar kriteria Nordforsk ’87 karena memiliki nilai probabilitas slamming sebesar 12,19%. Selain model awal, model 1, model 3 dan model 5 juga tidak memenuhi standar kriteria karena memiliki nilai probabilitas slamming sebesar 5,19%, 5,04% dan 5,10%. Parameter ukuran anti-slamming bulbous bow terbaik terdapat pada model 6 dimana rasio panjang ASB terhadap Lpp kapal sebesar 0,4 dan rasio tinggi ASB terhadap sarat kapal sebesar 0,4. Sedangkan bentuk Bulbous terbaik adalah Bulbous A yaitu bulbous tipe bentuk titik air tergantung. Model ini memiliki nilai  probabilas sebesar 1,95% dan memenuhi kriteria Nordforsk ’87.