Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Obesity Indicators and C-Reactive Protein in Indonesian Adults (More than Equal to 40 Years Old): The Indonesian Family Life Survey 5 Yeni Mahwati; Dieta Nurrika
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 15, No 4 (2020): Volume 15, Issue 4, November 2020
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (317.82 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v15i4.3296

Abstract

C-reactive protein (CRP) is the best clinical marker for systemic inflammation. Obesity is associated with increased CRP levels. Systemic inflammation is present before morbidity occurs. Research reveals that the identification of obesity indicators and CRP levels is limited among Indonesians. The present study investigated the associations between obesity indicators (body mass index [BMI], waist circumference [WC], waist-to-hip ratio [WHR], waist-to-height ratio [WHtR]) and CRP levels among Indonesian adults. This cross-sectional study based on Indonesian Family Life Survey-5 2014–2015 was conducted among 3,386 adults (≥ 40 years) living in 13 provinces in Indonesia during the study period. All data were collected in 2014. Multiple logistic regression was used to estimate the odds ratio (ORs) and 95% confidence interval (95% CIs) for hs-CRP levels on obesity indicators by using underweight (BMI) and normal (WC, WHR, and WHtR) as references. Our multivariable logistic regression analysis indicated that respondents with increased WHR (OR: 1.278, 95% CI: 1.005–1.625, p-value < 0.001) were more likely to have high-risk hs-CRP levels than those with normal WHR. Compared with respondents with normal WHtR, those with increased WHtR were found associated with high-risk hs-CRP levels (OR: 1.980, 95% CI: 1.544–2.541, p-value < 0.001). Therefore, WHR and WHtR can predict central obesity, which is associated with hs-CRP levels.
Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Ibu di Jawa Barat Yeni Mahwati
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7 No. 6 Januari 2013
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.382 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v7i6.35

Abstract

Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dapat menyelamatkan perempuan dari komplikasi berat dan kematian selama kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Faktor sosial, manfaat/kebutuhan yang dirasakan, serta aksesibilitas ekonomi dan fisik berkontribusi langsung terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor sosial, kebutuhan, serta aksesibilitas ekonomi dan fisik yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu di Jawa Barat. Data yang digunakan untuk penelitian adalah data sekunder hasil Riset Kesehatan Dasar 2010 pada perempuan usia 15 – 59 tahun yang pernah menikah. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Kedua hasil analisis menegaskan bahwa faktor sosial, kebutuhan yang dirasakan, serta aksesibilitas ekonomi dan fisik memiliki hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dan persalinan. Model akhir analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa tempat tinggal merupakan variabel yang paling memengaruhi pemanfaatan kedua bentuk pelayanan kesehatan ibu. Determinan penting yang lain adalah riwayat komplikasi, pendapatan keluarga, umur, dan pendidikan ibu. Dalam analisis multivariat, status perempuan bekerja dan pekerjaan suami tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kemungkinan perempuan mendapatkan perawatan antenatal dan pemberian perawatan modern meskipun variabel suami adalah positif dan sangat terkait dengan variabel dependen.Utilization of maternal health care services could save severe complications and death among women during pregnancy, delivery, and after delivery. Numerous factors such as social, perceived needs, and economic and physical accessibility are contributed directly with the use of maternal health care. The purpose of this study is to investigate the social, perceived needs, and economic and physical accecibility factors that affect women’s use of maternal health care in West Java. The data used come from the 2010 Basic Health Research of ever married women 15 – 59 years old. This study used two levels of analysis, bivariate and multivariate analysis. Both analyses confirmed that social, perceived needs, and economic and physical accessibility factors had a significant relationship with the utilization of antenatal and modern delivery care. The final model logistics regression multivariate analysis indicate that the residence’s place remain the most independent variable affecting both of antenatal and delivery care usage. Other important determinants are complications history, family income, mother’s age, and education. In the multivariate analysis, the complications history have a significant impact on the probability of women obtaining delivery care although these variable not associated with the dependent variables in the bivariate analysis.
Determinants of Multimorbidity among The Elderly Population in Indonesia Yeni Mahwati
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 9 No. 2 November 2014
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.763 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v9i2.516

Abstract

Multimorbidity is the presence of two or more chronic diseases in one person. Multimorbidity prevalence increases with age, especially in the elderly. This study aimed to determine the prevalence of multimorbidity in elderly population in Indonesia and its determinant. Data were taken from the fourth survey of the Indonesian Family Life Survey (IFLS) which held in 2007. IFLS is a continuing longitudinal socio-economic and health survey. The sample used in the analysis were 2,960 elderly (³ 60 years). Logistic regression was performed to determine the prevalence and determinants of multimorbidity in the elderly. The prevalence of multimorbidity were 15.8 % and was higher among low educational level, unemployed, current smokers, mild physical activity, overweight/obese and lower consumption of vegetables and fruit. Multivariate analysis showed that low educational level, unemployed, current smoker and ex smoker, overweight/obese, mild physical activity and lower consumption of vegetables and fruit were associated with multimorbidity. The results showed that the prevalence of multimorbidity in Indonesian elderly is quite high especially those with poor health behaviors and low socioeconomic conditions. Strategies to increase healthy behaviors and improve socio-economic conditions may decrease the prevalence of multimorbidity. Determinan Multimorbiditas pada Populasi Usia Lanjut di IndonesiaMultimorbiditas adalah kehadiran dua atau lebih penyakit kronis pada satu orang. Prevalensi multimorbiditas meningkat dengan usia, terutama pada lanjut usia (lansia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan determinan multimorbiditas pada lansia di Indonesia. Data diambil dari survei keempat Indonesian Family Life Survey (IFLS) yang diadakan pada tahun 2007. IFLS adalah survei sosial ekonomi dan kesehatan longitudinal di Indonesia. Sampel yang digunakan dalam analisis adalah 2.960 lansia (³ 60 tahun). Regresi logistik dilakukan untuk menentukan prevalensi dan determinan multimorbiditas pada lansia. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi multimorbiditas sebesar 15,8%, dengan prevalensi lebih tinggi pada lansia yang overweight/obesitas, tingkat pendidikan rendah, tidak bekerja, perokok saat ini, aktivitas fisik ringan, overweight/obesitas, dan kurangnya konsumsi sayur dan buah. Analisis multivariat menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, perokok saat ini dan pernah merokok, overweight/obesitas, aktivitas fisik ringan, serta kurangnya konsumsi sayuran dan buah berhubungan dengan multimorbiditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi multimorbiditas pada lansia Indonesia cukup tinggi terutama mereka dengan perilaku kesehatan yang buruk dan kondisi sosial ekonomi yang rendah. Strategi untuk meningkatkan perilaku sehat dan meningkatkan kondisi sosial-ekonomi dapat menurunkan prevalensi multimorbiditas pada lansia.
Pengaruh Kalender Penanda Menstruasi Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Perubahan Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Menandai Tanggal Hari Pertama Haid Terakhir Nike Arta Puspitasari; Herri Sastramihardja; Yeni Mahwati; Hidayat Wijayanegara; Suryani Soepadan; Ma&#039;mun Sutisna
Jurnal Sistem Kesehatan Vol 5, No 4 (2020): Volume 5 Nomor 4 Juni 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jsk.v5i4.31286

Abstract

Umur kehamilan dapat ditentukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), namun di lapangan tidak sedikit wanita usia subur (WUS) yang tidak ingat tanggal HPHT karena tidak pernah mencatat/menandai tanggal HPHT. Survei yang dilakukan di Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak Kota Bandung hampir seluruh wanita yang disurvei tidak ingat tanggal HPHT-nya dan tidak pernah mencatat tanggal HPHT-nya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kalender penanda menstruasi terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku WUS dalam menandai tanggal HPHT. Untuk mengetahui pengaruh terhadap pengetahuan, digunakan rancangan one group pretest-posttest design, sedangkan untuk mengetahui pengaruh terhadap perilaku digunakan rancangan posttest only design (deskriptif). Penentuan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampel dengan 32 responden dan dilaksanakan pada bulan Januari-April Tahun 2019 di Klinik Pratama Sahabat Ibu dan Anak Kota Bandung.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan skor pengetahuan yang signifikan dari 6 (median pretest) menjadi 8 (median posttest), (p<0,05). Terdapat juga peningkatan perubahan perilaku dari 0% menjadi 81,3%  (secara deskriptif) setelah mendapat intervensi. Simpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh kalender penanda menstruasi terhadap peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku WUS dalam menandai tanggal HPHT.Kata Kunci : Hari Pertama Haid Terakhir, Kalender, Pengetahuan,  Perilaku, Wanita Usia Subur
PERBANDINGAN STRETCHING EXERCISES, MUSIK DAN KOMBINASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI MENSTRUASI (DISMENORE PRIMER) PADA SISWI SMAN 5 KARAWANG Mela Karmelia; Hidayat Wijayanegara; Yeni Mahwati; Herri S. Sastramihardja; Roni Rowawi; Adjat Sedjati Rasyad
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) Vol 4 No 1 (2021): Februari 2021
Publisher : Akademi Kebidanan Bunga Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dismenore merupakan masalah ginekologi yang dialami oleh kebanyakan wanita terutama remaja. Cara yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi rasa nyeri saat menstruasi yaitu dengan cara farmakologi maupun non farmakologi. Salah satu cara nonfarmakologi yang dapat dilakukan yaitu dengan stretching exercises dan terapi musik.. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan penurunan nyeri menstruasi menggunakan kombinasi stretching exercises dan musik dengan stretching exercises atau dengan treatment musik.Metode penelitian dengan menggunakan quasi eksperimental, pendekatan posttest design dengan jumlah sampel 105 siswi. Pengambilan sampel siswi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok kombinasi dari stretching exercises dan musik 35 responden, stretching exercises 35 responden, dan terapi musik 35 responden. Penelitian dilakukan di SMAN 5 Karwang pada bulan April-Juni 2019. Analisis perbedaan ketiga kelompok yang dilakukan pengujian secara statistik dengan uji Anova. Hasil penelitian menunjukan bahwa kombinasi dari stretching exercises dan musik terdapat penurunan yang signifikan dengan rata-rata 2,14 rentang derajat nyeri 0-5 dibandingkan dengan stretching exercises dengan rata-rata 3,40 (1-6) ataupun treatment musik rata-rata 3,66 (1-6) pada penurunan intensitas nyeri menstruasi (dismenore primer) dengan p value 0,001 (p kurang dari 0,005).Simpulan, kombinasi stretching exercises dan musik terdapat penurunan yang signifikan dibandingkan stretching exercises ataupun treatment musik terhadap intensitas nyeri menstruasi (dismenore primer) pada siswi.
PERBANDINGAN EFEKTIFITAS ANTARA WARM PACK BELT DENGAN KOMPRES AIR HANGAT DALAM MENURUNKAN DEMAM ANAK USIA 1 ̶ 5 TAHUN DI PUSKESMAS LEGON KULON KABUPATEN SUBANG TAHUN 2021 Karimah Karimah; Hidayat Wijayanegara; Yeni Mahwati; Ma’mun Sutisna; Sri Komalaningsih; Herri S Sastramihardja
Bunda Edu-Midwifery Journal (BEMJ) Vol 4 No 2 (2021): September 2021
Publisher : Akademi Kebidanan Bunga Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54100/bemj.v4i2.46

Abstract

Demam merupakan kondisi suhu tubuh yang meningkat melebihi 36°C. Demam pada anak dapat diatasi secara non farmakologi dilakukan dengan Warm Pack Beltdan kompres air hangat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbandingan sebelum dan sesudah diberikan Warm Pack Belt dan kompres air hangat dalam menurunkan demam serta menganalisis efektifitas Warm Pack Belt dengan kompres air hangat dalam menurunkan demam anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Legon Kulon Kabupaten Subang tahun 2021. Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Legon Kulon Kabupaten Subang pada tanggal 11-31 Maret 2021. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen dengan pendekatan pretest-posttest with control group dengan responden sebanyak 80 orang usia 1-5 tahun yang mengalami demam. Efektifitas diukur menggunakan Uji N-Gain, variabel terikat Demam diukur memakai skala ukur nominal, sedangkan perbandingan efektifitas antara Warm Pack Beltdengan kompres air hangat dalam menurunkan demam anak usia 1-5 tahun dianalisis menggunakan Uji Paired Sampel T Test. Hasil penelitian menunjukkan pada hari ke 1-3 nilai p value = 0,000 semua nilai p value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya perbedaan efektifitas antara Warm Pack Beltdengan kompres air hangat dalam menurunkan demam anak usia 1-5 tahun. Dimana penurunan suhu tubuh anak sebelum diberikan kompres air hangat pada yaitu 37,91°C dan setelah diberikan menjadi 36,63°C, sedangkan pada kelompok Warm Pack Belt yaitu sebelum diberikan suhu tubuh anak 37,79°C dan setelah diberikan menjadi 35,83°C. Terdapat perbedaan penurunan yaitu 1,28°C untuk kelompok kompres hangat dan 1,96°C untuk kelompok Warm Pack Belt. Simpulan, terdapat perbedaan suhu tubuh anak usia 1-5 tahun yang diberikan treatment. Warm Pack Belt lebih efektif dibandingkan dengan kompres air hangat terhadap demam pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Legon Kulon Kabupaten Subang.
Kajian Naratif: Intervensi untuk Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan Tuberculosis Yeni Mahwati
Kesmas Indonesia Vol 14 No 2 (2022): Jurnal Kesmas Indonesia
Publisher : Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.ki.2022.14.2.5655

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia yang penting. WHO melaporkan bahwa TB merupakan penyebab penyakit bagi sekitar 10 juta orang setiap tahun dan menduduki peringkat sepuluh besar penyebab kematian secara global. Cakupan pengobatan TB pada tahun 2020 sebesar 41,7% relatif menurun jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Kegagalan pengobatan TB dapat mengakibatkan pada MDR-TB dan terjadinya kematian. Kepatuhan berobat memegang peran vital dalam menentukan keberhasilan program pengobatan TB. Ketidakpatuhan juga diidentifikasi sebagai faktor utama munculnya MDR-TB. Tujuan: Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat mendorong kepatuhan pengobatan TB sehingga mencegah kejadian MDR-TB. Metode: Pencarian literatur menggunakan database Google Scholar dan PubMed dengan kata kunci yaitu “tuberculosis” or ”treatment tuberculosis” and “RCT” or “quasi-experiment” and “compliance” or “adherence”. Hasil Penelitian: Tiga belas studi diambil terkait dengan intervensi peningkatan pengobatan tuberculosis. Intervensi yang dilakukan dalam upaya peningkatan kepatuhan pengobatan tuberkulosis antara lain konseling psikologis, edukasi individu, pengawasan pengobatan berbasis digital, dukungan rekan dan pengingat SMS. Kesimpulan: Intervensi yang dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan TB yaitu konseling psikologis, edukasi individu, pengawasan pengobatan berbasis digital (99DOTS, WOT, pengingat pengisian ulang pil berbasis telepon, dan monitor pengobatan), dan dukungan rekan.
Effect of body weight changes on hypertension in Indonesian adults (A 14-year follow up) Mahwati, Yeni
Makara Journal of Health Research Vol. 23, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Obesity is one of the major risk factors of hypertension. There is no large cohort study designed to investigate the quantitative asso­ciation between body weight changes and the risk of hypertension in Indonesia. The aim of this study was to determine the impact of longitudinal BMI changes on hypertension in Indonesian adults. Methods: Body Mass Index (BMI) was computed by dividing weight (kg) by height squared (m2). Based on the BMI at baseline, the participants formed four weight-change groups: normal weight-maintainers, weight-gainers, weight-losers and overweight or obese-maintainers. The effect of age on the relationship between body weight changes and hypertension was analyzed by logistic regression models using stratified analysis. Results: Four body weight changes were identified: normal weight-maintainers (41.95%), weight-gainers (18.83%), weight-losers (5.24%), and overweight or obese-maintainers (33.98%). The stratified logistic regression analysis showed that changes in the relationships between the BMI changes and hypertension with age generally tended to be positive in the younger age-based subgroups but negative in the older subgroups. Relative to the normal weight-maintainers, the weight-gainers had the highest likelihood of hypertension (OR=1.68 95%CI [1.23-1.93]). Conclusions: The findings of the study underline the importance of maintaining normal weight for preventing hypertension especially for the middle-aged.
The Relationship between Spirituality and Depression Among the Elderly in Indonesia Mahwati, Yeni
Makara Journal of Health Research Vol. 21, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Studies have shown that there is an association between spirituality and better physical and mental health. Depression has one of the highest prevalence amongst the mental health illnesses in the elderly, and it can lead to poor physical health. This study aims to determine the relationship between spirituality and depression. Methods: Data was obtained from the 4th Indonesian Family Life Survey, that was conducted in 2007; the total study sample included 3,103 elderly Indonesians. Logistic regression was performed to determine the relationship between spirituality and depression. Results: This study found that the prevalence of depression was 7.2%, with the largest proportion of those being ≥ 70 years, female, less educated, unemployed, elderly with multimorbidities, unmarried, and less spiritual. Logistic regression analysis showed a strong relationship between spirituality and depression (odds ratio= 1.869; 95% confidence interval; 1.422 to 2.458) after it was controlled for all variables. Conclusions: This study found that spirituality has a significant relationship with rates of depression. The government needs to develop a program that strengthens spirituality to improve mental health in the elderly.
Kajian Naratif: Intervensi untuk Meningkatkan Kepatuhan Pengobatan Tuberculosis Yeni Mahwati
Kesmas Indonesia Vol 14 No 2 (2022): Jurnal Kesmas Indonesia
Publisher : Jurusan Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.ki.2022.14.2.5655

Abstract

Pendahuluan: Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan dunia yang penting. WHO melaporkan bahwa TB merupakan penyebab penyakit bagi sekitar 10 juta orang setiap tahun dan menduduki peringkat sepuluh besar penyebab kematian secara global. Cakupan pengobatan TB pada tahun 2020 sebesar 41,7% relatif menurun jika dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Kegagalan pengobatan TB dapat mengakibatkan pada MDR-TB dan terjadinya kematian. Kepatuhan berobat memegang peran vital dalam menentukan keberhasilan program pengobatan TB. Ketidakpatuhan juga diidentifikasi sebagai faktor utama munculnya MDR-TB. Tujuan: Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dapat mendorong kepatuhan pengobatan TB sehingga mencegah kejadian MDR-TB. Metode: Pencarian literatur menggunakan database Google Scholar dan PubMed dengan kata kunci yaitu “tuberculosis” or ”treatment tuberculosis” and “RCT” or “quasi-experiment” and “compliance” or “adherence”. Hasil Penelitian: Tiga belas studi diambil terkait dengan intervensi peningkatan pengobatan tuberculosis. Intervensi yang dilakukan dalam upaya peningkatan kepatuhan pengobatan tuberkulosis antara lain konseling psikologis, edukasi individu, pengawasan pengobatan berbasis digital, dukungan rekan dan pengingat SMS. Kesimpulan: Intervensi yang dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan TB yaitu konseling psikologis, edukasi individu, pengawasan pengobatan berbasis digital (99DOTS, WOT, pengingat pengisian ulang pil berbasis telepon, dan monitor pengobatan), dan dukungan rekan.