Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

MAKING PAPER FROM MIXTURE OF OIL PALM FRONDS (OPF) AND OIL PALM EMPTY FRUIT BUNCHES (OPEFB) Nanna Nanna; Syahrul Rhamadhani; Siti Aminah; Aji Larasati Putri Riadi; Novy Pralisa Putri
Konversi Vol 9, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v9i2.9079

Abstract

The oil palm industry produces solid waste such as oil palm fronds (OPF) and empty fruit bunches (OPEFB), but the utilization of the OPEFB waste is still limited to composting. Even the palm fronds are only left on the farm without being processed. While both types of waste contain a lot of cellulose and can be processed into more economic value. In addition to compost, the two types of waste can be used as pulp and paper. Hence, in this study, the two wastes are processed into the paper with a variety of concentrations of solvents and mixtures. The aim is to determine the effect of solvent concentration in the process of making paper pulp and the effect of the comparison of the mixture of paper pulp with the characteristics of the paper produced. Each material is processed into pulp by the soda process using sodium hydroxide as a solvent. While the solvent concentration used is 20%, 30%, and 40% for materials from OPEFB, while the material from OPF is only mixed with 20% sodium hydroxide solution. Then the pulp, OPEFB pulp with various variations of solvent, mixed pulp with the ratio of OPF pulp and OPEFB pulp of 1: 3; 1: 1; and 3: 1 processed into paper. The resulting paper was analyzed to study folding strength, tear strength, and paper thickness. The results of the study prove that the folding endurance and tear resistance of the paper have smaller in the greater concentration of the solvent. By contrast, the thickness of the paper is greater. Besides, more the mass of OPEFB in the pulp mixture, then the folding endurance and tear resistance of the paper have less, while the thickness is decreasing. 
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH PADAT KELAPA SAWIT Andi Haryanti; Norsamsi Norsamsi; Putri Suci Fanny Sholiha; Novy Pralisa Putri
Konversi Vol 3, No 2 (2014): Oktober 2014
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v3i2.161

Abstract

Abstrak- Setiap tahunnya produksi kelapa sawit makin meningkat, sehingga akan terjadi peningkatan juga pada limbah kelapa sawit. Limbah kelapa sawit adalah sisa-sisa hasil tanaman kelapa sawit yang tidak termasuk dalam produk utama atau merupakan hasil ikutan dari proses pengolahan kelapa sawit. Limbah padat kelapa sawit dapat berupa tandan kosong, cangkang dan sabut, dimana pada 1 ton kelapa sawit menghasilkan limbah berupa tandan kosong kelapa sawit sebanyak 23% atau 230 kg, limbah cangkang sebanyak 6,5% atau 65 kg, sabut 13% atau 130 kg. Umumnya limbah padat industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi sehingga jika penanganan limbah secara tidak tepat akan mencemari lingkungan. Pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai PLT biomassa, pupuk dan bioetanol. Untuk cangkang kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai karbon/arang aktif, pembuatan pupuk cair kalium sulfat, pengawet alami tahu, bahan bakar (biomassa), briket. Untuk sabut kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai bahan penguat sifat mekanik komposit, fiber glass, pengolah limbah cair, pembuatan pulp, media tanaman alternatif, alternatif pengganti solar dan batubara sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Masih banyak yang bisa di lakukan untuk pemanfaatan limbah padat kelapa sawit dengan dilakukan penelitian. Kata Kunci: limbah padat kelapa sawit, TKKS, cangkang kelapa sawit, sabut kelapa sawit Abstract- Each year, palm oil production increased, so that there will be an increase also in palm oil waste. Waste of palm oil crops are not included in the main product or a by-product of the processing of palm oil. Solid waste can be either oil palm empty fruit bunches, shells and fiber (coir), which on 1 ton of palm oil generates waste in the form of empty fruit bunches of oil pam as much as 23% or 230 kg, the waste shell as much as 6.5% or 65 kg, coir (fiber) 13% or 130 kg. Generally palm oil industrial solid waste contain organic matter so that if the improper handling of waste will pollute the environment. In the oil palm empty fruit bunches (EFB) PLT can be used as biomass, manure and bioethanol. For palm kernel shells can be used as a carbon/charcoal, liquid potassium sulphate fertilizer production, and natural preservatives. To coir (fiber) palm oil can be used as a reinforcing material for the mechanical properties of the composite, fiber glass, liquid waste processing, manufacture of pulp, media alternative crops, alternative to diesel and coal as fuel for electricity generation. There is still much that can be done for solid waste utilization of palm oil by doing a research.Keywords: solid waste of palm oil, EFB, palm kernel shells, fiber of palm oil
EXTRACTION OF KETAPANG SEEDS (TERMINALIA CATAPPA LINN) AS RAW MATERIAL OF BIODIESEL Novy Pralisa Putri; Muhammad Affandhy Muslim; Joel Gerystra Sitorus; Dicky Luhangga Putra; Marjenah Marjenah
Konversi Vol 7, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v7i1.4870

Abstract

Abstract- Terminalia catappa Linn. (ketapang) is a coastal tree with a widespread area. Its derived from the tropics of India, and spread to Southeast Asia, Northern Australia and Polynesia in the Pacific Ocean. This study aims to determine the effect of maceration time on the density of the species, yield, and % FFA from oil of ketapang. The research procedure is done by soaking ketapang seed powder wrapped with filter paper into a chemical glass containing 500 mL of n-Hexane solvent. Then the solvent which has been mixed with oil, separated by distillation. Variables used in this research is the variation of immersion time in the unit of day. The results of the research are 25-31 mL of oil volume, yield percentage of 0.44-0.52, density of 0.84-0.88 g / mL, 28-35% percentage of FFA. Ketapang oil obtained a lot of fatty acids that can be used as raw materials for making biodiesel but it needs to be pre-esterification first to reduce levels of FFA up to 2%. Keywords:      FFA, Ketapang Oil, Maseration, Yield
MANUFACTURING OF BIOPLASTICS FROM CELLULOSE EMPTY FRUIT BUNCHES WASTE WITH ADDITION OF GLYCEROL AS PLASTICIZER Azahra Rizka Amalia; Rian Fasya Kumara; Novy Pralisa Putri
Konversi Vol 8, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/k.v8i2.6839

Abstract

Abstrak- Produksi sampah plastik meningkat setiap hari dan dapat merusak lingkungan karena plastik sulit terurai. Oleh karena itu mengurangi penggunaan plastik atau mengganti bahan baku plastik adalah salah satu solusi untuk masalah lingkungan. Selulosa adalah salah satu bahan pembentuk plastik dan salah satu sumber selulosa adalah tandan kosong kelapa sawit. Selulosa diekstraksi dari limbah tandan buah kosong menggunakan metode delignifikasi dengan larutan NaOH 17,5% selama 3 jam pada suhu 90-95˚C. Sintesis bioplastik diproses dengan selulosa, pati dan gliserol. Metode sintesis yang digunakan adalah pemanasan selama 1 jam pada suhu 80-90˚C. Variabel yang dianalisis adalah variasi selulosa dan massa pati 0,4 g dan 0,8 g; 0,5 g dan 0,7 g; 0,6 g dan 0,6 g; 0,7 g dan 0,5 g; dan 0,8 g dan 0,4 g. Tes bioplastik yang dilakukan meliputi uji ketahanan air, uji kepadatan, dan uji biodegradasi. Hasil yang paling optimal dalam uji ketahanan air adalah 29,17%, uji kepadatan 0,7273 g mL, dan uji biodegradasi adalah 19,58%.  Keywords :  tandan kosong kelapa sawit, selulosa, delignifikasi, sintesa, bioplastik. 
PEMILIHAN JENIS PELARUT PADA EKSTRAKSI TANIN DARI DAUN AVERRHOA BILIMBI DENGAN METODE SOXHLETASI Helda Niawanti; Novy Pralisa Putri
JURNAL INTEGRASI PROSES VOLUME 9 NOMOR 2 DESEMBER 2020
Publisher : JURNAL INTEGRASI PROSES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36055/jip.v9i2.9391

Abstract

Salah satu komponen dalam proses produksi yang harus diperhatikan dalam proses aplikasi green chemistry di industri adalah zat warna.  Pewarna yang lebih banyak digunakan selama ini adalah jenis pewarna sintetis karena harganya yang lebih murah. Namun, pewarna sintetis ini memiliki kekurangan yaitu berbahaya bagi lingkungan dan dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh manusia jika digunakan sebagai bahan baku kosmetik. Zat warna alami merupakan solusi dari permasalahan tersebut, salah satu pewarna alami adalah tanin yang dapat diekstraksi dari daun Averrhoa bilimbi. Ekstraksi dilakukan dengan metode solid-liquid extraction dengan menggunakan alat soxhlet. Pelarut merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada hasil ekstraksi. Penelitian ini mempelajari efek dari jenis pelarut yaitu etanol, etanol/air dengan komposisi 90/10 (v/v) dan etanol/air dengan komposisi 80/20 (v/v). Ekstraksi dengan ketiga pelarut dilakukan pada waktu 30, 60, 120, 240, dan 480 menit. Pelarut etanol/air dengan komposisi 90/10 (v/v) memberikan waktu ekstraksi lebih singkat yaitu 60 menit dengan kadar tanin sebesar 5,509% ± 0,125. Sedangkan pelarut etanol mencapai kadar tanin 5,489% ± 0,073 dengan waktu ekstraksi yang lebih panjang yaitu 480 menit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis pelarut berpengaruh pada ekstraksi tanin dikarenakan kelarutan senyawa tanin menjadi lebih cepat ketika ditambahkan air sebagai pelarut.Kata Kunci: Tanin, Averrhoa bilimbi, ekstraksi, soxhlet, pelarut
PEMBAKARAN RUMPUT GAJAH UNTUK MENGHASILKAN HOT OIL DAN MEMBANGKITKAN TENAGA LISTRIK PADA INDUSTRI KIMIA Agnes Cicilia Manopo; Fika Dwi Oktavia; Nur Aini; Indah Lestari; Ari Susandy Sanjaya; Novy Pralisa Putri; Yazid Bindar
Jurnal Chemurgy Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Chemurgy-Juni 2020
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/cmg.v4i1.4068

Abstract

Penggunaan rumput gajah menjadi alternatif baru pengganti fosil. Pembakaran rumput gajah akan menghasilkan panas (thermal) yang mampu memanaskan oil sebagai pengganti steam dan berpotensi sebagai pembangkit listrik dengan siklus Organic Rankine Cycle (ORC) pada pabrik industri kimia. Pembakaran sempurna rumput gajah membutuhkan 50% udara berlebih untuk menghasilkan gas dengan komposisi N2, CO2,O2, H2O, SO2, dan NO2. Penggunaan bahan baku 730 kg rumput gajah mampu memanaskan therminol 66 (hot oil) pada suhu 300 ºC dengan laju alir 38.400 kg/jam. Pada siklus Organic Rankine Cycle (ORC) digunakan R245FA sebagai fluida kerja yang bertekanan dan bersuhu tinggi. Terjadi perubahan fase pada R245FA dari fasa cair pada suhu 51ºC menjadi fasa uap pada suhu 150ºC  dengan tekanan 31 bar yang terjadi di evaporator. Kerja sebesar 427 kW dapat dihasilkan dengan menurunkan suhu dan tekanan menjadi 106ºC, 3 bar pada turbin dengan effisiensi kerja sebesar 27%. Penghematan dilakukan dengan cara mendaur ulang R245FA yang dilewatkan pada kondensor sehingga terjadi perubahan fase dimana R245FA menjadi fasa cair kembali pada suhu 50ºC. R245FA di pompakan kembali menuju evaporator dengan menaikan tekanan dan suhu. Siklus terjadi terus-menerus sehingga tidak perlu penambahan R245FA. Kata kunci: Pembakaran, Rumput Gajah, Hot Oil, Listrik, ORC. 
EKSTRAKSI OLEORESIN JAHE GAJAH (Zingiber officinale var. Officinarum) DENGAN METODE SOKLETASI Debby Ramadhani Wijaya; Meisyita Paramitha; Novy Pralisa Putri
JURNAL KONVERSI Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.151 KB) | DOI: 10.24853/konversi.8.1.8

Abstract

Oleoresin merupakan hasil ekstraksi rempah yang didalamnya terkandung komponen-komponen yang berupa zat-zat volatil dan non-volatil yang masing-masing berperan dalam menentukan aroma dan rasa. Salah satu metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk memperoleh oleoresin yaitu ekstraksi sokletasi. Penelitian ini menggunakan metode ekstraksi sokletasi dengan tiga faktor: pelarut etanol, suhu ekstraksi (70 dan 80°C), dan waktu ekstraksi (30, 60, 90, 120 dan 150 menit). Dari hasil penelitian diperoleh nilai rendemen oleoresin, kelarutan oleoresin dalam pelarut, dan densitas oleoresin tertinggi secara berurutan 2,62%; 0,1213; dan 0,8588 gr/mL pada perlakuan waktu ekstraksi 150 menit dengan suhu 80o C.
Potensi dan karakteristik abu tandan kosong kelapa sawit sebagai katalis heterogen untuk produksi biodiesel R.A Dwi Putri Ananda; Leily Nurul Komariah; Novy Pralisa Putri; Susila Arita
Jurnal Teknik Kimia Vol 29 No 1 (2023): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/jtk.v29i1.1551

Abstract

Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) merupakan limbah padat dengan volume yang cukup besar dari produksi kelapa sawit. Dari total 24,25% TKKS yang dihasilkan, saat ini pemanfaatan limbahnya masih jauh dari potensinya sekitar 95,45 ton/ tahun yang dihasilkan tidak dimanfaatkan dengan baik. Tandan kosong kelapa sawit dapat dikonversi menjadi abu yang siap dipakai untuk proses produksi biodisel melalui reaksi transesterifikasi. Hasil Uji karakteristik menunjukkan bahwa abu TKKS dapat menjadi katalis yang potensial karena menunjukkan kadar kalium mencapai 48,25% . Partikel katalis memiliki cross section area 16.2 A2/mol dengan luas permukaan 0,012 m2/g dan total volume pori katalis 0,007674 cc/g. Dalam kajian ini juga dilakukan proyeksi ketersediaan TKKS dari perkebunan sawit dan dikorelasikan dengan proyeksi kebutuhan katalis untuk industri biodiesel. Setiap tahun diperkirakan sedikitnya terdapat 15,5 juta ton TKKS yang dapat dikonversi menjadi abu sawit melalui proses torefaksi dan sejenisnya. Kebijakan penggunaan biodisel B35 di tahun 2023 diperkirakan akan meningkatkan volume produksi biodisel sampai 13,5 juta kL. Dengan demikian diperkirakan kebutuhan katalis komersial mencapai 120-140 ribu ton per tahun. Melalui neraca massa TKKS menjadi katalis abu TKKS, dimungkinkan tersedia 2,33 juta ton abu TKKS untuk dimanfaatkan sebagai katalis produksi biodiesel. Neraca massa konversi TKKS menjadi abu menunjukkan bahwa 15%-b abu yang siap dipakai menjadi katalis dapat dihasilkan dari setiap ton TKKS.
Characterization of Natural Face Toner from Rice-washed Water Tantra Diwa Larasati; Novy Pralisa Putri; Helda Niawanti; Linda Eka Pratiwi; Delthania Ekaristi Paulina Gedoan
Jurnal Sains dan Terapan Kimia Vol 16, No 2 (2022)
Publisher : Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jstk.v16i2.10850

Abstract

Toner is a skin treatment that serves to refresh and clean facial skin. This study used rice-washed water as the main ingredient for producing toner. Rice-washed water is the main ingredient because it contains abundant nutrients such as carbohydrates in the form of starch, fat, protein, gluten, cellulose, hemicellulose, sugar, vitamins, and minerals. This study aims to determine the effect of toner application made from rice-washed water on the skin, storage time on toner quality, and the production process. The method used in this study uses a simple method of soaking with a rice/water with a various ratio (kg/L). The analysis results show that the toner has a pH of 6.4, considered safe for all skin types with good moisture. The effect on skin moisture was analyzed on six respondents. The toner has a viscosity that is not too thick with a cloudy white color caused by rice grains. Rice grains are beneficial for the skin because they can regenerate skin cells. Rice-washed water toner for seven days contains fat, manganese, protein, oil, fat, and is odorless.