Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KEEFEKTIFAN BAHAN AJAR JENIS IKAN DI KAWASAN MANGROF UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA JENJANG SMK Ayu Maulyda; Mochamad Arief Soendjoto; Muhammad Zaini
QUANTUM: Jurnal Inovasi Pendidikan Sains Vol 11, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/quantum.v11i2.8280

Abstract

Pendidikan di Indonesia memiliki tanggungjawab mencetak lulusan yang berkualitas dan memiliki keterampilan belajar salah satunya adalah keterampilan berpikir kritis. Pengembangan produk berupa bahan ajar berbasis lokal memiliki tujuan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa karena siswa mendapatkan contoh secara langsung atau melakukan kegiatan belajar sesuai dengan potensi lokal daerahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar jenis ikan di kawasan mangrof dan mendeskripsikan keefektifan bahan ajar yang dikembangkan untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model evaluasi formatif dari Tessmer (1993). Subjek penelitian ini meliputi lima orang siswa kelas X untuk uji kelompok kecil, dan lima belas orang siswa kelas X untuk uji lapangan. Analisis data dilakukan dengan teknik deskriptif dan kategorisasi. Hasil keefektifan harapan pada uji kelompok kecil sebelum menggunakan bahan ajar diperoleh nilai dibawah ketuntasan dengan rata-rata 32 dan setelah pengajaran menggunakan bahan ajar jenis ikan di kawasan mangrof didapat nilai ketuntasan dengan rata-rata 87.  Keefektifan aktual pada uji lapangan didapat N-Gain yaitu merumuskan masalah 0.9 dengan kategori tinggi, merumuskan hipotesis 0.7 dengan kategori tinggi, pengumpulan data 0.9 dengan kategori tinggi, analisis data d0.8 dengan kategori tinggi dan menarik kesimpulan 0.9 dengan kategori tinggi
CRITICAL THINKING ABILITY OF BIOLOGY EDUCATION STUDENTS THROUGH ENVIRONMENTAL TOXICOLOGY’S PROBLEM SOLVING Laili Munawarah; Mochamad Arief Soendjoto; Bunda Halang
EDUSAINS Vol 10, No 1 (2018): EDUSAINS
Publisher : Faculty of Education and Teacher Training, UIN (State Islamic University) Syarif Hidayatul

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.802 KB) | DOI: 10.15408/es.v10i1.6656

Abstract

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PENYELESAIAN MASALAH TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN Abstract In the era of globalization, science and technology that growing rapidly causing information flow becomes faster and limitless. This has a direct impact on many areas of life, including education. The process of education is required to prepare and produce quality human resources in order to process the information properly and correctly, by developing a culture of critical thinking. Critical thinking is a must-have capability of Bachelor Program’s graduates in National Standards of Higher Education. Critical thinking is important to students because they can train themselves to be rational and choose the problem’s best solution faced through the knowledge they have. But in fact the students are often still difficult to decide the right solution when faced with a problem around them. This problem must be addressed immediately, because it can lead to decreased quality of education and quality of human resources itself. One way to track and describe critical thinking ability is through the provision of problems related to Biology learning subjects. One of the subjects in Biology learning that deals with many issues around life is Environmental Toxicology. Environmental Toxicology issues can encourage students to find solutions to the dangers of contaminants and the work that can be done to minimize the impact of the contaminants.   Abstrak Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat menyebabkan aliran informasi menjadi lebih cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada banyak bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Proses pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memproses informasi dengan benar dan tepat, dengan mengembangkan budaya berpikir kritis. Berpikir kritis adalah kemampuan yang harus dimiliki lulusan Program Sarjana dalam Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Berpikir kritis penting bagi siswa karena dapat melatih diri siswa untuk menjadi rasional dan memilih solusi terbaik dari masalah yang dihadapi melalui pengetahuan yang siswa miliki. Namun pada kenyataannya siswa seringkali masih kesulitan untuk memutuskan solusi yang tepat ketika dihadapkan dengan masalah di sekitar mereka. Masalah ini harus segera diatasi, karena dapat menyebabkan menurunnya kualitas pendidikan dan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Salah satu cara untuk membawa dan menggambarkan kemampuan berpikir kritis adalah melalui penyediaan masalah yang terkait dengan mata pelajaran pembelajaran Biologi. Salah satu materi dalam pembelajaran Biologi yang berhubungan dengan banyak masalah di sekitar kehidupan adalah Toksikologi Lingkungan. Masalah Toksikologi lingkungan dapat mendorong siswa untuk menemukan solusi terhadap bahaya kontaminan dan hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan dampak dari kontaminan. Permalink/DOI:http://dx.doi.org/10.15408/es.v10i1.6656 
DATABASE AVIFAUNA PADA TIGA KAMPUS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT DI BANJARBARU, INDONESIA Tomi Utomo; Mochamad Arief Soendjoto; Suyanto Suyanto
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 5 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 5 Edisi Oktober 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (765.14 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i5.4199

Abstract

Avifauna data of Lambung Mangkurat University (LMU), Banjarbaru are not yet available. This study aimed to obtain database regarding avifauna (bird) found or inhabited at LMU. Diurnal birds were observed on 3 campuses in the LMU Banjarbaru environment through transects and circles with a radius of 20 m between 07.00-10.00 and 15.30-18.30 with 3 repetitions. The database is packaged in the form of an 8-column table whose columns contain the serial number, family, species, and Indonesian names of the bird, the campus where the bird was found, the type of food observed being eaten, guilds, bird groupings, and bird status according to protection and its conservation. Twenty-three species or 14 bird families were observed. All species were found at the LMU Banjarbaru Campus. Fewer species were found on the other two campuses, namely the JPOK Campus and the PGSD Campus. The number of bird species observed is higher at the Main Campus of LMU, Banjarbaru because of its wider area. The plant species that live on the campus, especially woody plants, are more variedBelum tersedia data avifauna di lingkungan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan database avifauna yang ditemukan atau berhabitat di ULM. Burung diurnal diamati pada 3 kampus di lingkungan ULM Banjarbaru melalui transek dan lingkaran beradius 20 m antara jam 07.00-10.00 dan 15.30-18.30 dengan 3 kali ulangan. Database dikemas dalam bentuk tabel 8 kolom yang kolom-kolomnya memuat nomor urut, nama famili, nama spesies, dan nama Indonesia burung, kampus tempat burung tersebut ditemukan, jenis makanan yang teramati sedang dimakan, guild, kekelompokan burung, serta status burung menurut kelindunganan dan kekonservasiannya. Dua puluh tiga spesies atau 14 famili burung teramati. Semua spesies ditemukan pada Kampus Utama ULM Banjarbaru. Jumlah spesies lebih sedikit ditemukan di dua kampus lainnya, yaitu Kampus JPOK dan Kampus PGSD. Jumlah spesies burung teramati lebih banyak di Kampus Utama ULM, Banjarbaru karena areanya lebih luas. Spesies tumbuhan yang hidup di kampus itu pun, terutama tumbuhan berkayu lebih bervariasi
KERAGAMAN SPESIES DAN KEMIRIPAN KOMUNITAS BURUNG DI AREA REVEGETASI PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN, INDONESIA Yuda Pranata; Mochamad Arief Soendjoto; Khairun Nisa; Fazlul Wahyudi
Jurnal Sylva Scienteae Vol 5, No 1 (2022): Jurnal Sylva Scienteae Volume 5 No 1 Edisi Februari 2022
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jss.v5i1.5040

Abstract

Birds are easy to find and use to monitor revegetation developments. The purpose of this research was to record bird species found in revegetation areas and to measure species diversity and community similarities. Four locations with different revegetation years in PT Adaro Indonesia, South Kalimantan Province were used as sample locations for data collection in November 2019. Diurnal bird species and the number of individuals were recorded through the pathway and abundance point method. The researcher walked slowly along pathways (inspection road) up to 500 m while observing the left and right of the road within a maximum distance of 50 m. Data collected twice for each location. Data were tabulated and calculated to obtain a diversity indexes (Shannon-Wienner) and community similarity indexes. Of the 35 species (22 families) of birds, 11 species (H '= 2.01) were found in the 2014 revegetation area, 20 species (H' = 1.97) in the 2015 area, 25 species (H '= 2.74) in the 2016 area, and 10 species (H '= 1.18) in the 2017 area. The community similarity index based on species presence ranged from 0.29‒0.65 and based on the number of individuals ranged from 0.41‒0.89. In general, the similarity indexes based on the presence of species are smaller than that based on the number of individuals, although there is exceptional case where the value is greaterBurung mudah sekali ditemukan dan dimanfaatkan untuk memantau perkembangan revegetasi. Tujuan penelitian adalah mendata spesies burung yang ditemukan di area revegetasi serta mengukur keragaman spesies dan kemiripan komunitasnya. Empat lokasi yang berbeda tahun revegetasi di PT Adaro Indonesia, Provinsi Kalimantan Selatan dijadikan lokasi sampel pengumpulan data pada November 2019. Nama spesies burung diurnal beserta jumlah individunya didata melalui metode jalur dan titik kelimpahan. Peneliti berjalan perlahan sepanjang jalur (jalan inspeksi) maksimal 500 m sambil mengamati kiri kanan jalan dalam jarak maksimal 50 m. Pendataan dilakukan 2 kali ulangan untuk setiap lokasi. Data ditabulasi dan dihitung sehingga diperoleh indeks keragaman spesies (Shannon-Wienner) dan indeks kemiripan komunitas. Dari 35 spesies (22 famili) burung, 11 spesies (H’ = 2,01) ditemukan di area revegetasi tahun 2014, 20 spesies (H’ = 1,97) di area tahun 2015, 25 spesies (H’ = 2,74) di area tahun 2016, dan 10 spesies (H’ = 1,18) di area tahun 2017. Indeks kemiripan komunitas berdasarkan pada kehadiran spesies berkisar 0,29‒0,65 dan berdasarkan pada jumlah individu berkisar 0,41‒0,89. Secara umum indeks kemiripan berdasarkan kehadiran spesies bernilai lebih kecil daripada berdasarkan pada jumlah individu, walaupun ada kasus pengecualian yang menunjukkan bahwa nilainya lebih besar
JENIS MAKANAN DAN KETINGGIAN TENGGERAN BURUNG MAKAN DI KEBUN RAYA BANUA BANJARBARU, INDONESIA Muhtarom Abdussalam; Mochamad Arief Soendjoto; Eko Rini Indrayatie
Jurnal Sylva Scienteae Vol 4, No 3 (2021): Jurnal Sylva Scienteae Volume 4 No 3 Edisi Juni 2021
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (806.435 KB) | DOI: 10.20527/jss.v4i3.3748

Abstract

There was no data available on the type of food and the height of the perch for birds to eat that food at the Banua Botanical Garden, Banjarbaru. The research aimed to identify the type of bird food and determine the perch height where birds eat. Data were collected from three types of habitat, namely open land, mixed vegetation, and acacia vegetation. Through the survey and point count with a maximum radius of 50 m at 07.00-10.00 and 16.00‒18.30 for 3 replications, birds were observed and the occurrences ―when a certain bird species ate a certain type of food at a certain perch height above ground level― was calculated. Types of food were grouped into fruit, grains, nectar, insects, fish, and others. The height of the perch was divided into three classes, namely Class A (0 - <5 m from ground level), Class B (5 - <10 m), and Class C (10 - <15 m). There are 315 occurrences carried out by 24 bird species (19 families). The most common occurrence is birds eating fruit and grains. The most common perch height where birds do so is Class A.Tidak tersedia data tentang jenis makanan dan ketinggian tenggeran burung memakan makanan itu di Kebun Raya Banua, Banjarbaru. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis makanan burung dan menentukan ketinggian tenggeran yang sering digunakan oleh burung ketika memakan jenis makanan itu. Data dikumpulkan dari tiga tipe habitat, yaitu lahan terbuka, vegetasi campuran, dan vegetasi akasia. Melalui metode survei dan lingkaran hitung beradius maksimal 50 m pada jam 07.00‒10.00 dan 16.00‒18.30 selama 3 ulangan, burung diamati dan kejadian bahwa spesies burung tertentu memakan jenis makanan tertentu pada ketinggian tenggeran tertentu dari permukaan tanah― dihitung. Jenis makanan dikelompokkan dalam buah, bulir, nectar, insekta, ikan, dan lainnya. Ketinggian tenggeran dibagi dalam tiga kelas, yaitu Kelas A (0 ‒ <5 m dari permukaan tanah), Kelas B (5 - <10 m), dan Kelas C (10 - <15 m). Tercatat 315 kejadian dilakukan oleh 24 spesies (19 famili) burung. Kejadian yang paling banyak ditemukan adalah burung memakan buah dan bulir. Ketinggian tenggeran yang paling banyak ditemukan saat burung melakukan itu adalah Kelas A. 
Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari Limbah Organik Rumah Tangga Di Desa Kiram Kabupaten Banjar Suyanto Suyanto; Yusanto Nugroho; Mochamad Arief Soendjoto
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 3 (2024)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i3.11139

Abstract

Lahan di Desa Kiram merupakan  tanah kering kurang subur, sehingga pertumbuhan tanamannya lambat. Masalah yang dihadapi adalah sulitnya mendapatkan pupuk kimia, karena harganya relatif mahal. Banyaknya limbah organik dari rumah tangga yang belum dimanfaatkan. Sebenarnya limbah tersebut dapat dikonversi menjadi Pupuk Organik Cair (POC) sebagai pengganti pupuk kimia. Pengabdian ini adalah melibatkan kelompok tani Harapan Maju, mata pencaharian mereka sebagai petani Karet, buah – buahan dan tanaman semusim. Hasil pertanian umumnya  untuk konsumsi sendiri, selebihnya dijual. Tujuan pengabdian adalah memperoleh pupuk POC dari limbah rumah tangga seperti: bahan sayuran, buah – buahan dan organik lainnya. Metode yang digunakan adalah praktek langsung. Prinsip pembuatan POC adalah berbasis fermentasi,  yaitu prosesnya berlangsung pada kondisi sedikit atau tanpa oksigen, dengan memanfaatkan mikro organisme. Kelebihan jenis pupuk ini adalah tidak merusak tanah dan tanaman, meskipun digunakan sesering  mungkin. Unsur hara yang terdapat dalam POC lebih mudah diserap oleh akar  tanaman. Hasil pengabdian menunjukkan pupuk POC dapat dipanen pada hari ke-21 proses fermentai. Ember anaerob berkapasitas 20 liter dihasilkan ampas 5,5 liter dan pupuk POC 14,5 liter. Pupuk VOC dapat disimpan untuk digunakan sewaktu – waktu. POC perlu diencerkan dengan perbandingan 1 POC dengan 5-10 air pengencer. Simpulannya adalah peserta antusias  dan mereka merasa  terinspiratif, bahwasanya pengganti pupuk kimia sebenarnya mudah diperoleh dari bahan organik di sekitar tempat tinggalnya.