Noorcahyati Noorcahyati
Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Uji Kadar Sari Larut Air Dan Kadar Sari Larut Etanol Daun Kumpai Mahung (Eupathorium inulifolium H.B.&K) Dwi Rizki Febrianti; Mahrita Mahrita; Novia Ariani; Aditya Maulana Perdana Putra; Noorcahyati Noorcahyati
Jurnal Pharmascience Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Pharmascience
Publisher : Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/jps.v6i2.7346

Abstract

ABSTRAK Penentuan kadar sari larut air dan etanol adalah metode kuantitatif untuk jumlah kandungan senyawa dalam simplisia yang mampu tertarik oleh pelarut. Kedua cara yang hampir sama tersebut didasarkan ada kelarutan senyawa yang terkandung dalam simplisia. Secara turun temurun masyarakat dayak meratus dan dayak amandit menggunakan kumpai mahung (eupathorium inulifolium h.b.&k) sebagai obat diare dan malaria. Masih jarang penelitian menggunakan tanaman ini, sehingga peneliti bertujuan untuk mengetahui kadar sari larut air simplisia serbuk dan ekstrak daun kumpai mahung dengan metode yang telah ditetapkan oleh farmakope herbal. Hasil penelitian kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol tanaman kumpai mahung pada serbuk memiliki nilai 19,54% dan 16,13%. Pada ekstrak memiliki nilai 19,53% dan 14,55%. Tumbuhan yang satu family yaitu asteraceae menyebutkan bahwa kadar sari larut air tidak kurang dari 5%, yang berarti hasil memenuhi persyaratan materia medika indonesia.Kata kunci: Sari Larut Air, Sari Larut Etanol, Kumpai Mahung, AsteraceaeABSTRACT Determination of water-soluble and ethanol extract contents is a quantitative method for the amount of compound content in a simplicia that can be attracted by the solvent. Both methods are almost the same based on the solubility of the compounds contained in simplicia. For generations, the Meratus and Amandit Dayak communities use kumpai mahung (Eupathorium inulifolium H.B. & K) as a medicine for diarrhea and malaria. Research is still rare to use this plant, so researchers aim to determine the content of water-soluble extract of simplicia powder and mahung kumpai leaf extract by the method established by herbal pharmacopoeia. The results of the research showed that the concentration of water-soluble extracts and ethanol soluble extracts of this plants on the powder had values of 19.54% and 16.13%. The extracts have values of 19.53% and 14.55%. One family plant, Asteraceae, states that the water-soluble extract content is not less than 5%, which means the results meet the requirements of Indonesian medical material.Keywords:  Water Soluble Extract, Ethanol Soluble Extract
Uji Pendahuluan Fitokimia dan Antioksidan Tumbuhan Obat Suku Dayak Di Desa Petangis Kabupaten Paser Kalimantan Timur Septina Asih Widuri; Noorcahyati Noorcahyati; Ike Mediawati
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 1 No. 6 (2016): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.92 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v1i6.55

Abstract

Antioksidan diketahui dapat mencegah penyakit akibat kerusakan oksidatif oleh radikal bebas. Meskipun antioksidan sintetis tersedia secara komersial, tetapi tingkat toksisitasnya menjadi masalah. Oleh sebab itu penelitian untuk memperoleh sumber-sumber baru antioksidan yang potensial dari tumbuhan tetap diperlukan. Penelitian ini bertujuan mengetahui senyawa metabolit sekunder dan aktivitas antioksidan dari sejumlah tumbuhan hutan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh Suku Dayak di Desa Petangis, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Sampel tumbuhan yang digunakan antara lain kulit batang Guioa pterorhachis, akar Flagellaria indica, akar Nauclea officinalis, dan akar Clerodendrum adenophysum. Skrining awal fitokimia dari ekstrak etanol sampel menunjukkan adanya kandungan flavonoid, tanin, saponin, dan triterpenoid. Uji penghambatan radikal bebas menggunakan metode DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang Guioa pterorhachis memiliki nilai IC50 lebih kecil dari 7,8 ppm dan akar Nauclea officinalis memiliki nilai IC50 43,7 ppm. Aktivitas antioksidan kedua tumbuhan tersebut tergolong kuat sedangkan akar Flagellaria indica dan akar Clerodendrum adenophysum tidak aktif sebagai antioksidan karena menghasilkan nilai IC50 lebih dari 200 ppm. Kata kunci: Guioa pterorachis, Flagellaria indica, Nauclea officinalis, Clerodendrum adenophysum, antioksidan