Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search
Journal : Jurnal Pengabdian Ilung (Inovasi Lahan Basah Unggul)

Fuzzy Logic (Bagian 1): Senandung Lukisan Cadas Dari Situs Bukit Bangkai Untuk Pendidikan Wisata Masyarakat Tanto Budi Susilo; Oni Oni Soesanto
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i1.5327

Abstract

Ini tulisan pertama terdiri atas tiga bagian, terkait pengabdian masyarakat di kawasan situs Bukit Bangkai tahun 2017 dan 2022. Tujuan tulisan ini pula sekedar memberikan suatu deskripsi dan orientasi logika yang tersamar (fuzzy logics) makna artifak berupa lukisan cadas “Burung Enggang dan Perahu” situs Bukit Bangkai, dan menghubungkan dengan burung Enggang yang sebenarnya. Data pengabdian masyarakat yang utama diperoleh berupa lukisan cadas “burung enggang” pada situs Bukit Bangkai kawasan wisata pendidikan, desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Batulicin. Untuk menjadikan wisata pendidikan masyarakat secara umum, maka lukisan itu perlu ditafsirkan atau diberi makna secara akademis. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap pendidikan ekowisata, digunakan metode quisioner terhadap 70 responden. Hasilnya berturut-turut 67 %, 29% dan 3% menyatakan sangat penting, penting dan cukup penting. Para responden merupakan kalangan pelajar milineal. Khusus tangapan responden terhadap karya seni senandung “lukisan cadas” dan “antara kasturi, enggang dan elang”https://youtube.com/shorts/JzvYN4_8LtU?feature=shareatauwww.youtube.com/watch?v=YvDOS83GPkQdanhttps://www.youtube.com/watch?v=Qdkg8MdEhmY, menyatakan isi syair berturut-turut 49 % (aktivitas nenek moyang prasejarah), 39% (lingkungan tempat tinggal nenek moyang dalam gua), sisanya 12% (tradisi religiusitas nenek moyang). Sedangkan tanggapan responden terhadap kajian simbol lukisan cadas berupa “burung enggang dan perahu” menyatakan berturut-turut 55% (sangat penting), 36% (penting) dan 9% (cukup penting). Para responden mengenal lukisan cadas berupa burung enggang dan perahu umumnya melalui media sosial dan jarang melalui kunjungan ke situs. Untuk simbol burung enggang dan perahu, para responden mengenal melalui logo pendidikan atau rumah adat. Oleh karena itu, senandung lukisan cadas situs Bukit Bangkai untuk wisata pendidikan masyarakat merupaka kegiatan yang urgen.Kata Kunci: simbol, senandung lukisan cadas, akademis
Penyimpan Gas Cair Khusus Tanto Budi Susilo; Grace Indah Debora; Shofi Ainur Mufidhah; Ainun Jariyah Jariyah; Nadila Agustina Agustina; Tazkia Tazkia Safarina; Rizki Rizki Fitria
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i2.6185

Abstract

Prototype penyimpan gas cair khusus (PEGASUS) telah dibuat (https://youtube.com/shorts/g5XJp40kJ7U?feature=share). Ini alat perannya strategis untuk menyimpan dan mengawetkan (crygenic protectant) berbagai barang dengan menjaga kondisi suhu tertentu, misal dingin (00C), seperti pada penghantar obat (drug delivery), penghantar sample penelitian (delivery of research sample). Beberapa gas cair yang dapat disimpan pada alat cryogenic protectant dengan titik cair-nya (liquid point) antara lain Helium (He) cair (-2690C), Hidrogen (H2) cair (-2530C), oksigen (O2) cair (-860C), nitrogen (N2) cair (-1970C), dan carbon dioksida (CO2) cair (-890C). PEGASUS bagian dari alat crygenic protectant terkonstruksi atas; Penampung Cairan cryogenic N2, diameter 5-15 cm, Ruang vakuum, kapal bagian dalam (inner vessel), diamater 20,5-25 cm, cincin kulit luar (Outer shell ring), diameter 30-35cm, Jalur ventilasi (vent line) diamater 5 cm; Handle; termometer dan barometer. Metode structural equation modelling (SEM) digunakan dalam pengabdian ini, dengan melibatkan 41 responden milineal. Hasilnya menunjukan peran strategis PEGASUS di bidang  industri (54,8 %), penelitian (66,7%), lingkugan ((35,7%), dan kesehatan (47,15). Para responden menyatakan bahwa karya PEGASUS, produk OWMOB teknologi (Omtech) adalah sebagian besar positif. Diharapkan PEGASUS mampu berperan dalam berbagai kegiatan penelitian , seperti drug and sample delivery, dan sistem pendukung pengolahan produk makanan dingin.Kata kunci: PEGASUS, liquid point, delivery
Fuzzy Logic (Bagian 2): Bersenandung Dari Lukisan Cadas ke Taman Perguruan Tinggi Kalimantan Tanto Budi Susilo; azidi azidi irwan; Rahmat Rahmat Yunus; Paola Anna Elena Bianchi; Bambang Sugiyanto Sugiyanto; oni oni soesanto
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i2.6081

Abstract

Tujuan tulisan ini (bagian ke dua) mendeskripsi simbol fitur lukisan cadas “Burung Enggang” (kisaran 5.000 tahun lalu) dari situs Bukit Bangakai, desa Dukuhrejo, Mantewe,Tanah Bumbu. Ini tempat adalah sebagai pengabdian masyarakat 2017-2022. Fitur burung ini mirip burung Enggang. Suku Dayak Kanayatan telah melestarikan simbol Enggang melalui kehidupannya sehari-hari, diantaranya melalui bersenandung atau kreatifitas seni musik sampai saat ini. Dalam kosmologi masyarakat Dayak Kanayatan, burung Enggang dipercayai sebagai hewan yang diciptakan pertama (“Jubata nange, Ne’ pantanpa – Ne’ pajaji”). Selanjutnya, penciptaan mahkluk lain sebagai penghuni alam semesta. Sebagai mahkluk hidup yang diciptakan pertama oleh Tuhan (Jubata), maka burung Enggang bertanggung jawab untuk merawat kehidupan hutan“. Di sisi lain, perguruan tinggi Kalimantan berdiri kisaran tahun 1960an (60an tahun lalu). Sebagai contoh perguruan tinggi (Universitas Lambung Mangkurat-ULM, Universitas Palangka Raya–UNPAR, Universitas Tanjungpura-UNTAN) mengunakan simbol burung Enggang sebagai logo atau cap aministratifnya. Dengan uraian makna logo yang yang sedikit berbeda antara perguruan tinggi satu dengan lainnya. Untuk mendeskripsikan “Dari Lukisan Cadas ke Taman Perguruan Tinggi”digunakan berbagai metode pedekatan antara lain; structural equation modelling (SEM) dengan melibatkan 56 responden milinial, dan kreatifitas seni/bersenandung. www.youtube.com/watch?v=YvDOS83GPkQ dan https://www.youtube.com/watch?v=PXp1cqMyGTY. Hasil SEM menunjukan respon terhadap pengenalan lukisan cadas; 54,4% (belum pernah tahu), 23,6% (diberi tahu oleh orang lain), 16,4% (informasi dari sosial media) dan 12,7% (berkunjung). Respon responden terhadap makna simbol logo sebagai berikut; 58,2% (ulet, sabar atau pantang menyerah), 34,5% (peka dan tanggung jawab terhadap lingkungan alam), dan 63,% (pengabdian dan komitmen). Hasil ini menunjukan bahwa informasi lukisan cadas belum banyak diketahui meski mampu dimengerti makna simbol logo perguruan tinggi.Kata Kunci: Simbol perguruan tinggi, artifak, lukisan cadas
Perakitan Gas Chromatography Sederhana Untuk Pembelajaran Instrumen Pemisahan Senyawa Kimia Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus Yunus; Azidi Irwan Irwan; Oni Soesanto Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Rizki Fitria Fitria; Muktiningsih Muktiningsih Muktiningsih
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i4.7682

Abstract

AbstrakGas Chromatography (GC) merupakan suatu metode standar dalam kurikulum pendidikan sains kimia. Metode ini berupa alat yang mampu memisahkan dan menganalisis senyawa multi komponen berdasarkan data fisiknya. Biasanya ukuran alat adalah besar dengan harga yang mahal. Namun, alat ini dapat dirangkai secara sederhana dengan menggunakan bahan-bahan disekitar (https://youtu.be/w9OMFAAPV0I). Metodologi perakitan mengunakan kompresor, pipa kapiler, elemen panas dan detektor alkohol. Bahan uji berupa fermentasi buah-buahan dan dipraktekkan kepada mahasiswa semester 5 Program Studi Kimia, Universitas Lambung Mangkurat. Metode Structural Equation Modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap alat GC. Sebelumnya mahasiswa menganggap alat adalah GC rumit (74.4%), mahal (51.2%), tidak bisa dirakit sendiri (39.5%), berukuran besar (51.2%). Namun, setelah terlibat dalam kegiatan perakitan alat GC, persepsi mahasiswa terhadap alat tersebut berubah yaitu rumit (23.3%), mahal (11.6%), tidak bisa dirakit sendiri (0%), berukuran besar (16.3%), simpel (44.2%), biaya terjangkau (37.2%), bisa dirakit sendiri (65.1%) serta berukuran kecil (37.2%). Sehingga alat GC sederhana ini dapat menjadi alternatif pilihan ditengah mahalnya alat GC pabrikan. Kata kunci: gas chromatography; perakitan; pemisaha
Podcast Seni Sebagai Media Pembelajaran Sains: Bukti Evolusi Musik Di Desa Dukuhrejo (5000 Tahun lalu) Tanto Budi Susilo
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 2, No 4 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v2i4.8377

Abstract

Evolusi manusia adalah terhubung organ laring sebagai alat komunikasi manusia, yaitu berupa suara atau irama. Evolusi musik/irama melalui perubahan nada-nada. Bahasa sendiri adalah susunan suara/nada-nada bermakna, bukan sekedar susunan suara/nada-nada. Salah satu bentuk ungkapan musik adalah susunan suara dan nada yang bermakna. Satu nada adalah satu makna. Nada-nada-adalah kumpulan makna. Beirama dapat menghidupkan kata-kata diam dan ini bentuk bahasa universal umat manusia. Perubahan nada-nada adalah perubahan kekuatan emosi. Tidak semua emosi dapat terekspresikan. Diam atau emosi yang tidak terekpresikan bukan berarti emosi itu mati. Itu emosi yang diam akan muncul dengan cara dan bentuk lain, diantaranya ekspresi bermusik. Kalau kata-kata itu dapat mengubah sikap mental (physich) maka ucapan nada-juga dapat mengubah orientasi mental manusia. Kalau akumulasi perubahan kata-kata atau huruf dapat mengubah budaya kotemporer maka gendre musik juga menuntun perubahan budaya kotemporer generasi manusia pada jangka waktu lama. Salah satu penyebab muncul budaya musik kotemporer karena adaptasi instrumen musik yang berbeda dari originnya. Pada kasus evolusi musik Portugal telah menghasilkan varian musik setelah mengadopsi instrumen musik kahon dan jimbe Afrika era kolonialisasi di Amerika dan di Afrika. Sebagian musik elektrik telah mensubstitusi musik akustik dan menghasilkan gendre bermusik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Hegemoni nada diatonis Barat telah mendominasi musik pentatonis dunia Timur, setelah ratusan tahun kolonialisme. Ini adalah contoh evolusi dalam bidang musik yang universal. Untuk mengetahui respon publik (masyarakat) milinial tentang tulisan ini, mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara 47 milineal. Pertanyaan terkait beberapa pemahaman tentang evolusi musik, unit evolusi musik, kepribadian, berkebudayaan dan nada diatonis/pentatonis. Hasil pretest dan post test terhadap responden, rata-rata pemahaman menunjukan, sebagai berikut; sangat me ngerti (17,7 %), mengerti (59,8 % ), kurang mengerti (20,03 % ) dan tidak mengerti (0,0 %). Hasil ini menunjukan bahwa milinial dapat mengerti atas hal-hal yang terhubung dengan evolusi musik yang kepribadian berkebudayaan.Kata kunci: unit evolusi, kata, nada dan musik
Podcast Bagi Pemandu Eduwisata Desa Dukuhrejo: Seni Rock Art Features “Dua Manusia” Tanto Budi Susilo
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i1.9015

Abstract

Kementrian pendidikan dan kebudayaan mendorong kebijakan, agar program kegiatan masyarakat (PKM) mereferensi kegiatan penelitian. Atas kebijakan itu, penulis melakukan bimbingan teknis akademis kepada pemandu edukasi wisata (eduwisata) dengan mengelaborasi dan mereferensi ulasan saintifik, yang diperoleh rock art features “dua manusia”di situs Bukit Bangkai, desa Dukuhrejo, pada tahun 2017, 2018, 2021, 2022 dan 2023 ini. Adapun materi untuk bimteks bagi pemandu eduwisata adalah sebagai berikut; Satu dekade terakhir desa Dukuhrejo menjadi desa eduwisata lukisan cadas (rock art) yang berumur kisaran 5.000 tahun lalu. Dimana bimteks diperlukan untuk pemandu eduwisata berupa pengetahuan saintifik terkait rock art. Khusus rock art mirip “dua manusia” terdapat pada gua di posisi bawah. Simbol ini merupakan eksistensi manusia prasejarah waktu itu. Di sisi lain, terdapat penguburan manusia di gua bagian atas situs Buklit Liang Bangkai. Metode structural equation modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui respon publik (masyarakat) milinial terkait tulisan ini. Berikut ini hasil evalusi pretest dan post test terhadap 47 responden milinial; sangat mengerti (17,68%), mengerti (66,28 % ), kurang mengerti (17,37 % ) dan tidak mengerti (0,0 %). Pemikiran tentang hubungan seni rock art mirip“manusia” dan penguburan manusia prasejarah dapat dimengerti dan hal-hal yang terhubung dengannya oleh milinial.Kata kunci: rock art “manusia”, desa Dukuhrejo
Podcast Bimteks Pemandu Wisata: Seni Rock Art Features “Jukung” dari Desa Dukuhrejo Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus; Rahmad Eko Sanjaya; Oni Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i1.9016

Abstract

Tulisan ini, sebagai bagian program kegiatan masyarakat di desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2017, 2018, 2022 dan 2023; dan Minggu Raya, Banjarbaru, 2021. Di desa ini, terdapat beberapa lukisan cadas yang diindikasikan terhubung dengan kegiatan masyarakat sekarang ini, seperti aktivitas manusia di atas perahu, kisaran 5.000 tahun lalu. Pengetahuan perubahan-perubahan bentuk (evolusi) perahu kayu atau jukung merupakan hal penting untuk dipelajari bagi pemandu wisata di desa Dukuhrejo. Kebanyakan para pemandu wisata adalah para milineal di desa itu. Adapun narasi ringkasan kegiatannya sebagai berikut; Evolusi arkeologi meliputi perubahan-perubahan bukti empirik masa lalu atau artifak, antara lain, bahan, motif, waktu, peristiwa, lingkungan dan proses tinggalan arkeologi. Bukti empirik ini dapat diselidiki menghasilkan informasi saintifik, bukan sekedar cerita mitologi atau febula. Sebagai contoh, semua narasi lukisan cadas (rock art) perahu itu bermanfaat bagi pemandu wisata dan masyarakat sekitar untuk digunakan sebagai potensi wisata yang menghasilkan green economic. Hasil evaluasi menunjukan bahwa calon pemandu wisata dan/atau milinial mampu mengerti atas hal-hal yang terhubung antara perubahan lukisan cadas arkeologi dan kepribadian berkebudayaan. Respon publik (masyarakat) milinial tentang kegiatan ini dapat diketahui dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara 47 milineal. Hasil pretest dan post test terhadap 47 responden menunjukan rata-rata pemahaman, sebagai berikut; sangat mengerti (15,62 %), mengerti (59,16667 %), kurang mengerti (26,25 %) dan tidak mengerti (0,0 %). Hasil tersebut terkait beberapa pemahaman tentang pengetahuan perubahan lukisan cadas dan manfaatnya bagi peningkatan konomi desa Dukuhrejo.Kata kunci: green economic, desa Dukuhrejo dan lukisan cadas
Bimteks Bagi Pemandu Eduwisata: Rock Art Features “Kotak-kotak dan titik” dari Desa Dukuhrejo Tanto Budi Susilo; Rahmat Yunus; Rahmad Eko Sanjaya; Oni Soesanto; Arief Rahmad Maulana Akbar; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i1.9020

Abstract

Program kegiatan masyarakat (PKM), bagian kegiatan inspiratif untuk membuat tulisan terkait arkeologis masyarakat. Terutama sumber daya wisata di desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2017, 2018, 2021, 2022 dan 2023. Perkembangan terakhir desa ini menjadi desa edukasi wisata (eduwisata). Edukasi karena terdapat lukisan cadas (rock art), bermotif “kotak-kotak dan titik-titik” sebagai indikasi bagaimana simbol bahasa itu awal mula (origin) ada. Para pemandu wisata perlu untuk diasuh dengan basis pengetahuan yang cukup. Adapun ringkasan rock art “kota-kotak dan titik” sebagai simbol asal mula bahasa dapat dijelaskan sebagai berikut; Bahasa mengalami evolusi melalui perubahan kata-kata, huruf/phonem yang ditandai perubahan simbol berupa titik dan kotak-kotak. Walaupun bahasa sendiri adalah bukan sekedar kata-kata. Dalam komunikasi manusia, pilihan atas kata-kata mampu membangkitkan emosi terkuat dan mendorong semua tindakan manusia, sebagai respon bentuk komunikasi. Perubahan kata-kata memiliki kekuatan untuk perubahan kekuatan emosi. Pada kasus evolusi bahasa Austronesia Nusantara telah menghasilkan varian kebudayaan/tradisi yang berbeda-beda di Asia Tenggara, dalam rentang waktu ribuan tahun. Perubahan kata dan huruf berarti mengubah emosi cita rasa bahasa, dan menghasilkan varian budaya/tradisi, atau tutur bahasa. Hasil pretest dan post test terhadap responden, rata-rata pemahaman menunjukan, sebagai berikut; sangat mengerti (17,08333 %), mengerti (60,61667 %), kurang mengerti (20,8 %) dan tidak mengerti (0,0 %). Hasil ini dievaluasi dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara 47 milineal. Hasil ini menunjukan bahwa milinial dapat mengerti atas hal-hal yang terhubung dengan evolusi bahasa, yang terhubung dengan kepribadian berkebudayaan Austronesia Nusantara.Kata kunci: unit evolusi bahasa, kata dan huruf, titik dan kotak
Pemberdayaan Bagi Pemandu Wisata, Desa Dukuhrejo: Fuzzy Logics Lukisan Cadas di Bukit Jago Oni Soesanto; Tanto Budi Susilo; Wajidi Amberi; Muhammad Arief Anwar Anwar
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i2.10239

Abstract

Tulisan ini adalah bimbingan teknis akademis (bimteks) terkait makna lukisan cadas burung enggang. Suatu program kegiatan masyarakat (PKM) untuk pemberdayaan masyarakat desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, tahun 2023. Terdapat beberapa fiture lukisan cadas yang diperkirakan berumur kisaran 5.000 tahun lalu. Berikut ini deskripsi bimteks bagi pemandu wisata, yang kebanyakan millennial di desa tersebut; Untuk memberi makna lukisan diperlukan pengetahuan yang relevan, diantaranya yaitu sain spektroskopi, analisis neural network, hermeneutika atau tafsir, kreatifitas seni, dan structural equation modelling (SEM). Hasilnya menunjukan secara berurutan bahwa bahan lukisan cadas berupa selain arang, setelah dianalis neural network. Bukan hanya lukisan fitur enggang (kisaran 5000 tahun lalu) sebagai bukti prasejarah, tetapi petunjuk untuk memahami kepribadian kebudayaan Dayak. Dan juga enggang sering digunakan dalam ornamen-ornamen arsitektur atap rumah orang Dayak. Oranamen enggang juga hadir dalam peti-peti jenasah (lungun), seperti pada tradisi kubur dan sebagai petunjuk bahwa burung ini juga berfungsi untuk mengantarkan roh jenasah menuju dunia “atas”. Untuk kreatifitas seni digunakan media seni musik dengan gendre kontemporer antara milinial dan sedikit musik Dayak (instrumen sape) dengan judul “Penari Enggang” link https://www.youtube.com/watch?v=YjPNeEuDfHE. SEM melibatkan sejumlah responden milinial, wawancara terhadap penguna dan kreatifitas seni bersenandung. Respon milinial tentang kegiatan ini dapat diketahui dengan mengunakan metode structural equation modelling (SEM) melibatkan wawancara belasan milineal. Hasilnya menunjukan rata-rata pemahaman, sebagai berikut; sangat mengerti (20,4), mengerti (67,3), kurang mengerti (12,3) dan tidak mengerti (0,0). Hasil tersebut terkait beberapa pemahaman tentang pengetahuan dan intuitiv bagi pemandu wisata dan secara jangka panjang berimplikasi peningkatan ekonomi desa Dukuhrejo.Kata kunci : Lukisan Enggang, simbol Penari Enggang
Epistemologi Teknologi PCR Bagi Millinneal Post Covid-19 Di Minggu Raya Tanto Budi Susilo; Sri Cahyo Wahjono; oni Soesanto; Rahmat yunus; Arief Rahmad Maulana Akbar; Rahmat eko Sanjaya; Yuyun Hidayat
Jurnal Pengabdian ILUNG (Inovasi Lahan Basah Unggul) Vol 3, No 2 (2023)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/ilung.v3i2.9898

Abstract

AbstrakPenyuluhan bimteks atau bimbingan teknis akademis adalah program kegiatan masyarakat (PKM) yang telah dilakukan di Minggu Raya suatu tempat berkumpulnya millenneal atau pemuda kisaran umur 19an di Minggu Raya. Kegiatan ini merupakan bagian salah satu cara sosialisasi hidup sehat era endemi atau pasca covid-19. Program epistomologi vaksin merupakan tinjauan kembali bagaimana vaksin itu diperoleh asal usulnya dan bagaimana cara kerjanya. Ulasan ringkasanya dapat disampaikan berikut ini; Pada akhir abad ke-18, Edward Jenner, seorang dokter Inggris, membuat terobosan penting dalam perkembangan vaksinasi. Jenner mengembangkan vaksin cacar pertama yang berhasil pada tahun 1796. Observasi pada para pemerah susu yang tertular/terpapar cacar sapi, yang menunjukan gejala tidak terlalu parah, dan gejala itu akibat dari terlindungi cacar sapi. Bintil-bintil cacar sapi disuntikan ulang pada seorang anak laki-laki, yang menunjukkan kekebalan terhadap cacar. Hal ini menjadi dasar bagi vaksinasi modern. Selanjutnya, Pada akhir abad ke-19, Louis Pasteur mengembangkan vaksin rabies, yang menandai tonggak sejarah lain dalam sejarah vaksin. Hasil karyanya menunjukkan bahwa vaksin dapat mencegah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dan/atau bakteri. Keberhasilan vaksinasi cacar menyebabkan kampanye vaksinasi yang meluas untuk membasmi cacar. Para ilmuwan terus meneliti dan mengembangkan vaksin baru untuk memerangi penyakit menular yang baru muncul dan memperbaiki vaksin yang sudah ada. Contoh penting termasuk pengembangan vaksin untuk melawan human papillomavirus (HPV), retrovirus, dan covid-19. Metode structural equation modelling (SEM) digunakan untuk mengetahui respon publik terkait tulisan ini. Evalusi uji pretest dan post test terhadap 32 responden berumur kisaran 19 tahun dan 12 responden berumur kisaran 18 tahun, berturut-turut sebagai berikut; sangat mengerti (4,32), mengerti (73,45), kurang mengerti (20,85) dan tidak mengerti (1,55); dan sangat mengerti (1,38), mengerti (75), kurang mengerti (22,22) dan tidak mengerti (1,4). Secara umum, responden yang merumur 19 tahun lebih mengerti daripada responden yng berumur 18 tahun, walaupun perbedaannya tidak terlalu berartiKata kunci: vaksin, cacar, rabies