Zainal Abidin AW
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERAN HUSEIN YUSUF DALAM MEMPERJUANGKAN ACEH MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN TAHUN 1945-1949 Inawati Inawati; Zainal Abidin AW; Rusdi Sufi
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 1, No 1 (2016): Oktober, Sejarah, Sosiologi dan Kajian Sosial
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia merdeka tidak lepas dari peran para pejuang. Salah satu pejuang dari Aceh pada masa revolusi kemerdekaan adalah Husein Yusuf. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan: (1) mengungkap peran Husein Yusuf sebelum revolusi kemerdekaan Indonesia; (2) peranan Husein Yusuf  pada masa revolusi; dan (3) pengaruh Husein Yusuf sebagai salah seorang tokoh perjuang di Aceh sesudah revolusi kemerdekaan. Metode sejarah (history) dari Suhartono digunakan dalam penelitian untuk menghasilkan sebuah historiogafi. Tahap metode mencakup: (1) tahap heuristik; (2) tahap kritik sumber; (3) tahap interpretasi; dan (4) tahap historiografi. Yang dimaksud dengan heuristik adalah mengumpulkan dan menemukan sumber sejarah (historical sources). Kritik sumber adalah sebuah upaya untuk mendapatkan otentisitas dan kredibilitas sumber. Kritik sumber dibagi menjadi dua yaitu pertama kritik eksternal dan kedua kritik internal. Interpretasi adalah tahap penafsiran dari sumber-sumber. Dan historiografi adalah penulisan sejarah. Hasil yang diperoleh: (1) Peran Husein Yusuf sebelum revolusi kemerdekaan Indonesia adalah sebagai salah seorang tokoh pendidik dimana ia pernah menjadi seorang guru di Bireuen. Selain itu, ia juga pernah menjadi seorang wartawan dengan tulisannya ia menuangkan pikirannya; (2) pada masa revolusi kemerdekaan Husein Yusuf menduduki jabatan stategis dalam bidang kemiliteran. Pada awal revolusi kemerdekaan ia termasuk tokoh pendiri API, kemudian Desember 1945 berubah menjadi TKR dan Husein Yusuf sebagai Ajudan Umum. Sejak tahun 1946 Husein Yusuf menjadi Komandan Divisi V/TRI Komandemen Sumatera; dan (3) pengaruh Husein Yusuf adalah sebagai salah seorang pejuang pada masa revolusi kemerdekaan. Ia juga seorang pelopor yang mendirikan Sekolah Komando Militer Akademi di Bireuen dan ikut membangun pemancar Radio Perjuangan Divisi X.Kata Kunci: Husein Yusuf, Revolusi Kemerdekaan.
KONFLIK ANTAR ETNIS DI TANAH GAYO: TINJAUAN INTERAKSI SOSIAL ANTAR ETNIS JAWA DAN ETNIS ACEH TAHUN 1989-2015 Nanda Winar Sagita; Mawardi Umar; Zainal Abidin AW
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 1, No 1 (2016): Oktober, Sejarah, Sosiologi dan Kajian Sosial
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam konteks Aceh, kekerasan kultural tidak bisa dipisahkan dari kekerasan struktural. Artinya, kekerasan politik juga menggiring kepada kekerasan yang terjadi karena perbedaan etnis, agama dan bahasa.  Salah satu daerah yang berpotensi besar menjadi tempat munculnya konflik semacam itu adalah Aceh Tengah. Di wilayah ini setidaknya terdapat 3 etnis yang dominan dengan akar kebudayaan yang sangat jauh berbeda, yaitu Gayo, Aceh dan JawaPenelitian ini mengangkat masalah tentang bagaimana interaksi sosial masyarakat pra-konflik, proses terjadinya konflik, dan dampaknya terhadap masyarakat di kampung Gayo Murni pasca-konflik terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan hubungan sosial antara masyarakat sebelum terjadinya konflik, proses dan periodesasi konflik yang sedang berlangsung, dan dampak terhadap masyarakat setelah konflik terjadi di Kampung Gayo Murni. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara, yakni wawancara dengan informan, dokumentasi pada arsip kampung dan surat kabar, dan observasi langsung ke Kampung Gayo Murni. Informan dalam penelitian ini meliputi Sarak Opat serta warga dari etnis Jawa, etnis Aceh, dan etnis Gayo yang berdomisili di kampung tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan sejarah kritis dengan pendekatan kualitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa interaksi sosial antara etnis di Kampung Gayo Murni sebelum terjadinya konflik masih berjalan baik dan harmonis karena kampung tersebut masih dalam proses pembangunan yang seiring dengan kedatangan etnis Jawa melalui program transmigrasi. Konflik mulai terjadi ketika Pemerintah RI menetapkan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer (DOM) pada tahun 2003. Konflik berlangsung dalam dua periode, yang pertama dalam kurun waktu 2003-2005 dan yang kedua dalam kurun waktu 2005-2008. Konflik tersebut berdampak besar pada kehidupan sosial, ekonomi dan politik di Kampung Gayo Murni. Kata Kunci: Konflik, Etnis, Kampung Gayo Murni             
PERKEMBANGAN BIOSKOP DI KOTA BANDA ACEH (1930-2004) Rizal Saivana; Mawardi Umar; Zainal Abidin AW
JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah Vol 1, No 1 (2016): Oktober, Sejarah, Sosiologi dan Kajian Sosial
Publisher : Universitas Syiah Kuala

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Di Indonesia juga tidak lepas dari perkembangan bioskop, setiap daerah memiliki sejarah bagaimana perkembangan bioskop. Aceh sendiri pada tahun 1900-1936 tercatat ada beberapa bioskop yang cukup berkembang seperti Deli Bioscoop di Kota Banda Aceh, Bioscoop di Bireuen, kemudian ada Bioscoop di Langsa, Tiong Wha Bioscoop di Lhokseumawe, dan Sabang Bioscoop di Sabang, Gemeente Bioscoop di SigliPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan bioskop, untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat perkembangan bioskop, dan untuk mengetahui faktor-faktor tutupnya gedung-gedung bioskop di kota Banda Aceh sejak tahun1930 hingga tahun 2004. Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif sedangkan jenis penelitian ialah penelitian sejarah (History). Sumber diperoleh dari Balai Pelestarian Nilai Budaya Kota Banda Aceh, dan Badan Pusat Statistik Aceh. Cara pengumpulan data dengan mengumpulkan dokumen tentang bioskop serta wawancara dengan pihak-pihak terkait dalam penelitian. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa perkembangan bioskop di kota Banda Aceh mengalami kemajuan dari tahun ke tahun dengan berdirinya 9 bioskop dari tahun 1930 hingga tahun 2004, faktor pendukung perkembangan bioskop di kota Banda Aceh yaitu adanya antusiasme masyarakat dan dukungan dari pengusaha-pengusaha bioskop. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat perkembangan bioskop di kota Banda Aceh yaitu adanya desakan masyarakat yang kontra terhadap kehadiran bioskop di kota Banda Aceh dan diberlakukannya Qanun Syariat Islam di Aceh. Penyebab tutupnya bioskop di kota Banda Aceh yaitu faktor konflik Aceh serta faktor beredarnya televisi dan faktor beredarnya VCD bajakan. Kata Kunci: Perkembangan, Bioskop.