Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Confronting Subtle Sexism in An Indonesian EFL Textbook Ana Humardhiana; Yayah Nurhidayah
ELT Echo : The Journal of English Language Teaching in Foreign Language Context Vol 5, No 2 (2020): December
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/eltecho.v5i2.7386

Abstract

Language is a powerful tool to communicate ideologies and build a society. Through language, we can see what kind of society we are living in; and apparently, we are living in a society where sexism flourishes without us realizing it. This type of sexism is called as subtle sexism, appearing to be unintentional and harmless because the unequal and unfair treatmeant of women is perceived to be normative. In Indonesia, subtle sexism can be found in EFL textbooks. As the main language input, textbooks can transfer cultural values and ideologies through the targeted language. Hence, subtle sexism is ‘softly’ hidden on the pages and readers – students in this case – are not aware that they are being indoctrinated. This study examined an Indonesian EFL textbook entitled Bahasa Inggris Kelas XII for the twelfth graders in Indonesia which was published by the Ministry of Education and Culture. By implementing content analysis, this research has two objectives, i.e. (1) to find out whether the book promotes subtle sexism, and (2) how teachers, as the last filters, can confront subtle sexism in the book and other EFL textbooks in general. The results show that even though the textbook does not reflect any signs of blatant and covert sexism, it still promotes subtle sexism that the writers might not aware of. Also, this study tries to propose some suggestions for teachers to confront subtle sexism in EFL textbooks, such as using a gender bias checklist, making changes or creating new original materials, fostering a critical class discussion by using the sexist textbooks, and teaching gender-fair language.
PEMBERITAAN VIRUS CORONA DI TV ONE DAN KOMPAS TV (Analisis FramingZhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki) Mochamad Syaefudin; Ana Humardhiana
ORASI: Jurnal Dakwah dan Komunikasi Vol 11, No 1 (2020): July 2020
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/orasi.v11i1.6291

Abstract

Virus 2019 Novel Coronavirus (2019-nCoV) yang lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari virus Corona yang menular ke manusia. Virus Corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, pneumonia akut, sampai kematian. Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di Tiongkok dan ke beberapa negara termasuk Indonesia. Pada tanggal 2 Maret 2020, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo resmi mengumumkan bahwa ada dua WNI yang positif COVID-19. Informasi ini pun resmi diberitakan oleh berbagai media massa khususnya televisi dengan angle yang beragam. Sebagai saluran berbasis audio-visual, televisi masih diangggap alat yang ampuh untuk membentuk opini publik. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, identifikasi tentang penggunaan televisi untuk kepentingan publik diklasifikasikan dengan melakukan analisis empat struktur framing besar yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Dari analisis tersebut ditemukan perbedaan framing dalam konten pemberitaan yang disiarkan oleh 2 televisi swasta yang ada di Indonesia, TV One dan Kompas TV. TV One membingkai pemberitaan virus Corona dengan mengedepankan kepanikan dan ketakutan, sedangkan Kompas TV lebih fokus kepada upaya penanganan dan solusi pencegahan.
Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Informasi Yang Kreatif Dan Beradab Bagi Generasi Z Ana Humardhiana; Rani Ika Wijayanti; Mochamad Syaefudin; Abdu Zikrillah
Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/dimasejati.v3i1.8605

Abstract

Terlahir ketika internet sudah tersedia, generasi Z adalah generasi yang terhubung secara global dan berjejaring di dunia virtual. Hal ini membuat mereka rentan terhadap kejahatan cyber, baik sebagai pelaku maupun korban dan tidak menampik kemungkinan juga jika mereka berperan besar dalam surplus sampah informasi. Tulisan ini berupaya untuk menjabarkan pelatihan yang dilakukan oleh Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, IAIN Syekh Nurjati Cirebon dalam rangka menangani hal tersebut. Peserta dari pelatihan ini adalah santri Madrasah Aliyah Bina Cendekia Cirebon, yang merupakan bagian dari generasi Z. Dengan menggunakan metode pembelajaran Project Based Learning, pelatihan ini disampaikan dalam bentuk 3 kegiatan, yaitu pelatihan infografis, pelatihan pembuatan konten vlog dan kanal YouTube, dan pelatihan food photography. Hasil pelatihan ini adalah santri Madrasah Aliyah Bina Cendekia Cirebon dapat memanfaatkan teknologi informasi secara kreatif dengan menciptakan infografis dan konten vlog yang dapat menambah ilmu pengetahuan, serta foto makanan yang bernilai seni. Hal ini sejalan dengan pemanfaatan teknologi informasi yang beradab, yang menjauhkan mereka dari kejahatan cyber dan tidak memunculkan sampah informasi.
Optimalisasi Program Kartu Prakerja Dengan Pelatihan Branding Strategy Rani Ika Wijayanti; Ana Humardhiana
Dimasejati: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/dimasejati.v2i1.6645

Abstract

Pengangguran di Indonesia merupakan permasalahan yang tiap tahunnya semakin kompleks. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini yang membuat banyak perusahaan swasta terpaksa mem-PHK ratusan hingga ribuan karyawannya, yang menyebabkan semakin bertambahnya pengangguran di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berupaya menyelesaikan permasalahan ini dengan segera. Salah satu upayanya yaitu dengan cara mengadakan Program Kartu Prakerja dimana pemegang kartu ini mendapatkan biaya pelatihan dari pemerintah untuk meningkatkan kompetensinya agar dapat diserap oleh perusahaan-perusahaan yang sesuai atau membuka lapangan usaha sendiri. Akan tetapi, masih banyak masyarakat (yang mengikuti program Kartu Prakerja ataupun tidak) yang bingung untuk memulai dari mana dan bagaimana mereka harus bekerja. Oleh karena itu, tujuan dari pengabdian masyarakat ini yaitu mengoptimalisasikan Program Kartu Prakerja dengan memberikan pelatihan Branding Strategy bebas biaya agar para pemegang Kartu Prakerja, yang belum lolos mendapatkan Kartu Prakerja, dan masyarakat pada umumnya dapat melangkah dengan mantap dalam memasarkan produknya yang berupa barang dan/ataupun jasa.
Literasi Digital dan Teknologi Komunikasi Interpersonal (Studi Kasus Penipuan melalui “Kencan Online” di Media Sosial) DESSY KUSHARDIYANTI; Novy Khusnul Khotimah; Ana Humardhiana; Rani Ika Wijayanti; Misbah Binasdevi
Holistik Vol 6, No 2 (2022)
Publisher : LP2M IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/holistik.v6i1.9405

Abstract

The development of Information Communication Technology (ICT) became the trigger of changes in the process of interpersonal communication. Social Media became one of the platforms that many trigger the development of interpersonal communication process, especially in forming an intimate relationship. "Online Dating" many done by some users of social media to find a life partner or just as a mere entertainment. However, there are many cases of fraud to the threat posed by "online dating" itself. Some perpetrators even use open information from victims to achieve more intimate relationships. Understanding related digital literacy and self disclosure in this case need more deeper and how the application of Social Media Literacy (SML). Understanding of the stages of the process of the formation of interpersonal communication relationships to the intimate stage needs to be done to avoid negative impacts arising from interpersonal communication within the scope of social media.
AI-POWERED APPS TO ENHANCE NOVICE NEWSREADERS’ ENGLISH PRONUNCIATION Ana Humardhiana
ELT Echo : The Journal of English Language Teaching in Foreign Language Context Vol 7, No 2 (2022): DECEMBER
Publisher : IAIN Syekh Nurjati Cirebon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24235/eltecho.v7i2.12503

Abstract

Among the goals that Communication students, who are ESP learners, desire to achieve is to become professional newsreaders who can deliver the news in both Indonesian and English. These novice newsreaders with little to no knowledge about news delivery in English often face problems with English pronunciation. This study aims to help forty-one novice newsreaders, who are students of the Islamic Broadcasting and Communication Department, with their English pronunciation using AI-powered apps and to reveal their perceptions of the apps. The students were involved in one cycle of Classroom Action Research (CAR), where they had to make a video of them reading English news before using the apps as the pre-test and another video after the lecturer taught them how to use the apps as the post-test. The researcher distributed a questionnaire via Google Form after the post-test to complete the data. The results show that AI-powered apps can enhance novice newsreaders’ English pronunciation, especially in the aspects of Accuracy, Key Words, Chunking and Pausing, Intonation, as well as Sounds and Vocal Features; yet, Intonation becomes the lowest improved aspect. Also, the respondents believed that the apps help them with their future job as newsreaders, are easy to use, and give instant feedbacks, which are necessary for independent learning and suitable for ESP learners. The ELSA app rose to the top of the list of the respondents’ favorites. Finally, it is recommended that future researchers carry out comparable studies that focus on one or two particular English sounds evaluated across multiple cycles.