Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Evaluasi Pengendalian Schistosomiasis oleh Lintas Sektor Tahun 2018 Hayani Anastasia; Junus Widjaja; Anis Nurwidayati
Buletin Penelitian Kesehatan Vol 47 No 4 (2019)
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (312.089 KB) | DOI: 10.22435/bpk.v47i4.1861

Abstract

Abstract In Indonesia, schistosomiasis is caused by Schistosoma japonicum with Oncomelania hupensis lindoensis as the intermediate host. Schistosomiasis can infect humans and all species of mammals. In order to achieve schistosomiasis elimination by 2020, schistosomiasis control including environmental management, has been carried out by multi-sectors. A cross-sectional study was conducted in 2018 to evaluate multi-sectoral schistosomiasis control programs. Data were collected by in-depth interviews with stakeholders, stool survey, snail survey, field observation, and document reviews. About 53.6% of control programs targeted in the schistosomiasis control roadmap were not achieved. Moreover, there was no significant difference between the number of foci area prior to the control programs and that of after the control programs completed in 2018. In addition, the prevalence of schistosomiasis in the humans was 0-5.1% and in mammals was in the range of 0 to 10%. In order to overcome the problems, establishment of a policy concerning schistosomiasis as a priority program beyond the Ministry of Health is needed. Innovative health promotion with interactive media is also needed to be applied. Nonetheless, the schistosomiasis work teams need to be more active to collaborate with other sectors and the Agency of Regional Development of Central Sulawesi Province as the leading sector. Keywords: schistosomiasis, control program, multi-sector, evaluation Abstrak Schistosomiasis di Indonesia disebabkan oleh cacing trematoda jenis Schistosoma japonicum dengan hospes perantara keong Oncomelania hupensis lindoensis. Schistosomiasis selain menginfeksi manusia, juga menginfeksi semua jenis mamalia. Untuk mencapai eliminasi schistosomiasis pada tahun 2020 dilakukan pengendalian schistosomiasis oleh lintas sektor termasuk di dalamnya pelaksanaan manajemen lingkungan. Upaya pencapaian eliminasi schistosomiasis dilakukan terutama dengan manajemen lingkungan yang direncanakan bersama oleh lintas sektor. Penelitian cross sectional dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan program pengendalian schistosomiasis oleh lintas sektor dan implementasi pengendalian schistosomiasis terpadu untuk eliminasi schistosomiasis. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam stakeholder, review dokumen, survei keong, observasi lapangan, dan survei tinja. Hasil penelitian menunjukkan 53,6% kegiatan yang direncanakan dalam roadmap tidak terlaksana tahun 2018. Perbandingan jumlah fokus yang ditemukan pada akhir tahun 2018 tidak jauh berbeda dengan sebelum kegiatan pengendalian. Prevalensi schistosomiasis pada manusia tahun 2018 berkisar 0-5,1%. Prevalensi schistosomiasis pada hewan berkisar 0-10%. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi perlu adanya rekomendasi kebijakan schistosomiasis sebagai kegiatan prioritas di kementerian di luar kesehatan sehingga memungkinkan perencanaan kegiatan yang lebih terarah oleh lintas sektor. Selain itu perlu dilakukan promosi kesehatan yang lebih inovatif dengan menggunakan media yang lebih menarik dan interaktif. Peranan aktif kelompok kerja tim pengendalian schistosomiasis perlu ditingkatkan dengan Bappeda sebagai leading sector. Kata kunci: schistosomiasis, pengendalian, lintas sektor, evaluasi
Pemetaan Keong Fokus Oncomelania hupensis lindoensis di Empat Desa Schistosomiasis di Kabupaten Sigi dan Poso Samarang Pawakkangi; Malonda Maksud; Mujiyanto Mujiyanto; Junus Widjaja; Hayani Anastasia
Jurnal Vektor Penyakit Vol 12 No 2 (2018): Edisi Desember
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Donggala, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (506.184 KB) | DOI: 10.22435/vektorp.v12i2.849

Abstract

Abstract The habitat of Oncomelania hupensis lindoensis snails was found widely spread in the three areas of the Napu, Bada and Lindu Highlands with the infection rate above 1%. The last focus distribution map of this snail was done eight years ago. Therefore, it needs to be updated. This study aimed to identify and map the primary and secondary foci area of O.hupensis lindoensis snail. Mapping of the intermediate host of schistosoma, O. hupensis lindoensis was conducted for seven month in four schistosomiasis endemic villages in Poso and Sigi District of Central Sulawesi in 2016. The result showed that snail of O. hupensis lindoensis in Sedoa was found reduced to 33 foci, in Watutau Village was also reduced to two foci, in Tomehipi Village was found increased become eight foci, and in Tomado Village was found reduced become 15 foci. The foci areas needs to be changed into agricultural land, to reduce the number and area of O. hupensis lindoensis. Abstrak Penyebaran habitat keong O. hupensis lindoensis ditemukan di tiga wilayah yaitu Dataran Tinggi Napu, Bada dan Lindu dengan infection rate di atas 1%. Data distribusi fokus telah dilakukan delapan tahun lalu melalui pemetaan fokus, sehingga perlu diperbaharui. Telah dilakukan pemetaan habitat perantara schistosomiasis keong O. hupensis lindoensis selama tujuh bulan di empat daerah endemis di Kabupaten Poso dan Sigi Sulawesi Tengah. Studi ini bertujuan memetakan dan mengidentifikasi fokus keong O. hupensis lindoensis di dataran tinggi Napu, Bada, dan Lindu, sebagai pembaharuan data perkembangan fokus di daerah endemis. Hasil pemetaan habitat hospes perantara schistosomiasis keong O. hupensis lindoensis menunjukan bahwa jumlah fokus keong O. hupensis lindoensis di Desa Sedoa menurun menjadi 33 fokus, di Desa Watutau jumlah fokus menurun menjadi dua fokus, di Desa Tomehipi meningkat menjadi delapan fokus, dan di Desa Tomado menurun menjadi 15 fokus. Aktivitas pengelolaan area fokus menjadi lahan produktif perlu diintensifkan guna mengurangi jumlah fokus O. hupensis lindoensis.