Triwibowo Ambar Garjito
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

DAFTAR SPESIES DAN DATA DISTRIBUSI TERBARU NYAMUK AEDES DAN VERRALLINA (DIPTERA: CULICIDAE) DI INDONESIA Sidiq Setyo Nugroho; Mujiyono Mujiyono; Riyani Setiyaningsih; Triwibowo Ambar Garjito; Rusdiyah Sudirman Made Ali
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 11 No 2 (2019): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.9 KB) | DOI: 10.22435/vk.v11i2.1462

Abstract

Indonesia memiliki keanekaragaman spesies nyamuk yang tertinggi kedua di dunia setelah Brazil. Nyamuk Aedes merupakan genus beranggotakan vektor penting untuk demam dengue dan chikungunya di Indonesia. Namun informasi terbarukan tentang keanekaragaman, dan sebaran spesies Aedes dan Verrallina belum tersedia. Tujuan publikasi ini adalah untuk memperbaharui daftar spesies dan distribusi nyamuk Aedes dan Verrallina di Indonesia. Pembaruan informasi mengenai keanekaragaman dan sebaran spesies dilakukan dengan kajian pustaka. Spesies nyamuk dalam genus Aedes tercatat sebanyak 100 spesies yang dikelompokkan dalam 27 subgenus. Adapun nyamuk genus Verrallina yang merupakan pecahan dari genus Aedes memiliki jumlah spesies sebanyak 32 spesies yang dikelompokkan dalam tiga subgenus. Artikel ini menyampaikan informasi yang terbarukan mengenai keanekaragaman, sebaran dan kunci identifikasi nyamuk betina Aedes dan Verrallina di Indonesia.
RANCANGAN PRIMER UNTUK DETEKSI VIRUS DENGUE SEROTIPE DENV-3 DAN DENV-4 DENGAN METODE NASBA DAN LFIA Dhian Prastowo; Asmarani Kusumawati; Triwibowo Ambar Garjito; Sitti Rahmah Umniyati; Mega Tyas Prihatin
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 13 No 1 (2021): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v13i1.2494

Abstract

Simple, fast, and accurate early detection is expected to reduce the mortality rate due to dengue infection. The dengue virus RNA detection method using Nucleic Acid Sequence-Based Amplification (NASBA) is an alternative method that can reduce the use of a thermocycler. The detection of NASBA amplicons was carried out using the Lateral Flow Assay (LFIA). This study was conducted to prove the effectiveness of the new primer design to detect dengue virus serotypes DENV-3 and DENV-4. In addition, this study was also conducted to measure the sensitivity and specificity of the LFIA method to detect dengue virus serotypes DENV-3 and DENV-4. The initial stage of this research was the isolation of dengue virus RNA from C6/36 cell cultures, then proceeded to design primers for NASBA and LFIA probes. NASBA reactions were performed on dengue virus serotypes DENV-3 and DENV-4 and DENV-4. The NASBA reaction products were then visualized on LFIA and agarose gel electrophoresis. The NASBA method with a new primary design can be used for the detection of dengue virus serotypes DENV-3 and DENV-4 as evidenced by electrophoresis results bands at 196 bp and 144 bp. The LFIA method with probe design can be used for the detection of dengue virus serotype DENV-3 and DENV-4 dengue virus serotype with a positive line on the test line on LFIA. The LFIA method for the detection of the dengue virus has a sensitivity up to a concentration of 10-3 (1 g/μl). The results of this study indicate that the newly designed primers are specific and sensitive for DENV-3 and DENV-4 dengue virus serotypes detection. Abstrak Deteksi dini yang sederhana, cepat dan akurat diharapkan dapat mengurangi tingkat kematian akibat infeksi dengue. Metode deteksi RNA virus dengue dengan Nucleic Acid Sequence-Based Amplification (NASBA) merupakan metode alternatif yang dapat mengurangi penggunaan thermocycler. Deteksi amplikon hasil NASBA dilakukan dengan Lateral Flow Assay (LFIA). Studi ini dilakukan untuk membuktikan efektivitas desain baru primer untuk mendeteksi virus dengue serotipe DENV-3 dan DENV-4. Di samping itu, studi ini juga dilakukan untuk mengukur sensitivitas dan spesifisitas metode LFIA untuk mendeteksi virus dengue serotype DENV-3 dan DENV-4. Tahap awal penelitian ini adalah isolasi RNA virus dengue dari kultur sel C6/36, kemudian dilanjutkan dengan merancang primer untuk NASBA dan probe LFIA. Reaksi NASBA dilakukan pada virus dengue serotipe DENV-3 dan DENV-4 dan DENV-4. Produk reaksi NASBA kemudian divisualisasikan pada LFIA dan elektroforesis gel agarosa. Metode NASBA dengan desain primer baru dapat digunakan untuk deteksi virus dengue serotipe DENV-3 dan DENV-4 yang dibuktikan oleh pita hasil elektroforesis pada 196 bp dan 144 bp. Metode LFIA dengan desain probe dapat digunakan untuk deteksi virus dengue serotipe DENV-3 dan DENV-4 serotipe virus dengue dengan garis positif pada garis uji pada LFIA. Metode LFIA untuk deteksi virus dengue memiliki sensitivitas hingga konsentrasi 10-3 (1 μg/μl). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa primer baru yang dirancang bersifat spesifik dan sensitif untuk deteksi serotipe virus dengue DENV-3 dan DENV-4.
ANALISIS KEBERADAAN VEKTOR STADIUM PRADEWASA DAN DEWASA TERHADAP SIRKULASI VIRUS DEMAM BERDARAH DENGUE DAN CHIKUNGUNYA DI PROVINSI DKI JAKARTA Riyani Setiyaningsih; Ary Oktsari Yanti S; Mega Tyas Prihatin; Evi Sulistyorini; Dwi Susilo; Marjiyanto Marjiyanto; Mujiyanto Mujiyanto; Siti Alfiah; Triwibowo Ambar Garjito
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 1 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i1.2930

Abstract

The Special Capital Region of Jakarta is the sixth-highest province with a DHF incidence in Indonesia in 2017, however, no Chikungunya cases were found. North Jakarta, East Jakarta, and West Jakarta were reported as high endemic dengue areas. The purpose of this study to identify the behavior, distribution patterns of dengue vector and chikungunya, and their pathogens as well as their potential transmission in North, East, and West Jakarta. Entomological surveys were conducted by human landing collection, around cattle collection, animal-baited traps, and light traps. The larvae survey was also conducted in selected 100 houses in the study areas. Mosquitoes and larvae of the Aedes genus were collected and examined for the presence of dengue and chikungunya viruses using molecular analysis. The results showed that Ae. aegypti identified as the main Dengue vector and chikungunya vector in DKI Jakarta. Dengue and chikungunya vector were found in various breeding habitat indoor. During this study, Dengue and chikungunya viruses were found in North and West Jakarta. Whereas in East Jakarta only the chikungunya virus circulation was found. Abstrak Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan provinsi dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) tertinggi ke enam di Indonesia pada tahun 2017, tetapi kasus chikungunya tidak ditemukan. Wilayah dengan kasus DBD tinggi antara lain Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus DBD dan chikungunya di suatu daerah antara lain keberadaan vektor dan patogennya. Tujuan penelitian adalah mengetahui perilaku, pola distribusi vektor DBD dan Chikungunya, patogen; serta potensi penularannya di Jakarta Utara, Timur, dan Barat Provinsi DKI Jakarta. Metode penangkapan nyamuk dilakukan dengan umpan orang, umpan ternak, animal-baited trap dan light trap. Survei jentik dilakukan di 100 bangunan masing-masing di Jakarta Utara, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Keberadaan patogen pada nyamuk dan jentik dari genus Aedes diperiksa secara molekuler. Hasil penelitian menunjukkan vektor DBD dan chikungunya di DKI Jakarta adalah Aedes aegypti. Nyamuk ini ditemukan dominan pada siang hari namun juga berhasil dikoleksi pada malam hari. Tempat perkembangbiakan vektor DBD dan chikungunya cenderung ditemukan di berbagai tempat penampungan air di dalam rumah. Sirkulasi virus DBD dan chikungunya ditemukan di wilayah Jakarta Utara dan Barat, sedangkan di Jakarta Timur hanya diemukan sirkulasi virus chikungunya.
Keberadaan Jentik Aedes sp. pada Controllable Sites dan Dispossable Sites di Indonesia (Studi Kasus di 15 Provinsi) Revi Rosavika Kinansi; Triwibowo Ambar Garjito; Mega Tyas Prihatin; Muhammad Choirul Hidajat; Yusnita Mirna Anggraeni; Wening Widjajanti
ASPIRATOR - Journal of Vector-borne Disease Studies Vol 11 No 1 (2019): Jurnal Aspirator Volume 11 Nomor 1 2019
Publisher : Loka Litbang Kesehatan Pangandaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (515.304 KB) | DOI: 10.22435/asp.v11i1.540

Abstract

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Peningkatan kasus DBD di Indonesia tidak lepas dari keberadaan nyamuk Aedes sp. sebagai vektor penular. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap angka kejadian DBD adalah jumlah populasi jentik nyamuk Aedes sp., populasi jentik sangat dipengaruhi oleh karakteristik habitatnya. Data Riset Khusus Vektor dan Reservoir tahun 2016 memuat tentang tingkat kepadatan jentik nyamuk Aedes sp. melalui tempat penampungan air (TPA) yang dilihat dari controllable sites dan dispossable sites. Data diambil di 15 provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Aceh, Provinsi Lampung, Provinsi Bangka Belitung, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Banten, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Maluku, dan Provinsi Maluku Utara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu dari 11.491 TPA diperiksa, didapatkan 11.301 controllable sites dan 190 dispossable sites. Jumlah controllable sites lebih banyak didapati jentik karena digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat 18 kabupaten/kota memiliki density figure kategori sedang dan 27 kabupaten/kota dikategorikan memiliki kepadatan jentik yang tinggi. Cara yang dianggap efektif dan tepat dalam pencegahan dan pemberantasan DBD saat ini adalah dengan memberantas sarang nyamuk penularnya (PSN-DBD) melalui gerakan 3M plus yang memerlukan partisipasi seluruh lapisan masyarakat.