Lulus Susanti
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

INFEKSI HANTAVIRUS PADA TIKUS DOMESTIK, PERIDOMESTIK DAN SILVATIK DI PULAU SULAWESI Arief Mulyono; Ristiyanto Ristiyanto; Aryani Pujiyanti; Bernadus Yuliadi; Aryo Ardanto; Arum Sih Joharina; Lulus Susanti
Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit Vol 12 No 2 (2020): Vektora : Jurnal Vektor dan Reservoir Penyakit
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/vk.v12i2.3883

Abstract

Hantavirus infection is one of zoonotic diseases as a major global threat for human health. Anthropologic, biologic, and cultural factors contribute in the transmission of the infection in Sulawesi. In Sulawesi, some communities have a tradition of eating rat meat. A total of 52 endemic rats species is found in the area. The objective of this study were to identify the species of rats acting as hantavirus reservoir and the percentage of hantavirus seropositive in domestic, peridomestic and silvatic rats in the area. The study was conducted in four provinces, namely Central (year of 2015), North and South East (2016) and South Sulawesi (2017). Three districts of each provinces were selected. The rats captured were identified, and blood sample from each was drawn. Hantavirus infection was identified by an Elisa. The data obtained were presented descriptively. A total of 1259 rats were captured, consisted of eight genus and 27 species, ten of which were seropositive, for hantavirus infection. Six out of ten seropositive rats were record as new record of hantavirus reservoir, namely B. coelestis, B. chyssocomus, B. fratotum, B. prolatus, R. nitidus, and R. hoffmanni. The highest percentage of seropositive Hantavirus was found in peridomestic rats (5.06), while in silvic rats 4.60 and domestic rats 3.46. It is necessary to do hygiene and sanitation campaign and socialization of risks for hantavirus transmission. Abstrak Infeksi hantavirus adalah zoonosis yang telah menjadi ancaman kesehatan global dengan tikus sebagai reservoir utama zoonosis ini. Secara biologi dan antropologi penularan hantavirus rentan terjadi di Pulau Sulawesi karena di pulau ini mempunyai 52 spesies tikus endemik dan sebagian kecil masyarakat di Sulawesi mempunyai kebiasaan mengonsumsi daging tikus. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies-spesies tikus yang berperan sebagai reservoir hantavirus dan menghitung persentase seropositif hantavirus pada tikus domestik, peridomestik dan silvatik di Pulau Sulawesi. Penelitian dilakukan pada tahun 2015 di Provinsi Sulawesi Tengah, tahun 2016 di Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, serta tahun 2017 di Sulawesi Selatan. Penangkapan tikus dilakukan di tiga kabupaten pada setiap provinsi. Tikus tertangkap diidentifikasi dan diambil spesimen darahnya. Pemeriksaan serologi dengan menggunakan teknik Elisa. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tikus tertangkap sebanyak 1.259 ekor yang terdiri dari delapan genus dan 27 spesies. Sepuluh spesies seropositif terhadap hantavirus, enam diantaranya merupakan catatan baru sebagai reservoir hantavirus. Keenam spesies tersebut adalah Bunomys coelestis, B. chyssocomus, B. fratotum, B. prolatus, R. nitidus, dan R. hoffmanni. Persentase tikus seropositif terhadap hantavirus tertinggi ditemukan pada tikus peridomestik (5,06), sedangkan pada tikus silvatik 4,60 dan tikus domestik 3,46. Perlu dilakukan kampanye peningkatan sanitasi serta sosialisasi ke masyarakat terkait risiko penularan hantavirus.
GAMBARAN DAERAH RESEPTIF MALARIA DI KECAMATAN SALAMAN KABUPATEN MAGELANG JAWA TENGAH Diana Andriyani Pratamawati; Lulus Susanti; Sidiq Setyo Nugroho; Mujiyono Mujiyono; Ika Martiningsih
SPIRAKEL Vol 10 No 2 (2018)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.145 KB)

Abstract

Kasus malaria baru masih ditemukan di Kabupaten Magelang sepanjang tahun 2017. Kabupaten Magelang termasuk kawasan perbukitan Menoreh yang pada tahun 2014 telah menerima sertifikat bebas malaria, namun pada tahun 2015 kasus malaria meningkat hingga ditemukannya kembali kasus indigenous yaitu kasus yang penderitanya tidak pergi keluar desa/keluar pulau sebelum sakit. Sepanjang tahun 2015 hingga 2017 terus menerus ditemukan kasus positif malaria di Kabupaten Magelang baik kasus impor maupun indigenous. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kendala survailans migrasi dalam peningkatan kasus malaria di Kabupaten Magelang tahun 2017. Penelitian ini menggunakan disain cross-sectional, lokasi penelitian di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang sebagai wilayah dengan kasus tertinggi malaria. Sampel yang diambil secara purposive dari semua pasien suspek malaria yang diperiksa Juru Malaria Desa pada bulan Januari-November 2017. Sampel terdiri dari kasus positif Plasmodium malaria dan sampel kontrol yang tidak sakit malaria serta sebanding umurnya dengan sampel kasus. Jumlah kasus dan kontrol dalam penelitian ini sebanyak 14 orang. Hasil penelitian menunjukkan kasus malaria di Kabupaten Magelang merupakan perpaduan kasus impor dan kasus indigenous. Sebagian besar penderita malaria berjenis kelamin laki-laki dengan umur < 45 tahun, serta pekerjaan paling banyak sebagai buruh di daerah Kalimantan Tengah. Wilayah Kabupaten Magelang dapat digolongkan sebagai daerah reseptif malaria dengan ditemukan berbagai spesies vektor malaria seperti Anopheles maculatus, An. balabacensis, An. vagus di sekitar kandang ternak di Desa Paripurno dan Desa Kalirejo. Keberadaan Juru malaria desa (JMD) dalam keberhasilan survailans migrasi di Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang sangatlah penting, namun adanya keterbatasan jumlah JMD sementara daerah yang sulit dijangkau cukup luas menyebabkan kegiatan surveilans migrasi menjadi tidak optimal.