Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN BEBAN KERJA FISIK DAN TINGKAT KELELAHAN DENGAN STRES KERJA PETUGAS KEBERSIHAN JALAN KOTA MADIUN Syafirasyah Ayu Asmardayanti; Farhana Syahrotun Nisa S; Tyas Lilia Wardani
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 6, No 1 (2021): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v6i1.6181

Abstract

Aktivitas kerja fisik pada setiap pekerjaan pasti memiliki beban kerja yang menjadi tanggung jawab dan harus diselesaikan pekerja. Apabila tuntutan fisik semakin tinggi, maka tingkat kelelahan juga akan semakin besar dan stres kerja dapat meningkat. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan beban kerja fisik dan tingkat kelelahan dengan stres kerja petugas kebersihan jalan Kota Madiun. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu petugas kebersihan jalan Kota Madiun yang berjumlah 114 orang kemudian diperoleh sampel sebanyak 78 orang menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengukur beban kerja fisik, KAUPK2 untuk mengukur kelelahan kerja, dan kuesioner HSE Stres Indicator Tools untuk mengukur stres kerja. Teknis analisis data menggunakan uji korelasi somers’d dan uji regresi logistik ordinal. Terdapat hubungan signifikan antara beban kerja fisik dengan stres kerja dengan hasil uji korelasi somers’d p-value=0.000 dan r=0.669 yang artinya memiliki kekuatan korelasi kuat dan memiliki arah korelasi positif (+). Ada hubungan signifikan antara kelelahan kerja dengan stres kerja dengan hasil uji korelasi somers’d p-value=0.000 dan r=0.619 yang artinya memiliki kekuatan korelasi kuat dan memiliki arah korelasi positif (+). Variabel bebas beban kerja fisik merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap terjadinya stres kerja dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 dan nilai wald sebesar 1416.100. Terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja fisik dan tingkat kelelahan dengan stres kerja pada petugas kebersihan jalan Kota Madiun.                                          Kata Kunci: Beban Kerja Fisik; Kelelahan Kerja; Stres Kerja 
PROGRAM PEREGANGAN DI TEMPAT KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSKULOSKELETAL PEKERJA SEKTOR INFORMAL Lusi Ismayenti; Tyas Lilia Wardani
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 7, No 1 (2022): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v7i1.8753

Abstract

Pekerja sektor informal bekerja tanpa relasi sehingga tidak ada aturan tertulis yang mengikat dan memiliki masalah yang berkaitan dengan risiko keselamatan dan Kesehatan terkait pekerjaan seperti gangguan otot rangka (muskuloskeletal/MSDs). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program peregangan di tempat kerja untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pekerja sektor informal. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental dengan desain pre-posttest group. Responden adalah perwakilan pekerja sektor informal yang dibagi dua kelompok pembuatan makanan ringan dan pembuat album. Jumlah sampel penelitian adalah 31 responden yang terdiri dari 21 pekerja pembuatan makanan ringan dan 10 pekerja pembuat album. Keluhan MSDs diukur dengan kuesioner Nordic Body Map sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi yang diberikan kepada responden adalah melakukan gerakan peregangan (stretching) selama 5 menit setelah 2 jam bekerja selama 7 hari. Hasil penelitian terdapat pengaruh setelah diberikan intervensi gerakan peregangan dengan keluhan MSDs pada pekerja makanan ringan (p<0.001) dan pembuat album(p=0.018) dan tidak ada pengaruh antar dua kelompok (p=0.12). Bagian tubuh yang mengalami penurunan keluhan MSDs terbesar setelah intervensi adalah leher atas, tengkuk, pinggang, punggung, dan pinggul. Pekerja pembuatan makanan ringan mengalami penurunan keluhan MSDs bagian tubuh lebih besar dibandingkan pekerja pembuatan album. Kata kunci: keluhan muskuloskeletal, pekerja sektor informal, peregangan
Pemanfaatan Limbah Serbuk Kayu dalam Pembuatan Wood Pellet untuk Efisiensi Pengolahan Produk Pakan Ternak: Utilization of Sawdust Waste in the Manufacture of Wood Pellets for Processing Efficiency of Animal Feed Products Tyas Lilia Wardani; Amalia Diah Artanti; Widyarsi Nur Hamidah; Tutug Bolet Atmojo; Ratna Fajariani; Isna Qadrijati; Seviana Rinawati
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol. 8 No. 5 (2023): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v8i5.4249

Abstract

The Sumber Urip Rabbit Breeders Association has a role in the economic development of Karanganyar Regency. It is necessary to empower rabbit breeders, including maintaining the supply of fuel for the processing of rabbit feed, namely hay grass. Rabbit farmers in the village of Padon Gayamdompo Karanganyar are currently using LPG as fuel for processing hay grass. Still, the erratic availability of LPG and the relatively high cost of purchasing LPG are obstacles. Wood pellets are an alternative fuel source that rabbit breeders can use in Karanganyar Regency. There is a sawmill near the rabbit breeders' association, which produces a large amount of unused sawdust. The solution offered to the Sumber Urip Rabbit Breeders Association is alternative energy from wood pellets. The Community Partnership Program (PKM) is implemented by socializing wood pellets, making wood pellet machines and their furnaces, practicing making wood pellets while testing wood pellet machines, practicing using wood pellet stoves for hay grass processing, and calculating the efficiency of fuel use wood pellets in hay grass processing. The impact of this PKM activity is that rabbit breeders gain knowledge and skills in making wood pellets, using them as fuel, and benefiting from using wood pellets, reducing the cost of processing hay grass by 33%.