Edmon Daris
Dosen Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TEMPE DI KELURAHAN JURANGMANGU TIMUR, PONDOK AREN, TANGERANG SELATAN Fachrul Imam Hanafi; Edmon Daris; Siti Rochaeni
AGRIBUSINESS JOURNAL Vol 8, No 1 (2014): AGRIBUSINESS JOURNAL
Publisher : Departement of Agribusiness Faculty of Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.006 KB) | DOI: 10.15408/aj.v8i1.5128

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik masyarakat yang mengkonsumsi tempe di Kelurahan Jurangmangu Timur, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di Kelurahan Jurangmangu Timur, mengukur besarnya respon masyarakat terhadap perubahan harga tempe di Kelurahan Jurangmangu Timur. Jenis dan sumber data yang digunakan peneliti adalah data primer yang diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada masyarakat setempat, dan data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat dan literatur-literatur seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan penelitian. Dalam pengambilan sampel peneliti menggunakan metode purposive random. Metode analisis yang digunakan peneliti adalah analisis regresi linier berganda dengan bantuan SPSS. Kesimpulan dari faktor-faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe di kelurahan Jurangmangu Timur. Hasil perhitungan elastisitas harga tempe di dapat sebesar 0.970, artinya tempe bersifat inelastis. Dalam jangka pendek Permintaan tempe bersifat inelastis terhadap semua faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe dan pendapatan keluarga tidak berpengaruh besar terhadap perubahan permintaan. Saran yang dapat di tarik dari hasil perhitungan regresi yang menyatakan bahwa harga tempe sangat berpengaruh nyata terhadap permintaan tempe di kelurahan Jurangmangu Timur, sehingga produsen tempe yang ada dapat meningkatkan kapasitas produksi tempe untuk memenuhi kebutuhan tempa masyarakat di kelurahan Jurangmangu Timur. Penelitian ini membahas mengenai elastisitas permintaan jangka pendek, diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai elastisitas permintaan jangka panjang terhadap faktor-faktor harga tempe, tahu, telur, dan jumlah anggota keluarga, serta pendapatan keluarga.
DAYA SAING EKSPOR KAKAO OLAHAN INDONESIA Dahlia Nauly; Edmon Daris; Iskandar Andi Nuhung
AGRIBUSINESS JOURNAL Vol 8, No 1 (2014): AGRIBUSINESS JOURNAL
Publisher : Departement of Agribusiness Faculty of Science and Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.088 KB) | DOI: 10.15408/aj.v8i1.5126

Abstract

Indonesia merupakan penghasil kakao terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar kakao diekspor keluar negeri. Maka pemerintah menerapkan peraturan yang membatasi ekspor kakao. Menurunnya ekspor kakao mengakibatkan turunnya produksi kakao. Maka diperlukan analisis tentang daya saing kakao olahan di pasar dunia. Penelitian bertujuan menanalisis daya saing kakao olahan Indonesia di pasar dunia dan persaingan antar negara pengekspor kakao olahan di pasar dunia. Metode yang digunakan adalah Revealed Comparative Advantage (RCA), Indeks Spesialisasi Perdagangan dan Model Almost Ideal Demand System. Dari penelitian diketahui bahwa Indonesia memiliki daya saing tinggi untuk komoditas kakao pasta (Nilai Rata-Rata RCA 1,79), kakao butter (5,48) dan kakao bubuk (2,46), sedangkan cokelat Indonesia belum memiliki daya saing (0,23). Daya saing kakao pasta Indonesia dibawah Pantai Gading (Nilai Rata-Rata RCA 276,86), Belanda (4,94) dan Malaysia (2,46), lebih tinggi dari Jerman (1,09). Dalam kakao butter Indonesia diatas Perancis (2,02), namun dibawah Pantai Gading (91,67), Belanda (9,27) dan Malaysia (7,09). Sedangkan kakao bubuk dibawah Belanda (11,49) dan Malaysia (5,18), tapi diatas Spanyol (2,26) dan Jerman (0,74). Indeks Spesialisasi Perdagangan menjelaskan Indonesia di tahap matang. Pada kakao butter Indonesia dan Pantai Gading merupakan net eksportir. Sedangkan kakao bubuk Indonesia Belanda, Malaysia, Spanyol, dan Jerman berada pada tahap perluasan ekspor. Pasar dunia memandang bahwa kakao pasta Belanda dan Indonesia saling melengkapi sementara kakao pasta Jerman dan Indonesia saling bersubstitusi. Sedangkan kakao butter Indonesia dan Belanda saling berkomplementer. Oleh karena itu Indonesia perlu meningkatkan kualitas kakao pasta dan bubuk.dan tetap memberlakukan bea agar sebagia besar kakao dapat diolah sendiri sehingga dapat menaikan nilai tambah.