Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

A TAXONOMICAL REVIEW OF PHERETIMOID EARTHWORMS (OLIGOCHAETA: MEGASCOLECIDAE) GROM INDONESIAN ARCHIPELAGO Hari Nugroho
ZOO INDONESIA Vol 19, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v19i2.2387

Abstract

Kegiatan
Potensi dan Pemanfaatan Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timu Sih Kahono; Pungki Lupiyanindyah; Erniwati Erniwati; Hari Nugroho
ZOO INDONESIA Vol 21, No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v21i2.346

Abstract

Bunga kelapa sawit bersifat monoceus. Penyerbukannya dapat terjadi oleh bantuan serangga penyerbuk. Kumbang Elaeidobius kamerunicus adalah penyerbuk spesialis, yang bersama dengan jenis-jenis serangga lain melakukan penyerbukan kelapa sawit. Pengelolaan penyerbukan kelapa sawit di setiap perkebunan berbeda karena serangga penyerbuknya pun berbeda sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan masing-masing. Tidak ada publikasi tentang serangga penyerbuk lokal pada kelapa sawit di Indonesia selain oleh kumbang E. kamerunicus. Pada penelitian ini ditemukan serangga penyerbuk kelapa sawit lainnya, disamping E. kamerunicus, yaitu enam jenis lebah yang terdiri dari Apis florea, A. cerana, A. koschevnicovi, Trigona laeviceps, T. melina, dan T. itama yang mengunjungi bunga jantan anthesis dan betina receptive. Berdasarkan analisa ukuran dan perilaku kunjungan pada bunga betina disimpulkan bahwa hanya tiga jenis A. florea, Trigona laeviceps, dan T. melina yang mempunyai potensi tinggi sebagai penyerbuk bunga kelapa sawit pada bagian permukaan bunga. Sedangkan kumbang E. kamerunicus lebih berperan sebagai penyerbuk bagian dalam dari perbungaan. Populasi kumbang E. kamerunicus per hektar relatif rendah yang menyebabkan sebanyak 35,1% buah kelapa sawit yang tidak berkembang. Pemanfaatan kumbang E. kamerunicus untuk penyerbukan buatan telah dilakukan oleh petani kelapa sawit, namun dilakukan dengan cara yang menimbulkan banyak kematian pada kumbang muda.
A TAXONOMICAL REVIEW OF PHERETIMOID EARTHWORMS (OLIGOCHAETA: MEGASCOLECIDAE) GROM INDONESIAN ARCHIPELAGO Hari Nugroho
ZOO INDONESIA Vol 19, No 2 (2010): Desember 2010
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v19i2.2387

Abstract

Kegiatan
Potensi dan Pemanfaatan Serangga Penyerbuk untuk Meningkatkan Produksi Kelapa Sawit di Perkebunan Kelapa Sawit Desa Api-Api, Kecamatan Waru, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timu Sih Kahono; Pungki Lupiyanindyah; Erniwati Erniwati; Hari Nugroho
ZOO INDONESIA Vol 21, No 2 (2012): Desember 2012
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52508/zi.v21i2.346

Abstract

Bunga kelapa sawit bersifat monoceus. Penyerbukannya dapat terjadi oleh bantuan serangga penyerbuk. Kumbang Elaeidobius kamerunicus adalah penyerbuk spesialis, yang bersama dengan jenis-jenis serangga lain melakukan penyerbukan kelapa sawit. Pengelolaan penyerbukan kelapa sawit di setiap perkebunan berbeda karena serangga penyerbuknya pun berbeda sehingga perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan masing-masing. Tidak ada publikasi tentang serangga penyerbuk lokal pada kelapa sawit di Indonesia selain oleh kumbang E. kamerunicus. Pada penelitian ini ditemukan serangga penyerbuk kelapa sawit lainnya, disamping E. kamerunicus, yaitu enam jenis lebah yang terdiri dari Apis florea, A. cerana, A. koschevnicovi, Trigona laeviceps, T. melina, dan T. itama yang mengunjungi bunga jantan anthesis dan betina receptive. Berdasarkan analisa ukuran dan perilaku kunjungan pada bunga betina disimpulkan bahwa hanya tiga jenis A. florea, Trigona laeviceps, dan T. melina yang mempunyai potensi tinggi sebagai penyerbuk bunga kelapa sawit pada bagian permukaan bunga. Sedangkan kumbang E. kamerunicus lebih berperan sebagai penyerbuk bagian dalam dari perbungaan. Populasi kumbang E. kamerunicus per hektar relatif rendah yang menyebabkan sebanyak 35,1% buah kelapa sawit yang tidak berkembang. Pemanfaatan kumbang E. kamerunicus untuk penyerbukan buatan telah dilakukan oleh petani kelapa sawit, namun dilakukan dengan cara yang menimbulkan banyak kematian pada kumbang muda.
Rasionalisasi Pos Curah Hujan Menggunakan Metode Kagan di DAS Ciliwung untuk Operasi Bendungan Ciawi dan Sukamahi Propezite Nurhutama Mustain; Dyah Ari Wulandari; Hari Nugroho; Suripin Suripin
Bentang : Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Vol 11 No 1 (2023): BENTANG Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil (Januari 2023)
Publisher : Universitas Islam 45

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33558/bentang.v11i1.5614

Abstract

Hydrological stations are an important element in order to provide preliminary information to dam managers in planning and managing dams. Rainfall data generated from rainfall stations is one of the inputs in hydrological analysis that can be used in dam management. To support the hydrological analysis, an appropriate network of rainfall stations is needed, both in terms of the number and location of rainfall stations. Therefore, it is necessary to study the rationalization of the hydrological station network within the Ciliwung Watershed, so that it can be utilized in dam operations. The purpose of this study is to obtain an efficient and effective network of rainfall stations in the Ciliwung watershed to support the operation of the Ciawi and Sukamahi Dams. In this case, the Kagan method was used in the analysis of the rationalization of the rainfall station network by producing the optimum number of rainfall stations in the Ciliwung watershed, that is 29 rainfall stations. Based on these results, the number of rainfall stations in the Ciliwung watershed has met in terms of number, but the location point needs to be adjusted to the Kagan triangle.
EVALUASI PERILAKU DEFORMASI VERTIKAL BENDUNGAN SERMO BERDASARKAN DATA INSTRUMENTASI GEOTEKNIK Rizka Sartika Hutami; Hari Nugroho; Sutarto Edhisono
Racic : Rab Construction Research Vol 8 No 1 (2023): JUNI
Publisher : LPPM Universitas Abdurrab

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36341/racic.v8i1.2813

Abstract

The vertical deformation of the dam is one of the important parameters to be evaluated both during the construction and post-construction periods. Abnormal deformation behavior can cause various problems that threaten the safety of the dam. Evaluation is very important to do, especially on the Sermo Dam which has been loaded for more than 25 years to knows its behavior. Identification of abnormal behavior is done by evaluating the results of the vertical deformation analysis based on the instrumentation reading data against the acceptance criteria. In the construction, the vertical strain value compared with the depth below crest value resulted in abnormal behavior. However, evaluation of the settlement that occurs results in normal behavior. In the post-construction, evaluation with Sherard (1965) and ICOLD (1993) criteria resulted in abnormal conditions at certain elevations. However, evaluation based on the settlement index and acceptance criteria of Sowers (1965) and Hunter and Fell (2003) resulted in normal conditions.
Analisis Erosi Sub-DAS Bendungan Way Sekampung Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) Agung Wasono; Yuli Kurnia Sari; Sri Sangkawati; Hari Nugroho
Jurnal Aplikasi Teknik Sipil Vol 21, No 2 (2023)
Publisher : Departemen Teknik Infrastruktur Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.12962/j2579-891X.v21i2.15602

Abstract

Sub-Daerah Aliran Sungai (sub-DAS) Way Sekampung adalah salah satu sub-DAS dari DAS Sekampung yang merupakan daerah tangkapan air dari Bendungan Way Sekampung.  Bendungan Way Sekampung sebagaimana dengan bendungan lainnya di Indonesia juga berpotensi mempunyai masalah sedimentasi, mengingat kondisi tata guna lahan di hulu Bendungan Way Sekampung yang kian berubah. Oleh karena itu, perlu untuk menganalisis laju erosi dan sedimentasi yang terjadi di Waduk Way Sekampung sebagai salah satu upaya dalam pengelolaan bendungan untuk menjaga umur bendungan. Analisis erosi dan sedimentasi menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE) berbasis Sistem informasi Geospasial (SIG) dan diperoleh hasil dengan persentase tingkat bahaya erosi berdasarkan luasannya, yang paling berat berada pada daerah pegunungan dengan tingkat kemiringan lereng yang cukup besar yaitu 54,95 km2 (15,88%). Besarnya laju erosi pada Sub-DAS Bendungan Way Sekampung adalah 4.288.674,84 ton/tahun atau 8,26 mm/tahun, sedangkan sedimentasi potensial yang berpotensi masuk ke dalam tampungan adalah 1.275.070,36 ton/tahun atau 2,46 mm/tahun.