Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Faktor Prediktor Nefritis pada Anak dengan Purpura Henoch-Schonlein Ahmad Wisnu Wardhana; Cahya Dewi Satria; Sunartini Hapsara
Sari Pediatri Vol 18, No 3 (2016)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (54.094 KB) | DOI: 10.14238/sp18.3.2016.209-13

Abstract

Latar belakang. Penyakit purpura Henoch-Schonlein (PHS) dapat menyebabkan komplikasi nefritis. Nefritis PHS dapat membaik sendiri atau berkembang menjadi penyakit ginjal kronik. Beberapa faktor prediktor telah diketahui berhubungan dengan kejadian nefritis PHS.Tujuan. Menentukan usia ≥10 tahun, purpura persisten, gejala abdomen berat dan relaps sebagai faktor prediktor nefritis pada PHS.Metode. Dilakukan studi kohort retrospektif. Sampel penelitian adalah anak berusia 1 tahun – 18 tahun dengan PHS yang dirawat di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode Januari 2008-Agustus 2016 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil secara konsekutif, kemudian diidentifikasi adanya faktor prediktor nefritis berdasarkan data rekam medis. Analisis bivariat untuk menghitung nilai p serta analisis multivariat dengan regresi logistik.Hasil. Diikutsertakan 80 pasien yang yang diikuti selama 6 bulan. Didapatkan nefritis pada 31 pasien (38,75%). Analisis bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa hanya gejala abdomen berat yang merupakan faktor prediktor nefritis dengan nilai p=0,027 dan p=0,021, dan RR 3,759 (IK95%: 1,222-11,562).Kesimpulan. Gejala abdomen berat merupakan faktor prediktor pada kejadian nefritis PHS dan meningkatkan risiko 3,75 kali terjadinya nefritis PHS. Usia ≥10 tahun, purpura persisten, dan relaps tidak terbukti berpengaruh pada kejadian nefritis PHS.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Asfiksia Neonatorum: Suatu Kajian Literatur: Factors Affecting Asphyxia Neonatorum: A Literature Review Primarosa Portiarabella; Ahmad Wisnu Wardhana; Moriko Pratiningrum
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.986 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i3.413

Abstract

Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan memulai dan mempertahankan pernafasan pada neonatus. Penyebab kematian neonatus terbanyak kedua di Indonesia adalah asfiksia neonatorum. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian asfiksia neonatorum dan pembagiannya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kepustakaan atau kajian literatur. Pencarian literatur telah dilakukan pada minggu kedua dan ketiga bulan Desember tahun 2020. Literatur yang digunakan adalah jurnal dan buku sebanyak minimal 15 judul yang diterbitkan dalam 10 tahun terakhir. Hasil penelitian menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi asfiksia dapat dibagi menjadi faktor resiko antepartum dan faktor resiko intrapartum. Faktor resiko antepartum antara lain preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, dan perdarahan. Faktor resiko intrapartum antara lain prematuritas, sindrom aspirasi mekonium, dan presentasi bokong.
HUBUNGAN ANEMIA, USIA IBU, PARITAS DAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Winda Trie Wahyuni; Ahmad Wisnu Wardhana; Yudanti Riastiti
Jurnal Medika : Karya Ilmiah Kesehatan Vol 6 No 1 (2021): Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Publisher : ITKES Wiyata Husada Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.854 KB) | DOI: 10.35728/jmkik.v6i1.692

Abstract

Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan <2500 gram. Berat bayi lahir rendah memiliki kontribusi sebanyak 60% hingga 80% dari seluruh kematian neonatal. Bayi dengan berat lahir rendah dapat menimbulkan gangguan perkembangan baik secara kognitif maupun motorik yang tidak sesuai dengan umur dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal. Faktor resiko yang dapat menyebabkan berat bayi lahir rendah adalah usia ibu saat hamil, paritas, jarak kehamilan dan anemia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor resiko ibu dengan kejadian berat bayi lahir rendah di RSUD Abdul Wahab Sjahrie Samarinda. Desain penelitian ini menggunakan studi kasus kontrol dengan metode analitik observasional. Data bersumber dari rekam medik ibu yang melahirkan di RSUD Abdul Wahab Sjaranie Samarinda periode Januari 2018–Desember 2019 yang diambil dengan metode purposive sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Subjek penelitian terdiri dari 46 kontrol dan 46 kasus. Hasil analisis diperoleh adanya hubungan bermakna antara jarak kehamilan (p=0,01) dan anemia (p=0,01) dengan kejadian berat bayi lahir rendah serta tidak terdapat adanya hubungan antara usia ibu saat hamil (p=0,293) dan paritas (p=0,599) dengan kejadian berat bayi lahir rendah.
The Relationship of Preeclampsia and Eclampsia, Antepartum Haemorrhage and Anemia Mother with Apgar Score Mahy Ragib Rahman; Novia Fransiska Ngo; Ahmad Wisnu Wardhana
Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan Vol 5, No 2 (2022): JKPBK Desember 2022
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/j.kes.pasmi.kal.v5i2.7680

Abstract

Background: Everyday 7,000 babies die worldwide, with 2,4 million babies dying in the first month of life. While in Indonesia 19 deaths per 1000 live births with the main causes of neonatal death in 2017 were complication related to premature birth (asphyxia or difficulty breathing at birth), infections, and births defects. Meanwhile, in East Kalimantan, the highest cause of death was dominated by low birth weight (LBW) followed by asphyxia neonatorum. The examination that is always used in newborns by health workers to assess the occurrence of distress respiration neonatal is to assess the APGAR score. The APGAR score reflects clinical signs of distress respiration neonatal, such as cyanosis or pallor, bradycardia, reflex response to stimuli, hypotonia, and apnea or dyspnea. Scores will be reported within the first minute and fifth minute after birth for all infants and thereafter at intervals of 5 minutes to 20 minutes for infants with a score below 7 (asphyxia). Preeclampsia and eclampsia, antepartum haemorrhage, and maternal anemia are factors that can affect the APGAR score which is one of the assessments of the diagnosis of neonatal asphyxia. Research Objectives: to determine the relationship between risk factors and APGAR scores below 7 (asphyxia) in Abdoel Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda. Methods: The design of this study used case control using observational analytical methods. The sample was taken from the medical record data of mothers and children born at the Abdoel Wahab Sjahranie Hospital Samarinda for the 2019-2021 period as many as 65 cases and 65 controls. Result: Bivariate analysis was performed using the chi-square test. The results of the analysis showed that there was a relationship between preeclampsia (p=0.000), eclampsia (p=0.003), antepartum bleeding (p=0.001), and anemia (p=0.001) with an APGAR score below 7.Keywords:  APGAR score, preeclampsia, eclampsia, anemia, haemorrhage, asphyxia.