Hasri Salwan
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Suplementasi Vitamin A Terhadap Lama Diare pada Anak Usia 14-51 Bulan yang Berobat di Puskesmas Sukarami Palembang Miko Septa S.K; Hasri Salwan2; R.M. Suryadi Tjekyan
JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN Vol 2, No 2 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang berperan dalam tubuh. Pada penderita diare dengan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan kerusakan mukosa usus sehingga adanya gangguan absorbsi yang dapat menyebabkan tekanan dalam lumen usus meningkat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh suplementasi vitamin A terhadap lama diare pada anak di Puskesmas Sukarami  Palembang. Jenis penelitian ini adalah penelitian potong lintang analitik dilakukan dengan concecutive sampling yang menggunakan data primer dari kuesioner pada bulan Nopember-Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data dilakukan dengan uji t dengan program SPSS 19.0.Didapatkan 60 sampel dengan 43 anak (71,7%) yang diberi suplementasi vitamin A dan 17 anak (28,3%) yang tidak diberi vitamin A. rerata lama diare pada balita yang diberi suplementasi vitamin A sebesar 5,06±1,66 hari. Rerata lama diare pada balita yang diberi suplementasi vitamin A sebesar 4,32±1,26 hari lebih cepat sembuh dibandingkan dengan balita yang tidak diberi vitamin A sebesar 6,94±0,89 hari (P=0,000).Diare pada balita yang mendapat suplementasi vitamin A lebih cepat sembuh dibandingkan balita yang tidak mendapat suplementasi vitamin A.
Hubungan Antara Regurgitasi dan Gejala Stridor Saluran Pernapasan Bayi Usia 1-6 Bulan yang Berkunjung ke Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Pakjo Kota Palembang Tahun 2014 Pierre Ramandha K; Hasri Salwan; Safyudin Safyudin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 47, No 2 (2015): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v47i2.2756

Abstract

Regurgitasi merupakan gejala klinis yang paling sering ditemukan pada gastroesophageal reflux (GER). GER disebabkan perkembangan sistem saluran pencernaan bagian atas yang belum sempurna, sehingga menyebabkan isi lambung bergerak naik ke esophagus dan mulut. Regurgitasi merupakan keadaan normal yang terjadi pada bayi usia dibawah 6 bulan dan akan berhenti dengan sendirinya seiring pematangan saluran pencernaan. Stridor merupakan komplikasi gejala saluran pernapasan yang sering dikeluhkan oleh orang tua terhadap bayinya yang mengalami regurgitasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara regurgitasi dan gejala stridor pada bayi 1-6 bulan di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pakjo Kota Palembang.Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan desain cross sectional. Populasinya adalah bayi usia 1-6 bulan yang dibawa ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pakjo Palembang periode bulan Oktober-Desember 2014. Sampel terdiri dari 81 bayi yang didapatkan dengan caraconsecutive sampling.Subjek penelitian sebanyak 81 bayi, diantaranya 28 bayi (34,6%) yang mengalami stridor dengan rata-rata frekuensi regurgitasi 3,25+1,26 kali per hari, dan 53 bayi (65,4%) yang tidak mengalami stridor dengan rata-rata frekuensi regurgitasi 2,45+1,15 kali per hari. Hasil uji man whitney didapatkan P=0,006. Terdapat hubungan yang bermakna antara stridor dan frekuensi regurgitasi.Rata-rata frekuensi regurgitasi pada bayi yang mengalami stridor lebih sering dibandingkan bayi yang tidak mengalami stridor.
Efek Pemberian Kombinasi Zinc dan Probiotik Terhadap Lama dan Frekuensi Diare Pada Penderita Diare Akut Rahmayani Rahmayani; Hasri Salwan; Achirul Bakri; Syarif Husin
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 3 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i3.2702

Abstract

Salah satu tatalaksana diare menurut WHO adalah pemberian zinc. Zinc berperan memelihara integritas mukosa usus dan memperbaiki sistem imunitas. Probiotik terbukti efektif dalam saluran cerna. Probiotik menginduksi kolonisasi dan pertumbuhan flora normal di usus, mencegah perlengketan bakteri patogen pada mukosa, dan mengaktivasi sistem imun. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai efektifitas pemberian kombinasi zinc dan probiotik terhadap lama diare dan frekuensi BAB pada penderita diare akut selama perawatan di rumah sakit. Penelitian ini merupakan uji klinik acak tersamar ganda (double blind) terhadap anak usia 6-59 bulan yang dirawat di bangsal anak RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang dari bulan Juni-November 2011. Penderita dibagi menjadi dua kelompok,  kelompok yang mendapat zinc 20mg/hari dan probiotik (2x109 cfu/gr lactobacillus acidophilus dan bifidobacterium lactis) dan kelompok yang mendapat zinc 20 mg/hari dan plasebo. Terdapat 56 penderita yang memenuhi kriteria inklusi. Subjek penelitian terdiri dari laki-laki sebanyak 35 orang (62,5 %) dan 21 perempuan (37,5%). Umur rerata pada penelitian ini adalah 16,8 bulan dimana rerata pada kelompok zinc+plasebo adalah 15,6+7,4 bulan dan 18,14+12,3 bulan pada kelompok zinc+probiotik. Rerata lama diare pada kelompok zinc+probiotik 43,23+24,69 jam vs 47,12+32,27 jam pada kelompok zinc+plasebo (p=0,61). Rerata frekuensi BAB di RS pada kelompok zinc+probiotik 4,26+2,42 vs 4,19+2,97 kali/hari pada kelompok zinc+probiotik  (p=0,61). Lama diare dan frekuensi BAB pada kelompok suplementasi zinc+probiotik tidak berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok zinc+plasebo.
Inflammatory Bowel Disease Pada Anak Deny Salverra Yosy; Hasri Salwan
Majalah Kedokteran Sriwijaya Vol 46, No 2 (2014): Majalah Kedokteran Sriwijaya
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36706/mks.v46i2.2698

Abstract

Inflammatory bowel disease (IBD) menunjukkan sekelompok gangguan yang ditandai oleh peradangan usus kronis dengan etiologi yang tidak diketahui. IBD meliputi penyakit Crohn (PC) dan kolitis ulseratif (KU). Definisi dari KU dan PC didasarkan pada lokasi dan karakteristik dari proses peradangan pada saluran cerna. IBD dapat terjadi pada semua usia tetapi jarang terjadi pada masa bayi. IBD merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara faktor lingkungan, genetik, dan kekebalan tubuh. KU dan PC berhubungan dengan manifestasi intra dan ekstraintestinal. Gejala umum dari KU adalah adanya diare dan perdarahan rektal. Gejala yang paling sering terjadi pada penyakit Crohn adalah nyeri perut. Diagnosis IBD didasarkan pada gejala klinis, endoskopi, radiologis dan histologis. Pengobatan IBD meliputi pemberian 5-aminosalicylates (5-ASA), kortikosteroid, antibiotik, immune modifier, metotreksat, terapi nutrisi, terapi probiotik, dan pembedahan. Hanya 1% dari pasien dengan PC paling tidak mengalami satu kali kekambuhan setelah diagnosis dan terapi awal. Terdapat risiko yang bermakna untuk berkembangnya kanker pada penyakit usus kronis, dan pasien yang menderita PC tampaknya memiliki risiko yang sama dengan yang menderita KU.
Gambaran Kadar Natrium dan Kalium Plasma Berdasarkan Status Nutrisi Sebelum dan Sesudah Rehidrasi pada Kasus Diare yang Dirawat Di Departemen IKA RSCM Hasri Salwan; Agus Firmansyah; Aswitha Boediarso; Badriul Hegar; Muzal Kadim; Fatima Safira Alatas
Sari Pediatri Vol 9, No 6 (2008)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp9.6.2008.406-11

Abstract

Latar belakang. Pemberian cairan rehidrasi parenteral dapat mengatasi gangguan natrium (Na) dan kalium(K) plasma pada anak dengan diare. Status nutrisi dapat mempengaruhi perbaikan gangguan Na dan Kplasma saat rehidrasi. Respon perbaikan kadar Na dan K plasma pada anak diare dengan status nutrisikurang dan buruk (NKB) berbeda dengan anak status nutrisi baik (NB)Tujuan Menilai pengaruh status nutrisi terhadap kadar Na, K plasma, dan perubahannya pada saat dehidrasidan rehidrasi.Metode. Penelitian potong lintang retrospektif terhadap data sekunder pasien diare yang dirawat diDepartemen IKA RSCM dengan rehidrasi mengunakan cairan KAEN 3B. Kelompok penelitian dibagi menjadikelompok nutrisi baik (NB) dan kelompok nutrisi kurang dan buruk (NKB). Jumlah subjek penelitian 32pada setiap kelompok. Faktor perancu yaitu muntah, demam, terapi oralit, dan gambaran klinis diare.Hasil. Status nutrisi BB/TB kelompok NB 105,1±10,7 dan kelompok NKB 78,2±12,0, dengan nutrisi buruknya28,1%. Pada kelompok NB, kadar Na dehidrasi 135,4±8,17 meq/l, rehidrasi 138,6±6,73 meq/l, meningkat3,2±8,70 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar Na dehidrasi 134,3±7,12 meq/l, rehidrasi 132,2±5,23 meq/l,menurun 1,8±6,14 meq/l. Pada kelompok NB, kadar K dehidrasi 3,6±0,86 meq/l, rehidrasi 3,9±0,81 meq/l,meningkat 0,36±0,90 meq/l. Pada kelompok NKB, kadar K dehidrasi 3,7± 0,82 meq/l, rehidrasi 3,9±0,70meq/l, meningkat 0,26±0,70 meq/l. Kesemuanya tidak berbeda bermakna (p>0,05) antara gizi baik atau kurang/buruk. Dari semua variabel perancu muntah (p=0,009) dan komplikasi (p=0,026) yang tersebar tidak merata.Kesimpulan. Tidak didapatkan perbedaan kadar Na dan K saat dehidrasi, rehidrasi, dan perubahannyapada kelompok NB dan NKB 
Pola Defekasi Bayi Usia 7-12 Bulan, Hubungannya dengan Gizi Buruk, dan Penurunan Berat Badan Serta Persepsi Ibu Hasri Salwan; Retno Kesumawati
Sari Pediatri Vol 12, No 3 (2010)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.791 KB) | DOI: 10.14238/sp12.3.2010.168-73

Abstract

Latar belakang. Pola defekasi bayi khas dan pada umur 6–12 bulan terjadi peralihan pola defekasi.Gangguan pola defekasi pada rentang umur ini dapat menyebabkan konstipasi fungsional dan diare kronikdi kemudian hari. Gangguan pola defekasi dapat berhubungan dengan gizi buruk dan penurunan beratbadan (BB) serta persepsi ibu.Tujuan. Mengetahui pola defekasi bayi umur 7–12 bulan dan hubungannya dengan gizi buruk dan penurunanBB, serta persepsi ibu.Metode. Penelitian potong lintang terhadap bayi umur 7-12 bulan yang datang ke Puskesmas dan Posyandudi kota Palembang pada bulan April sampai September 2009. Pola defekasi meliputi frekuensi defekasi,konsistensi feses (berdasarkan Bristol Stool Scale), dan warna feses. Gangguan pola defekasi meliputi kriteriadifinisi diare dan batasan konstipasi.Hasil. Subjek penelitian 303 bayi. Rerata frekuensi defeksi 1,63 kali perhari (95%KI=1,56-1,70). Konsistensilunak (tipe 3-5) 177 subjek (54,4%), keras (tipe 1,2) 70 subjek (23,1%), dan seperti bubur (tipe 6) 56 subjek(18,5%). Sesuai batasan diare, 11 subjek (3,6%), dan konstipasi 7 subjek (2,3%). Gangguan pola defekasiberhubungan dengan persepsi ibu (p=0,00, OR:95%KI: 6,55:2,41-17,85), tetapi tidak dengan gizi burukdan penurunan BB (p=0,72, OR:95%KI 1,26:0,35-4,56).Kesimpulan. Gangguan pola defekasi bayi umur 7-12 bulan terjadi pada 5,9%, 3,6% sesuai dengan diaremenurut WHO, dan 2,3% sesuai batasan konstipasi. Gangguan pola defekasi tidak berhubungan dengangizi buruk atau penurunan berat badan, namun berhubungan dengan persepsi ibu.
Scoring system to distinguish between rotavirus and non-rotavirus diarrhea in children Atika Akbari; Hasri Salwan; Achirul Bakri; Erial Bahar
Paediatrica Indonesiana Vol 56 No 6 (2016): November 2016
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.103 KB) | DOI: 10.14238/pi56.6.2016.338-42

Abstract

Background Distinguishing rotavirus from non-rotavirus diarrhea is helpful for managing the illness. However, definitively diagnosing rotavirus diarrhea from serology is difficult and expensive.Objectives To distinguish between the clinical manifestations of rotavirus and non-rotavirus diarrhea, and to assess the accuracy of using such clinical manifestations to predict the type of diarrhea in children.Methods A cross-sectional study was performed from April to October 2015 in all children less than five years of age who presented with acute diarrhea at the Pediatric Outpatient Clinic of the Department of Child Health and Emergency Department, Dr. Mohammad Hoesin and Bari Hospitals, Palembang, South Sumatera. Clinical manifestations were collected from history and physical examinations; stool specimens were examined by immunochromatography. Clinical parameters were analyzed by multivariate analysis, and scores given to each significant parameter. The accuracy of the scoring system based in these parameters was analyzed by means of receiver-operating characteristic (ROC) area under the curve (AUC).Results Of 184 children, 92 had rotavirus and 92 had non-rotavirus diarrhea. Multivariate analysis showed 3 clinical parameters commonly seen in the rotavirus diarrhea cases: male sex (OR 2.718; 95%CI 1.373 to 5.382), cough (OR 3.500; 95%CI 1.788 to 6.582), and yellow-greenish stool (OR 4.009; 95%CI 2.061 to 7.797). A scoring system was constructed based on the parameters: male (score of 1), cough (score of 2), and yellow-greenish stool (score of 3). From ROC analysis, the AUC was 0.755. Using a cut-off score of > 3, the sensitivity was 81.5%, specificity 51.1%, and PPV 62.5%.Conclusion Cough, yellow-greenish stool, and male are significant parameters for differentiating rotavirus from non-rotavirus diarrhea. A scoring system from these parameters is sensitive for predicting rotavirus vs. non-rotavirus diarrhea in children less than five years of age.
Benefits of gum arabic supplementation to oral rehydration solution in managing acute diarrhea Hasri Salwan; Isnada Isnada; Achirul Bakri; Rusdi Ismail; Erial Bahar
Paediatrica Indonesiana Vol 47 No 6 (2007): November 2007
Publisher : Indonesian Pediatric Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (403.767 KB) | DOI: 10.14238/pi47.6.2007.265-9

Abstract

Background Oral rehydration solution (ORS) has been provensuccessfully to overcome dehydration in diarrhea. The improvementof the effectiveness of ORS is still needed to overcome some failures.Gum Arabic (GA), an indigestable starch, can enhance ORSabsorption in mice with diarrhea. It is worthy to explore its benefitsin human. Since GA is non toxic to human being, it is regardedethical to conduct effectiveness study directly in clinical setting.Objective To evaluate the effectiveness of GA supplementationto ORS in managing inpatients diarrheal cases .Methods A double blind clinical trial was conducted during Marchto September 2004 in the Department of Child Health of M. HoesinHospital, Palembang. The subjects were randomly enrolled to GA-ORS (GA) group or ORS (SO) group. Indirect measurements wereconducted on ORS absorptive enhancement by evaluating theduration of diarrhea after hospitalization, frequency of defecationduring hospitalization, ORS consumption during hospitalization,and time laps of stool consistency conversion. The effectivenessanalysis was controlled for confounders.Results Supplementation of 0.5 gram GA to 200 ml ORS could decreasethe duration of diarrhoea 15.65 hours (P=0.000) during hospitalisation,frequency of defecation during hospitalization 1.171 times/days(P=0.002), ORS consumption 38.39 ml/kg BW (P=0.029), time ofstool consistency to become semisolid 15.84 hours (P=0.000), andbecome solid 14.45 hours (P=0.002). Vomiting during hospitalizationand aged group of 6-11 months were significant confounder. However,after controlling the outcome with these confounding factors, thebenefits of GA supplementation were still significant.Conclusions GA supplementation to ORS significantly shortenthe duration of diarrhea, decreases the frequency of defecation,consumption of ORS, time of stool consistency to becomesemisolid and solid in inpatients diarrheal cases.
Effectiveness Of Ranitidine Providing Compared With Omeprazol In Children With Gastroesofageal Reflux Disease Hasri Salwan; Rizki Nandasari Sulbahri; Raden Muhammad Indra; Sri Kesuma Astuti
Jurnal RSMH Palembang Vol. 1 No. 1 (2020): Jurnal RSMH Palembang
Publisher : RSUP Dr Moh Hoesin Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (418.133 KB) | DOI: 10.37275/jrp.v1i1.1

Abstract

Background. The drugs that are often given to children with GERD are stomach acidsuppressants, namely the H2 receptor antagonist and proton pump inhibitor (PPI) classof drugs, but the effectiveness of the two drugs is still controversial. Objective. Toevaluate the use of PPIs and H2 RA in children with GERD through evidence-basedcase studies. Methods. Systematic search for literature using the search instrumentPUBMED, Cochrane, Google Scholar, Pediatrica Indonesiana, and Sari Pediatri.Searches included systematic review articles, randomized controlled clinical trials andcohort studies. Abstract only studies, non-clinical evaluation results, and case reportswere excluded. Results. The study was obtained from three RCT studies comparingthe effectiveness of omeprazole and ranitidine in the treatment of GERD, all of whichhave differences. Azizollahi et al demonstrated that after 2 weeks of standard doses ofomeprazole or ranitidine there was a comparable significant improvement. Ummarinoet al demonstrated that omeprazole was significantly better than high-dose ranitidine.Cucchiara et al (1993) showed that high doses of ranitidine were as good as omeprazole.Another study by Pfefferkorn et al showed no significant effect on the addition ofomeprazole therapy combined with ranitidine in preventing the incidence of NAB. Astudy by Boccia et al comparing omeprazole, ranitidine, and non-therapy, found verylow relapse rates. Conclusion. Evidence regarding the use of ranitidine versusomeprazole in infants and children is lacking. Based on one study specifically in theinfant age group, omeprazole and ranitidine were of comparable effectiveness. A higherdose of ranitidine may have a better effect. In terms of complete symptom relief,omeprazole is likely to be superior to ranitidine.