Hasriwan Putra
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

EVALUASI DAN PEMETAAN REGULASI TERKAIT DIGITALISASI LOGISTIK DALAM MENGHADAPI INDUSTRI 4.0 Hasriwan Putra
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 17, No 1 (2019): Juni 2019
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (225.781 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v17i1.1254

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pemanfaatan aplikasi logistik berbasis online dan pemetaan regulasi digitalisasi logistik. Metodologi penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan kualitatif, dengan melakukan survei online kepada penyedia jasa logistik (logistics service provider) dan wawancara (in-depth interview) serta melakukan focus group discussion (FGD) dengan pihak-pihak terkait. Sedangkan analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi logistik belum banyak digunakan oleh penyedia jasa logistik (logistics service provider) dalam melakukan aktifitas logistik. Mayoritas responden belum pernah menggunakan aplikasi logistik berbasis online yaitu sebesar 46,15%, responden yang pernah menggunakan aplikasi yaitu 38,46%. Sedangkan responden yang biasa dan selalu menggunakan aplikasi sangat rendah yaitu 7,69%. Hal ini bisa disebabkan karena masih banyak responden yang belum mengetahui adanya aplikasi tersebut dengan angka yang cukup signifikan yaitu sebesar 46,15%. Selain itu, keengganan penyedia jasa logistik menggunakan aplikasi tersebut karena khawatir dengan sistem keamanan datanya. Dari hasil pemetaan regulasi diketahui bahwa semua Undang-undang transportasi yaitu UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan, dan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan masih mengamanatkan penggunaan dokumen paper based sebagai dokumen muatan dan perjanjian pengangkutan. Disisi lain, PP Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem Dan Transaksi Elektronik telah mewajibkan kementerian sektor, termasuk Kementerian Perhubungan, untuk menerbitkan regulasi mengenai pembinaan dan pengawasan bagi penyelenggara sistem dan transaksi elektronik yang beroperasi di sektornya.
Perbandingan Biaya Pembangunan Per Trayek-Kilometer Pada 2 (Dua) Moda Transportasi Perkotaan Hasriwan Putra
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 19, No 1 (2021): Juni
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1719.329 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v19i1.1854

Abstract

Transportasi massal merupakan salah satu solusi utama dalam mengatasi masalah transportasi perkotaan, seperti kemacetan dan polusi udara, sehingga wawasan tentang perkiraan biaya pembangunan transportasi massal sangat relevan bagi pihak-pihak yang terlibat dengan estimasi biaya dan pembuat kebijakan. Pengetahuan tentang perbedaan biaya per trayek-kilometer antar jenis transportasi massal perkotaan yang lengkap saat ini masih kurang. Makalah ini bertujuan untuk memberikan wawasan tahap pertama tentang biaya per trayek- kilometer yang bervariasi di seluruh proyek transportasi massal perkotaan. Metodologi yang diterapkan adalah perbandingan biaya di seluruh proyek di beberapa kota dunia. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya pembangunan per trayek-kilometer transportasi perkotaan sangat bervariasi antar proyek sebagai berikut Sistem BRT: IDR 10-194 Milyar/km, Sistem ART: IDR 63-124 Milyar/km, Sistem LRT: IDR 0,5-1, Triliun/km dan Sistem MRT: IDR 1-6 Triliun/km (basis 2019). Alasan utama tingginya variasi dalam biaya trayek-kilometer adalah perbedaan antara proyek-proyek yang berkaitan dengan pilihan koridor/track dan stasiun, apakah di bawah tanah, di atas tanah atau di permukaan tanah.
Covid-19 dan Pengaruhnya Terhadap Bisnis Angkutan Logistik di Indonesia Subiakto Soekarno; Liane Okdinawati; Prawira Fajarindra Belgiawan; Dedy Sushandoyo; Oktofa yudha Sudrajad; Harimukti Wandebori; Muhamad Rizki; Umiyatun hayati Triastuti; Dedy Cahyadi; Listantari Listantari; Yessi Gusleni; Win Akustia; Herma Juniati; Elviana R. Simbolon; Herawati Herawati; Rita Pasaribu; Reslyana Dwitasari; Irawati Andriani; Maria Magdalena; Hasriwan putra; Yuveline Aurora; Sugiyanto sugiyanto; Akhmad Rizal Arifudin; Suci Susanti; Marlia Herwening; Anzy Indrashanty; Agung wicaksono
Jurnal Transportasi Multimoda Vol 18, No 2 (2020): Desember
Publisher : Puslitbang Transportasi Antarmoda-Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3721.059 KB) | DOI: 10.25104/mtm.v18i2.1719

Abstract

Pandemi COVID-19 membuat masyarakat mengurangi aktivitas ekonomi, seperti berbelanja kebutuhan tersier atau berlibur. Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang sudah berjalan dan disambut positif oleh masyarakat, dimana bidang logistik merupakan salah satu sektor yang dikecualikan dalam aturan PSBB sehingga dapat dengan leluasa melakukan distribusi dengan tetap mengikuti protokol COVID-19. Walaupun sektor logistik mendapat pengecualian pada masa PSBB ini, dari sisi arus pengiriman barang dalam negeri maupun skala ekspor sayangnya mengalami tren penurunan. Oleh karena itu penelitian ini mencoba melihat bagaimana dampak COVID-19 dan pengaruhnya terhadap angkutan logistik. Penelitian ini juga ingin melihat apakah angkutan logistik yang dikecualikan dalam PSBB memiliki pengaruh pada meluasnya penyebaran COVID-19. Data-data dari Badan Pusat Statistika dan wawancara beberapa pelaku logistik dipergunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap keberlangsungan bisnis selama pandemik. Sedangkan, metode regresi linear dipergunakan untuk fokus pada tujuan kedua dari penelitian ini. Berdasarkan analisa yang dilakukan maka diketahui bahwa sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan menunjukkan tanda-tanda pemulihan di kuartal III 2020. Sedangkan berdasarkan regresi linier menunjukan bahwa pergerakan logistik tidak berpengaruh terhadap lonjakan kasus COVID-19.