Penyedia jasa dalam dunia konstruksi, baik itu kontraktor maupun konsultan sering menerima klaim dari pengguna jasa terkait sebab-sebab umum klaim seperti keterlambatan penyelesaian, klaim tandingan, pekerjaan tidak sesuai spesifikasi dan bahan yang tidak memenuhi syarat. Memasuki era revolusi industri 4.0, metode Building Information Modeling (BIM) dalam bidang konstruksi dianggap penting dalam memastikan keberhasilan proyek. BIM dapat mensimulasikan pelaksanaan proyek secara virtual sehingga memudahkan komunikasi antar stakeholder proyek. BIM memiliki ruang lingkup 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D. Saat ini, terutama di Indonesia yang paling umum digunakan pada proyek konstruksi adalah BIM 5D. Pemodelan BIM 5D dapat mengintegrasikan biaya, jadwal, dan desain ke dalam model 3D. BIM 5D dapat diartikan sebagai quantity take-off. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan BIM 5D pada proyek konstruksi untuk meminimalkan klaim yang ditimbulkan oleh penyedia jasa namun dibatasi dengan penyebab klaim perubahan desain, perubahan ruang lingkup pekerjaan, keterlambatan, dan variation order. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan instrumen penelitian kuisioner tertutup kepada responden. Dari 37 sampel yang terdiri dari kontraktor/konsultan yang menggunakan BIM dalam proyeknya, hasil penelitian didapat bahwa penggunaan metode BIM 5D memiliki hubungan yang signifikan, kuat dan searah untuk meminimalkan terjadinya klaim konstruksi yang ditimbulkan oleh penyedia jasa.