Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Analisis Produktivitas Pekerjaan Instalasi Façade Curtain Wall Unitized System Pada Proyek High-Rise Building Dengan Metode Simulasi Operasi Konstruksi Berulang (Cyclone) Mawardi Amin; Tatang Korniawan
Rekayasa Sipil Vol 5, No 2 (2016)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada tahun 2015 Indonesia telah berhasil menempati posisi kedua di dunia dalam hal pembangunan gedung bertingkat tinggi. Yaitu dengan merampungkan pembangunan 9 gedung dengan total tinggi mencapai 1.908 meter. Oleh karena itu perkembangan inovasi teknologi konstruksi gedung tinggi menjadi salah satu tantangan bagi para insinyur teknik sipil untuk meningkatkan kualitas kinerja dalam menghadapi persaingan global. Dari beberapa komponen pekerjaan konstruksi gedung. Façade merupakan salah satu komponen penting penentu kelayakan proyek gedung bertingkat tinggi. Aluminium-Glazing Curtain Wall Unitized System merupakan jenis pekerjaan façade yang paling populer. Sehingga pada penelitian ini penulis mencoba untuk menganalisa produktivitas pekerjaan instalasi Curtain Wall Unitized System dengan metode CYCLONE kemudian diaplikasikan pada 2 Alternatif metode instalasi untuk dibandingkan hasil kebutuhan biaya dan waktu penyelesaian pekerjaan.Berdasarkan hasil analisa produktifitas dengan program operasi WebCYCLONE diperoleh nilai produktivitas instalasi untuk typical frame adalah 0,027823 frame/minute, instalasi corner frame 0,011232 frame/minute, dan end corner frame 0.009212 frame/minute. Setelah diaplikasikan ke dalam 2 metode alternatif yang diujikan maka diperoleh sebagai berikut: Alternatif-1 total waktu penyelesaian selama 293 hari dan biaya yang dibutuhkan sebear Rp. 4.216.809.120,- sedangkan Alternatif-2 total waktu penyelesaian 304 hari dan biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 4.375.119.360,-Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode Alternatif - mempunyai efisiensi lebih baik dengan selisih waktu 11 hari kerja dan biaya sebesar Rp. 158.310.240,-
KAJIAN QUANTITY SURVEYOR PADA TAHAP PRE CONTRACT DAN POST CONTRACT STUDY KASUS PROYEK AD-PREMIER OFFICE – JAKARTA Mawardi Amin; Agus Sutanto
Rekayasa Sipil Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses Pre Contract merupakan suatu proses dimana pihak pemberi tugas dan team Konsultanmelakukan persiapan sebelum proyek dilaksanakan dilapangan, sedangkan dalam Post Contract sendirimerupakan suatu proses dimana pemantauan pekerjaan pada saat pelaksanaan dilapangan sampai proses serahterima oleh Penerima Tugas kepada Pemberi tugas. Dengan meneliti tahap-tahap baik Pre Contract maupun PostContract dapat diketahui pihak-pihak yang bertanggung jawab, masalah-masalah yang sering timbul sepertiperbedaan Budget yang terjadi antara Estimasi Biaya dengan nilai yang keluar pada Bill of Quantity (BQ) padasaat Pre Contract dan permasalahannya, lingkup kontrak yang terjadi saat Post Contract yang merupakanpermasalahan yang sering timbul pada Consultant Quantity Surveyor sebagai pihak independen antara PemberiTugas dengan Penerima Tugas.Studi kasus ini akan melakukan penelitian permasalahn yang terjadi pada kedua tahap tersebut,melakukan perbandingan antara budget saat Estimasi Biaya dengan hasil Bill of Quantity (BQ) pada proyek ADPremier Office – Jakarta. Hasil dari penelitian ini memberikan jawaban bahwa nilai BQ dengan akurasiperhitungan yang sesuai dengan Standart of Remeusurment tidak terlalu jauh nilai perbedaanya dengan tingkatakurasi yang dihasilkan oleh Estimasi awal yang merupakan nilai budget perkiraan yang dihitung olehConsultant Quantity Surveyor.
FAKTOR DAMPAK KETERLAMBATAN PEMBAYARAN KONTRAKTOR KEPADA SUBKONTRAKTOR PADA PROYEK JALAN TOL Anggi Raditya; Sarwono Hardjomuljadi; Mawardi Amin
Konstruksia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Konstruksia Vol 13 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.852 KB) | DOI: 10.24853/jk.13.1.1-16

Abstract

Proses pelaksanaan konstruksi semakin berkembang, dimana kontraktor utama yang mendapatkan kontrak pekerjaan selanjutnya memecah pekerjaan tersebut dan menyerahkannya kepada subkontraktor. Hal ini disebabkan oleh semakin kompleks suatu pekerjaan konstruksi, sehingga kontraktor utama sebagai pelaksana konstruksi membutuhkan subkontraktor/kontraktor spesialis untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu yang membutuhkan keahlian khusus. Untuk dapat melaksanakan kegiatan tersebut harus didukung oleh suatu kerjasama yang diikat dengan subkontrak yang salah satunya mengatur tentang cara pembayaran. Masalah arus kas kontraktor dan subkontraktor terutama disebabkan oleh keterlambatan pembayaran yang sangat mempengaruhi kinerja proyek. Salah satu penyebab keterlambatan proyek adalah keterlambatan pembayaran pemilik proyek kepada kontraktor. Dampak langsung dari keterlambatan pembayaran tersebut bisa menyebabkan keuangan kontraktor tidak sehat sehingga bisa mengakibatkan kinerja kontraktor turun dan proyek dapat terhenti. Selain itu, untuk mengurangi beban keuangan, kontraktor akan menunda pembayaran kepada subkontraktor. Sehingga jika subkontraktor tidak mempunyai modal yang cukup dan keterlambatan berlangsung lama maka dapat dipastikan subkontraktor tersebut akan rugi bahkan bisa bangkrut. Berdasarkan rumusan masalah yang penulis paparkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi dampak keterlambatan pembayaran kontraktor kepada subkontraktor bagi pihak kontraktor dan bagi pihak subkontraktor serta mengidentifikasi faktor paling dominan yang menjadi dampak keterlambatan pembayaran kontraktor kepada subkontraktor bagi pihak kontraktor dan subkontraktor. Studi dilakukan kepada 30 responden yang berasal dari pihak kontraktor dan subkontraktor pada proyek pembangunan jalan tol di area Jabodetabek. Dengan mengunakan metode analisis faktor dengan tingkat dominasi >65% didapatkan hasil bahwa penyebab paling dominan bagi pihak kontraktor adalah penurunan produktivitas dan bagi pihak subkontraktor terjadinya keterlambatan akibat telatnya pembayaran pekerja
HAMBATAN PADA PENGADAAN JASA KONSULTAN SECARA E-SELEKSI DI PEMERINTAH PROVINSI DKI JAKARTA Putra Hidayat; Sarwono Hardjomuljadi; Mawardi Amin
Konstruksia Vol 12, No 2 (2021): Jurnal Konstruksia Vol 12 No. 2 Tahun 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.988 KB) | DOI: 10.24853/jk.12.2.69-87

Abstract

Pengadaan merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan pemenuhan/penyediaan (barang atau jasa) pada suatu proyek tertentu. Pengadaan barang/jasa atau yang lebih dikenal dengan lelang atau seleksi (procurement) telah banyak dilakukan oleh semua pihak baik dari pemerintah maupun swasta. Hambatan yang terjadi pada lelang bisa disebabkan oleh berbagai faktor dari pihak - pihak terkait (stakeholders), baik dari pengguna anggaran, unit layanan pengadaan barang/jasa pemerintah maupun dari pihak rekanan yang mengikuti proses pengadaan barang / jasa pemerintah. Dengan banyak terjadinya kegagalan lelang, maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor –faktor apa saja yang mempengaruhi hambatan  proses lelang yang dilakukan secara elektronik di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan mengambil sampel penelitian pada, pengguna jasa dan penyedia jasa yang merupakan perusahaan konsultan yang mengikuti proses lelang pada paket - paket kegiatan yang mengalami gagal lelang selama dilakukannya proses pengadaan barang dan jasa secara elektronik di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mencari mengidentifikasi faktor-faktor apa  saja yang menjadi penyebab hambatan pada pengadaan jasa konsultan secara e-seleksi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta agar meningkatkan keberhasilan  dan tidak terjadinya lagi hambatan pada e-seleksi jasa konsultan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 79 sampel terdiri dari pemilik proyek yaitu KPA, PPK, PPTK dan Pokja Unit Kerja Pelayanan Barang/Jasa (UKPBJ) serta dari pihak penyedia jasa yaitu konsultan yang pernah mengikuti e-seleksi  jasa konsultan di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan teknik nonprobability sampling. Dari data yang telah diperoleh, dilakukan analisis dengan analisis statistik deskriptif untuk mendapatkan variabel yang menjadi faktor-faktor dominan pada pengadaan jasa konsultan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tedapat 25 faktor-faktor  yang menjadi hambatan padapengadaan jasa konsultan secara e-seleksi di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan faktor yang paling sering terjadi  setelah mendapatkan rekomendai dari pakar terdapat yaitu ada 7 (enam)  faktor yang menjadi faktor-faktor dominan yaitu  Tenaga Ahli tetap perusahaan (X6), Jumlah Pengalaman perusahaan (X5), Dokumen penawaran  tidak lengkap (X11), Spesifikasi teknis kurang dari yang di syaratkan (X13), Kualifikasi personil manajerial untuk pelaksanaan pekerjaan tidak sesuai (X12), jumlah peserta yang lulus kualifikasi kurang dari 3 peserta (X8),dan Kualifikasi personil tim proyek tidak sesuai (X14).
ONE-SIDED CONTRACT DAN PENGARUHNYA DALAM HUBUNGAN KERJA DI DUNIA KONSTRUKSI Niniek Lannyati; Sarwono Hardjomuljadi; Mawardi Amin
Konstruksia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Konstruksia Vol 13 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (490.814 KB) | DOI: 10.24853/jk.13.1.97-112

Abstract

Berkembangnya pembangunan gedung bertingkat mengakibatkan berkembangnya jumlah kontraktor spesialis , yang disebut juga subkontraktor yang bekerja di bidang-bidang yang memerlukan keahlian khusus. Subkontraktor spesialis digunakan untuk mengurangi risiko dari pekerjaan proyek kontraktor utama dan juga mempercepat durasi kerja. Kontrak yang terjadi antara kontraktor utama dan subkontraktor seringkali dirasa tidak seimbang, atau yang biasa disebut dengan one-sided contract, baik dalam hal melakukan klaim jika terjadi ataupun pembayaran yang tidak sesuai dengan kontrak. Penelitian ini mencoba untuk menggali pemahaman subkontraktor tentang one-sided contract, khususnya subkontraktor waterproofing di Jakarta, dan juga memberikan informasi mengenai adalanya hak-hak penerima tugas untuk klaim jikan terjadi salah satu dari 29 peristiwa yang ada dalam list JICA (Japanese International Contract Agency) dan  juga untuk mengetahui dampak one-sided contract terhadap biaya. Penelitian ini menggunakan kuesioner dan wawancara dengan 30 responden dari 27 perusahaan subkontraktor waterproofing di Jakarta dan menggunakan study kasus untuk mengetahui dampak one-sided contract terhadap biaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman para subkontraktor waterproofing tentang one-sided contract masih sangat rendah, demikian pula dengan pemahaman atas hak-hak untuk klaim, sedangkan dampak terhadap biaya berpengaruh cukup signifikan dan meningkatkan biaya dari 4.60% sampai dengan 39.30%. Riset ini merekomendasikan agar para subkontraktor waterproofing memberikan tambahan  wawasan tentang one-sided contract kepada para karyawannya, baik di kantor maupun di lapangan, agar mereka lebih percaya diri dalam menghadapi hubungan kerja yang tidak adil dan berimbang. 
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA KONSTRUKSI PADA PROYEK EPC BROWNFIELD Helmi Umar Ambadar; Sarwono Hardjomuljadi; Mawardi Amin
Konstruksia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Konstruksia Vol 13 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.629 KB) | DOI: 10.24853/jk.13.1.17-28

Abstract

Resiko Kontraktor dengan menggunakan kontrak EPC lebih tinggi dibanding tipe kontrak yang lain. Proyek yang berlokasi diarea fasilitas permanent yang masih beroperasi atau yang disebut juga Proyek Brownfiled mempunyai karakteristik yang berbeda dengan proyek Greenfield dimana proyek Brownfield terdapat banyak interface dengan fasilitas eksisting yang tidak dapat dihindari. Kondisi ini membuat kemungkinan terjadinya sengketa konstruksi menjadi lebih tinggi. Sangat diperlukan untuk diketahui faktor – faktor yang paling dominan atas terjadinya sengketa konstruksi pada proyek brownfield untuk dapat menghindari dan mengurangi kemungkinan terjadinya sengketa pada Proyek EPC Brownfield. Pada Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan kuesioner yang disistribusikan kepada responden dari dua sudut pandang yang berbeda yaitu Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa.Teknik pengambilan sampel Purposive digunakan untuk menghindari terjadinya bias atas hasil penelitian,. Hasil dari penelitian ini menunjukkan faktor yang paling dominan atas penyebab terjadinya sengketa dari sudut pandang Pengguna Jasa adalah (1) Kesalahan harga Penyedia Jasa dalam proses tender, (2) kurangnya pemahaman resiko Penyedia Jasa, (3) Kurangnya pemahaman kontrak Penyedia Jasa. Sedangkan dari sudut pandang Penyedia Jasa faktor yang paling dominan atas terjadinya sengketa adalah (1) Adanya pasal pasal yang ambigu pada kontrak, (2) kurangnya data FEED saat proses tender, (3) kurangnya data fasilitas eksisting saat proyek pada fase engineering.
METODE BUILDING INFORMATION MODELING 5D UNTUK MEMINIMALKAN KLAIM KONSTRUKSI YANG DITIMBULKAN OLEH PENYEDIA JASA Shanti Astri Noviani; Mawardi Amin; Sarwono Hardjomuljadi
Konstruksia Vol 13, No 1 (2021): Jurnal Konstruksia Vol 13 No. 1 Tahun 2021
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2.58 KB) | DOI: 10.24853/jk.13.1.29-42

Abstract

Penyedia jasa dalam dunia konstruksi, baik itu kontraktor maupun konsultan sering menerima klaim dari pengguna jasa terkait sebab-sebab umum klaim seperti keterlambatan penyelesaian, klaim tandingan, pekerjaan tidak sesuai spesifikasi dan bahan yang tidak memenuhi syarat. Memasuki era revolusi industri 4.0, metode Building Information Modeling (BIM) dalam bidang konstruksi dianggap penting dalam memastikan keberhasilan proyek. BIM dapat mensimulasikan pelaksanaan proyek secara virtual sehingga memudahkan komunikasi antar stakeholder proyek.  BIM memiliki ruang lingkup 3D, 4D, 5D, 6D, dan 7D. Saat ini, terutama di Indonesia yang paling umum digunakan pada proyek konstruksi adalah BIM 5D. Pemodelan BIM 5D dapat mengintegrasikan biaya, jadwal, dan desain ke dalam model 3D. BIM 5D dapat diartikan sebagai quantity take-off. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan BIM 5D pada proyek konstruksi untuk meminimalkan klaim yang ditimbulkan oleh penyedia jasa namun dibatasi dengan penyebab klaim perubahan desain, perubahan ruang lingkup pekerjaan, keterlambatan, dan variation order. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang menggunakan instrumen penelitian kuisioner tertutup kepada responden. Dari 37 sampel yang terdiri dari kontraktor/konsultan yang menggunakan BIM dalam proyeknya, hasil penelitian didapat bahwa penggunaan metode BIM 5D memiliki hubungan yang signifikan, kuat dan searah untuk meminimalkan terjadinya klaim konstruksi yang ditimbulkan oleh penyedia jasa.
COASTAL VULNERABILITY INDEX ANALYSIS IN THE ANYER BEACH SERANG DISTRICT, BANTEN Mawardi Amin; Ika Sari Damayanthi Sebayang; Carolina Masriani Sitompul
SINERGI Vol 23, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.419 KB) | DOI: 10.22441/sinergi.2019.1.003

Abstract

Anyer Beach is one of the famous tourist destinations. In addition to tourist destinations, the Anyer beach also has residential and industrial areas. In managing coastal areas, a study of vulnerability is needed due to threats from sea level rise, abrasion/erosion and also high waves that can damage infrastructure and cause losses. The research method is to collect data of hydro-oceanography, coastal vulnerability index calculates (Coastal Vulnerability Index). The coastal vulnerability index is a relative ranking method based on the index scale physical parameters such as geomorphology, shoreline change, elevation, sea level rise, mean tidal, wave height. On the results of the analysis of the criteria of vulnerability based on the parameters of geomorphology in the category of vulnerable with scores of 4, shoreline change in the category of vulnerable with a score of 4, the elevation in the category of extremely vulnerable with scores of 5, sea level rise into the medium category with a score of 3, mean tidal in the category less susceptible with a score of 2, the wave height is very vulnerable in the category with a score of 5. The variable that most influences the vulnerability of Anyer Beach is elevation and wave height.
The impact of 3D, 4D, and 5D Building Information Modeling for reducing claims to service providers Shanti Astri Noviani; Mawardi Amin; Sarwono Hardjomuljadi
SINERGI Vol 26, No 1 (2022)
Publisher : Universitas Mercu Buana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/sinergi.2022.1.007

Abstract

In construction, claims are usually a request for additional time, cost, or quality of work. A dispute will occur If the claim is not resolved correctly. In industrial revolution 4.0, we can use the Building Information Modeling (BIM) method to increase efficiency. BIM is a digital display containing all information about building elements integrated with the building's life cycle period. BIM will accelerate and reduce risks in construction, including the impact of claims. In Indonesia, several consultants/contractors have been implemented BIM in construction projects. This research aims to determine the effect of using 3D, 4D, and 5D BIM in construction projects for reducing claims to service providers as seen from the indicators on BIM 3D, 4D, 5D BIM. The research method used is a descriptive research method with a Q-method approach using closed survey research instruments to 37 contractor/consultant respondents who use BIM. The results obtained from the 3D BIM 4 indicators affect the reduction of claims. The 4D BIM indicator has two hands that affect the decrease in claims. The 5D BIM indicators all involve reducing claims.
Evaluation of Building Safety System Aspect Based on Risk (Case Study Building Heritage in Jakarta) Yunita Dian Suwandari; Mawardi Amin; Muhammad Agus Primatama
Asia Pacific Journal of Management and Education(APJME) Vol 4, No 1 (2021): Asia Pacific Journal of Management and Education (APJME)
Publisher : AIBPM Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32535/apjme.v4i1.1038

Abstract

Modern and cultural heritage buildings’ safety is mandatory. The damage they suffered, especially the heritage buildings, requires the owners and managers to further improve the supervision of the safety aspects. This study aims to identify, assess, and respond to the safety risk of the heritage buildings. This research was conducted in Jakarta utilizing interviews and questionnaires to identify the risks. Experts and other respondents were deliberately chosen were chosen according to their experience. The risks were analyzed by the probability and weight matrices. This study reveals three high risks and provides the solution to reduce the risk. In addition to academic benefits, the findings are beneficial for the owners and suggest the government carry out risk management.