Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

RASA KELEKATAN ANAK PADA RUANG PUBLIK TERPADU RAMAH ANAK (RPTRA) Susinety Prakoso; Julia Dewi
NALARs Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.1.1-10

Abstract

ABSTRAK. Fakta empiris membuktikan bahwa kehadiran suatu taman lingkungan dapat berkontribusi pada terbentuknya rasa kelekatan seseorang, termasuk anak, pada tempat. Rasa kelekatan anak pada tempat perlu ada dan penting karena memberikan kontribusi positif bagi perkembangan fisik dan mental anak. Tulisan ini bertujuan untuk memahami apakah kehadiran RPTRA, yang secara ekstensif dibangun oleh Pemprov DKI Jakarta sejak tahun 2015, telah berkontribusi pada terbentuknya rasa kelekatan anak pada tempat? Apakah RPTRA telah menjadi tempat favorit anak? Bagaimana rasa kelekatan anak terhadap RPTRA dapat dipahami melalui dimensi pembentuk rasa kelekatan anak pada tempat? Lokasi studi adalah 10 RPTRA yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Pengukuran dan pemahaman rasa kelekatan anak terhadap RPTRA dilakukan melalui observasi, wawancara dan pengisian kuesioner oleh pengguna anak (n=597) di lokasi RPTRA.  Hasil pengukuran menunjukkan 77% responden anak menyatakan ada rasa kelekatan terhadap RPTRA dan 95% responden anak memberikan penilaian positif terhadap RPTRA sebagai tempat favorit mereka. Rasa kelekatan anak terhadap RPTRA dibentuk oleh 1) dimensi penggunaan RPTRA secara kolektif oleh anak bersama teman dan keluarga 2) dimensi tempat, seperti: kemudahan akses dan kedekatan lokasi RPTRA dengan rumah tinggal, keamanan, ketersediaan fasilitas ruang luar untuk bermain, dan ketersediaan fasilitas ruang dalam untuk belajar dan melakukan berbagai aktivitas terstruktur yang edukatif; 3) Dimensi proses, seperti: peluang untuk melakukan berbagai aktivitas di RPTRA, pengalaman yang berulang bersama teman sebaya dan keluarga, kemudahan pergerakkan bolak balik ke RPTA, dan durasi waktu. Kata kunci: Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), anak, rasa kelekatan pada tempat ABSTRACT. Empirically, the availability of parks contributed to the development of children’s place attachment. Having a sense of place attachment is essential for children’s physical and mental well-being. This paper aimed to obtain an understanding whether child-friendly integrated public spaces or called RPTRA, which was initiated and built extensively by The Jakarta City Provincial Government since 2015, had contributed to the development of children’s place of attachment and if RPTRA was considered as one of children’s favourite place. How children’s sense of attachment to RPTRA could be understood using three-dimensional, person-place-process framework.  This paper described a study of ten RPTRA located in Jakarta. We examined and measured children’s sense of attachment to RPTRA, based on observation, interviews, and data collected from children (n-597) who completed on-site questionnaires. The results show that 77% of children had developed a sense of attachment to RPTRA and 95% of children had positive feelings towards RPTRA as one of their favourite places. The development of children’s sense of attachment to RPTRA: 1) occurs at collective level with peers; 2) is influenced by place dimensions, such as easy access and proximity between RPTRA and home, security, availability of outdoor facilities for playing, and availability of indoor facilities for studying and other educative activities; and 3) is expressed through actions, experiences, repetitive movements or proximity-maintaining behaviors and length of time spend in RPTRA.  Keywords: Child-friendly Integrated Public Spaces (RPTRA), children, place attachment
Perancangan Fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini Desa Gunung Sari Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Susinety Prakoso; Felia Srinaga; Julia Dewi; Dicky Tanumihardja; Santoni Santoni
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 1, No 1 (2016): October
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThis paper demonstrates the design process of Early Childhood Education Center (ECDC) in Gunung Sari Village at Mauk, Tangerang. This project is a collaborative community service between the Architecture Department at Universitas Pelita Harapan and Habitat for Humanity Indonesia. This paper highlights the design process of ECDC involving pre-school’s children through mosaic approach developed by Clark and Moss (2011). The aim of this approach is to contribute to the design of ECDC that is meaningful and responsive to young children’s needs. Mosaic approach is based on a participatory method that recognize young children’s competencies and responsive to the ‘voice’ of the young children (aged 3-6). Three stages of mosaic approach have been applied: 1) gathering children’s and adult’s perspectives; 2) discussing (reviewing) the material; 3) discussing on areas of continuity and change. Observation, child-conferencing and mapping are three different techniques of mosaic approach that have been applied in this study. The end process of the design of ECDC is in the form of technical drawings, images and model that will be used by Habitat for Humanity Indonesia in the construction process. This paper also reflects on key lessons learned in working with young children through participation process and mosaic approach.  Keywords:  design process, early childhood education center, participation, mosaic approach.AbstrakTulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman proses perancangan bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Gunung Sari Kecamatan Mauk, Tangerang. Kegiatan ini merupakan kerjasama program studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan dengan Habitat for Humanity Indonesia, sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Proses perancangan bangunan PAUD menggunakan pendekatan partisipasi dengan teknik mosaic approach (Clark and Moss, 2011), dengan tujuan untuk menghasilkan rancangan yang peka terhadap kebutuhan anak serta bermakna bagi anak. Mosaic approach merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk mendengar ‘suara’ anak dan mengakui kompetensi anak, terutama anak usia pra-sekolah (3-6 tahun). Tiga tahapan mosaic approach diterapkan dalam proses perancangan meliputi: 1) mengumpulkan pandangan anak dan orang dewasa; 2) membahas material yang terkumpul; 3) memutuskan apa yang perlu diteruskan dan diubah. Prinsip multi method mosaic approach yang dilaksanakan adalah observasi, child conferencing dan mapping. Hasil dari keseluruhan proses perancangan bangunan PAUD adalah rancangan final PAUD dalam bentuk gambar kerja, gambar presentasi serta maket bangunan yang digunakan oleh pihak Habitat for Humanity Indonesia untuk pelaksanaan pembangunan fisik di lapangan. Tulisan ini fokus pada pendekatan partisipasi dengan teknik mosaic approach yang digunakan dalam melaksanakan proses perancangan bangunan PAUD, serta mendeskripsikan evaluasi keberhasilan pendekatan partisipasi dan teknik mosaic approach.Kata kunci: proses perancangan, sekolah, partisipasi, mosaic approach, anak
PERANCANGAN LANSEKAP TAMAN DAN PENEMPATAN RUMAH DOA [LANDSCAPE AND INTERIOR DESIGN OF PRAYER GARDEN/HOME] Felia Srinaga; Susinety Prakoso; Julia Dewi; Alvar Mensana; Fernitia Richtia Winnerdy
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 3, No 2 (2019): April
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Planning the construction of a prayer home is one of the appropriate steps to enrich students’ spirituality at Sekolah Tinggi Teologia Cipanas (STTC). Designing a prayer home that traces STTCs vision and mission, along with its valuable location in Cipanas, will offer a blessed and peaceful touch to the design of the prayer home. On the first stage of this proposal, a preliminary design scheme for a prayer home had been created in the earlier semester. The purpose of the activity in this second stage is to design a Prayer Garden that supports the prayer home, which had been designed in previous stage, by utilizing the land between buildings by developing a concept that is contextual with its surrounding nature. The main site issue in STTC is the underutilized inter-building space, the abandoned open space and the lack of continuous access from the inner building to the outer landscape areas – equally from the public space to the more private space (the prayer home). Through this Prayer Garden design, it is expected that the STTC community can utilize the existing open spaces to the fullest – to support the spiritual development for students, the continuing companionship for STTC community and surrounding societies, especially by providing facility for a retreat or similarly religious activities. In this second stage of the proposal, the relationship between outdoor landscape, indoor garden, and the Prayer Home will be simply understood with rendered images. Additionally, construction working drawing and cost estimation for all construction items will also be produced – in order to use the outcome of this proposal immediately applied to construction phase of the development.Bahasa Indonesia AbstrakIde rumah/ taman doa merupakan salah satu langkah yang tepat untuk membangun spiritualitas mahasiswa/i di Sekolah Tinggi Teologia Cipanas. Untuk itu perancangan rumah doa yang kontekstual dengan VISI, MISI STTC dan Lokasi yang berada di Cipanas, akan mewarnai desain rumah doa ini. Pada tahap pertama dari kegiatan PkM ini, telah dibuat rancangan awal dari rumah doa tersebut. Permasalahan utama dari lokasi di STT- Cipanas adalah kurang termanfaatkannya ruang antar bangunan yang ada, ruang luar yang kurang terolah dan kurangnya ruang peralihan yang menerus/mengalir dari bangunan dalam ke ruang luar atau dari ruang/tempat publik ke ruang yang lebih privat (rumah doa). Tujuan kegiatan di tahap kedua ini adalah merancang taman yang mendukung rumah doa yang telah dirancang dalam tahap I dengan memanfaatkan lahan antar bangunan dengan mengembangkan konsep yang kontekstual dengan alam. Dengan terencananya tempat/taman doa ini, diharapkan komunitas STTC dapat memanfaatkan ruang terbuka yang ada dengan maksimal untuk mendukung pengembangan spiritual bagi mahasiswa-i/komunitas STTC dan komunitas sekitar yang membutuhkan tempat retreat/doa. Pada tahap kedua ini, akan diteruskan dengan gambar suasana lansekap dan interior dari taman dan rumah doa. Selain daripada itu, di tahap kedua ini akan dilakukan kegiatan gambar kerja dan perhitungan biaya pembangunan dari seluruh taman dan rumah doa, sehingga hasil kegiatan dapat segera diterapkan dalam pembangunannya.Kata Kunci:  
PENDEKATAN NARRATIVE DALAM PERANCANGAN KONEKTIVITAS RUANG SEMPADAN DI JALAN TAMAN KEMANG Robert Christopher Pantan; Julia Dewi; Andreas Yanuar
ATRIUM: Jurnal Arsitektur Vol. 5 No. 2 (2019): ATRIUM: Jurnal Arsitektur
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21460/atrium.v5i2.88

Abstract

Title: Narrative Approach in the Design of Integrated Space Connectivity in Taman Kemang As a commercial area the Taman Kemang street has certain activities based on its functions such as parking ,working, selling (street vendors), eating and relaxing, people who just walk to Lippo Mall Kemang and activities from online transportation to deliver and pick up. However, as a commercial area, the Taman Kemang street does not have the balance of the daily activities as the city space. This is because different activities are defined by time from morning to night and weekdays and weekends. This is because the bordering space that are formed are utilized as parking lots and selling places of the street vendors which it should be utilized more as public spaces. Therefore, in this research, the author uses a narrative approach as an analysis process towards the design stage through the stages of the story - narrative - narration as a problem-solving solution. The process of analysis is based on activities on the Taman Kemang street through the motives of community activities that form events in a certain time. So that in the narrative stage a story concept is formed which is how to revive the bordering space of the daily narrative formed on the Taman Kemang street. Then supported by strategies at the stage of narration through 5 narrative landscape strategies and forming quality space, namely the formation of activity identity, space identity and continuity of the results of the integration of bordering space elements.
Perancangan Lansekap Taman Dan Penempatan Rumah Doa Susinety Prakoso; Julia Dewi; Alvar Mensana; Fernitia Richtia Winnerdy
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 1 (2018): Prosiding PKM-CSR Konferensi Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan Corporate Socia
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1264.107 KB)

Abstract

Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap I dilakukan diakhir tahun 2017, yaitu: perancangan rumah/taman doa dan tahap II dilaksanakan pada pertengahan tahun 2018, yaitu: perancangan lansekap taman dan penempatan rumah doa. Permasalahan dari proses kegiatan ini adalah perencanaan dan pembangunan rumah/taman doa dalam lahan yang terbatas dengan dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang sudah ada di Sekolah Tinggi Teologia Cipanas (STTC). Dalam proses perancangan tahap II, kegiatan ini mengajak komunitas STTC untuk berpartisipasi dalam mendesain lansekap maupun interior dari rumah doa. Pelaksanaan tahap II menggunakan metode partisipasi Design Thinking/Riung Desain dengan 3 tahapan kerja, yaitu: tahap menggali permasalahan dan potensi yang ada, tahap mengembangkan tema rancangan, dan tahap solusi dan menggambarkan hasil. Kegiatan Design Thinking/Riung Desain diikuti oleh 32 orang mahasiswa/i yang terbagi menjadi 3 kelompok dan 4 orang dosen dalam 1 kelompok dosen. Masing-masing kelompok dipandu oleh seorang fasilitator (pelaksana PKM). Hasil kegiatan ini berupa gambar-gambar, pandangan/pendapat sebagai masukan bagi penataan lansekap, interior, dan perletakan serta jumlah rumah/taman doa yang dibutuhkan Hasil kegiatan ini juga mensimpulkan beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perancangan rumah/taman doa, lansekap dan interiornya adalah: a). Fungsi/potensi pengembangan b). Sirkulasi dan perletakan yang membutuhkan privacy c). Maintenance/pemeliharaan d). Security/keamanan e). Kapasitas/jumlah dan besaran f). Program dan penjadualan pemakaian g). Elemen pendukung interior dan eksterior h). Material/bahan.
Investigasi strategi desain ruang ramah tunarungu berbasis simulasi multisensori Ersalina Trisnawati; Julia Dewi; Susinety Prakoso
ARSNET Vol. 2 No. 1 (2022)
Publisher : Department of Architecture Faculty of Engineering Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1030.959 KB) | DOI: 10.7454/arsnet.v2i1.38

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode simulasi analisis akustik dan visual untuk mengevaluasi kualitas ruang, serta memahami bagaimana desain ruang tertentu dapat menghadirkan kualitas multisensori yang dapat mendukung penyandang tunarungu. Simulasi analisis akustik menggunakan Ecotect untuk mengukur reverberasi dan pantulan suara. Sementara simulasi analisis visibilitas menggunakan depthmapX untuk mengukur isovist pengguna, integrasi, dan visibilitas ruang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa ruang dengan sumber suara dari atas akan lebih baik dalam mendistribusi suara tanpa menimbulkan tingkat reverberasi ruang yang tinggi. Sumber suara berbentuk pocket dan organic enclosure dapat mengurangi tingkat reverberasi dan pantulan suara dalam ruang, meningkatkan privasi ruang sekaligus memberikan lapang pandang yang cukup luas bagi penglihatan kaum tunarungu. Hasil penelitian ini menemukan bahwa ada tiga konsep utama yang mempengaruhi kualitas akustik dan visual bagi kaum tunarungu, yaitu enclosure yang mempengaruhi tingkat privasi dan reverberasi ruang, integrasi yang menentukan visibilitas spasial dan orientasi massa atau bidang, serta material yang mempengaruhi kualitas absorpsi suara dalam ruang. This study addressed the auditorial necessity and visual potential of the deaf using acoustic and visual analysis simulation. Due to the poorly designed room acoustics, the deaf people had difficulties communicating, despite the use of hearing aids or cochlear implants. This condition often causes some distorted sound waves in hearing aids. To compensate for the deficiency in auditory abilities, the deaf people relied on their peripheral vision as a source of information for communication. However, the understanding of parameters of room geometry that are necessary to support both the acoustic and visual qualities of the deaf was limited. Based on the depthmapX and Ecotect simulations, this study discovered that the source of the sound in space should come from the top to minimise the reverberation time. Spaces in the form of pockets and with organic enclosure also minimise the reverberation time and sound reflection, achieving privacy while maintaining the potential peripheral vision of the deaf. The study also revealed that a room with acoustic and visual qualities for the deaf should incorporate three concepts, i.e., an enclosure to achieve a certain level of privacy and sound reverberation; integration of spatial visibility following the room or wall orientations; and consideration of the use of materials to absorb the different frequencies of sound.
PELATIHAN PEMANFAATAN SAYUR ORGANIK DALAM PEMBUATAN SALAD SEHAT DI PANTI SANTO YUSUP SINDANGLAYA Amelda Pramezwary; Diena M Lemy; Juliana Juliana; Ira Brunchilda Hubner; Jeremia Devananda; Vriandi Hapsara; Julia Dewi; Nadia Cheryl Effendy; Sim Wen Ching
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 2 (2023): Volume 4 Nomor 2 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i2.16122

Abstract

Panti Asuhan Santo Yusup Sindanglaya merupakan panti yang menampung anak terlantar dengan memberikan tempat tinggal dan pendidikan. Panti Asuhan ini dikelola oleh Ordo Fransiskan yang juga mengembangkan area untuk kegiatan agrikultur yang terintegrasi dengan sekolah dan hunian panti. Panti asuhan ini berupaya memberikan berbagai pendidikan keterampilan untuk penghuni panti termasuk bertani, berternak dan juga keterampilan membangun. Sejalan dengan masalah yang ditemukan maka Fakultas Pariwisata memberikan suatu pelatihan bagaimana memanfaatkan sayur organik yang ada di Panti Asuhan Santo Yusup untuk diolah menjadi makanan salad sehat  yang nantinya dapat dikembangkan sebagai peluang usaha dan diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar serta bagaimana strategi pemasaran produk yang dihasilkan. Metode pengabdian yang dilaksanakan adalah dengan memberikan resep dan lokakarya pembuatan berbagai macam salad sayur dan percampurannya dengan bahan lain seperti buah dan sayur organik yang dihasilkan dari kebun di sekitar panti, serta mengenal strategi pemasaran yang dapat dilakukan. Diharapkan penghuni Panti Asuhan Santo Yusup dapat mengadopsi produk jasa yang telah diajarkan sehingga dapat bermanfaat dan meningkatkan pendapatan mitra dengan berwirausaha. Luaran kegiatan ini berupa peningkatan keterampilan mitra akan pembuatan makanan salad sehat, cara strategi pemasaran yang menguntungkan mitra dan sesuai dengan keinginan konsumen serta publikasi jurnal nasional Pengabdian Kepada Masyarakat, Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat internasional serta akan mengajukan hak cipta.