Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Jurnal Sinergitas PkM

Perancangan Fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini Desa Gunung Sari Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Susinety Prakoso; Felia Srinaga; Julia Dewi; Dicky Tanumihardja; Santoni Santoni
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 1, No 1 (2016): October
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThis paper demonstrates the design process of Early Childhood Education Center (ECDC) in Gunung Sari Village at Mauk, Tangerang. This project is a collaborative community service between the Architecture Department at Universitas Pelita Harapan and Habitat for Humanity Indonesia. This paper highlights the design process of ECDC involving pre-school’s children through mosaic approach developed by Clark and Moss (2011). The aim of this approach is to contribute to the design of ECDC that is meaningful and responsive to young children’s needs. Mosaic approach is based on a participatory method that recognize young children’s competencies and responsive to the ‘voice’ of the young children (aged 3-6). Three stages of mosaic approach have been applied: 1) gathering children’s and adult’s perspectives; 2) discussing (reviewing) the material; 3) discussing on areas of continuity and change. Observation, child-conferencing and mapping are three different techniques of mosaic approach that have been applied in this study. The end process of the design of ECDC is in the form of technical drawings, images and model that will be used by Habitat for Humanity Indonesia in the construction process. This paper also reflects on key lessons learned in working with young children through participation process and mosaic approach.  Keywords:  design process, early childhood education center, participation, mosaic approach.AbstrakTulisan ini bertujuan untuk berbagi pengalaman proses perancangan bangunan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Desa Gunung Sari Kecamatan Mauk, Tangerang. Kegiatan ini merupakan kerjasama program studi Arsitektur Universitas Pelita Harapan dengan Habitat for Humanity Indonesia, sebagai bagian dari kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM). Proses perancangan bangunan PAUD menggunakan pendekatan partisipasi dengan teknik mosaic approach (Clark and Moss, 2011), dengan tujuan untuk menghasilkan rancangan yang peka terhadap kebutuhan anak serta bermakna bagi anak. Mosaic approach merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk mendengar ‘suara’ anak dan mengakui kompetensi anak, terutama anak usia pra-sekolah (3-6 tahun). Tiga tahapan mosaic approach diterapkan dalam proses perancangan meliputi: 1) mengumpulkan pandangan anak dan orang dewasa; 2) membahas material yang terkumpul; 3) memutuskan apa yang perlu diteruskan dan diubah. Prinsip multi method mosaic approach yang dilaksanakan adalah observasi, child conferencing dan mapping. Hasil dari keseluruhan proses perancangan bangunan PAUD adalah rancangan final PAUD dalam bentuk gambar kerja, gambar presentasi serta maket bangunan yang digunakan oleh pihak Habitat for Humanity Indonesia untuk pelaksanaan pembangunan fisik di lapangan. Tulisan ini fokus pada pendekatan partisipasi dengan teknik mosaic approach yang digunakan dalam melaksanakan proses perancangan bangunan PAUD, serta mendeskripsikan evaluasi keberhasilan pendekatan partisipasi dan teknik mosaic approach.Kata kunci: proses perancangan, sekolah, partisipasi, mosaic approach, anak
PERANCANGAN LANSEKAP TAMAN DAN PENEMPATAN RUMAH DOA [LANDSCAPE AND INTERIOR DESIGN OF PRAYER GARDEN/HOME] Felia Srinaga; Susinety Prakoso; Julia Dewi; Alvar Mensana; Fernitia Richtia Winnerdy
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 3, No 2 (2019): April
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Planning the construction of a prayer home is one of the appropriate steps to enrich students’ spirituality at Sekolah Tinggi Teologia Cipanas (STTC). Designing a prayer home that traces STTCs vision and mission, along with its valuable location in Cipanas, will offer a blessed and peaceful touch to the design of the prayer home. On the first stage of this proposal, a preliminary design scheme for a prayer home had been created in the earlier semester. The purpose of the activity in this second stage is to design a Prayer Garden that supports the prayer home, which had been designed in previous stage, by utilizing the land between buildings by developing a concept that is contextual with its surrounding nature. The main site issue in STTC is the underutilized inter-building space, the abandoned open space and the lack of continuous access from the inner building to the outer landscape areas – equally from the public space to the more private space (the prayer home). Through this Prayer Garden design, it is expected that the STTC community can utilize the existing open spaces to the fullest – to support the spiritual development for students, the continuing companionship for STTC community and surrounding societies, especially by providing facility for a retreat or similarly religious activities. In this second stage of the proposal, the relationship between outdoor landscape, indoor garden, and the Prayer Home will be simply understood with rendered images. Additionally, construction working drawing and cost estimation for all construction items will also be produced – in order to use the outcome of this proposal immediately applied to construction phase of the development.Bahasa Indonesia AbstrakIde rumah/ taman doa merupakan salah satu langkah yang tepat untuk membangun spiritualitas mahasiswa/i di Sekolah Tinggi Teologia Cipanas. Untuk itu perancangan rumah doa yang kontekstual dengan VISI, MISI STTC dan Lokasi yang berada di Cipanas, akan mewarnai desain rumah doa ini. Pada tahap pertama dari kegiatan PkM ini, telah dibuat rancangan awal dari rumah doa tersebut. Permasalahan utama dari lokasi di STT- Cipanas adalah kurang termanfaatkannya ruang antar bangunan yang ada, ruang luar yang kurang terolah dan kurangnya ruang peralihan yang menerus/mengalir dari bangunan dalam ke ruang luar atau dari ruang/tempat publik ke ruang yang lebih privat (rumah doa). Tujuan kegiatan di tahap kedua ini adalah merancang taman yang mendukung rumah doa yang telah dirancang dalam tahap I dengan memanfaatkan lahan antar bangunan dengan mengembangkan konsep yang kontekstual dengan alam. Dengan terencananya tempat/taman doa ini, diharapkan komunitas STTC dapat memanfaatkan ruang terbuka yang ada dengan maksimal untuk mendukung pengembangan spiritual bagi mahasiswa-i/komunitas STTC dan komunitas sekitar yang membutuhkan tempat retreat/doa. Pada tahap kedua ini, akan diteruskan dengan gambar suasana lansekap dan interior dari taman dan rumah doa. Selain daripada itu, di tahap kedua ini akan dilakukan kegiatan gambar kerja dan perhitungan biaya pembangunan dari seluruh taman dan rumah doa, sehingga hasil kegiatan dapat segera diterapkan dalam pembangunannya.Kata Kunci: