Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

KONDISI TERMAL BANGUNAN GREENHOUSE DAN SCREENHOUSE PADA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 2 No 1 (2013): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal Greenhouse dengan material atap polycarbonate dan Greenhouse dengan material atap screen.Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif. Variabel standar kenyaman adalah temperatur, kelembaban dan kecepatan angin, penentuan kasus penelitian berdasarkan kriteria material atap Greenhouse dan kondisi lingkungan di sekitar Greenhouse. Data pengukuran diperoleh dengan menggunakan alat ukur antara lain: Thermo-Hygrometer dan Anemometer. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian terdahulu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh orientasi, penggunaan elemen bangunan dan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap tingginya temperatur di dalam maupun di luar Greenhouse karena perancangan Greenhouse tidak sesuai dengan konsep rumah tanaman untuk iklim tropika basah.
KONDISI LINGKUNGAN SEKITAR TERHADAP KENYAMANAN TERMAL RUMAH SEWA (STUDI KASUS RUMAH SEWA DI KEL. SERINGGU JAYA MERAUKE) Muchlis Alahudin; Jayadi Jayadi
MUSTEK Vol 3 No 1 (2014): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengetahui pengaruh orientasi bangunan dan kondisi lingkungan mempengaruhi kenyamanan termal pada rumah sewa di Kelurahan Seringgu jaya. Penelitian menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Variabel yang diamati adalah temperatur, kelembaban, kecepatan angin dan keadaan lingkungan sekitar rumah sewa. Data pengukuran diperoleh dengan menggunakan alat ukur antara lain: Thermo-Hygrometer, Envirotment meter, dan Anemometer. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian terdahulu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu didalam bangunan adalah 29o – 32,5oC sedangkan suhu diluar berkisar antara 28,5o – 31,5oC sementara kelembaban didalam bangunan rata-rata 75,5 % dan diluar dengan kelembaban 76,28%, sedangkan untuk kecepatan angin didalam bangunan rata-ratanya 0.01 m/s sementara diluar 0,5 m/s. Tinggi suhu didalam bangunan masuk pada kondisi Hangat Nyaman menuju ke kondisi panas. Untuk kondisi didalam maupun diluar bangunan masuk pada kategori Nyaman Optimal. Tinggi suhu didalam  bangunan disebabkan karena aliran angin tidak mengalir dengan sempurna, disamping itu kecepatan angin memang rendah yaitu 0,4 m/s untuk diluar bangunan. Selain itu kondisi vegetasi yang kurang baik vegetasi ground cover maupun vegetasi perdu membuat kondisi disekitar rumah sewa sangat panas serta keberadaan bangunan yang tidak tertata dengan konsep yang baik (pola tata masa bangunan yang tidak rapi) menghambah aliran udara 
PENGARUH TERMAL DALAM RUANGAN PERPUSTAKAAN TERHADAP KONDISI BUKU DAN KENYAMANAN PEMBACA (STUDI KASUS PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS MUSAMUS MERAUKE) Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 3 No 2 (2014): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan kebisingan terhadap kondisi koleksi buku dan kenyamanan pengunjung perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif. Variabel standar kenyaman termal adalah temperatur, kelembaban, intensitas cahaya dan kebisingan, variabel  yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1). Bangunan (Luasan bangunan, luas bukaan, orientasi dan perabot), 2). Kondisi termal (Suhu, kelembaban, kecepatan udara, cahaya dan kebisingan), dan 3). Koleksi bacaan (buku dan CD) dan kondisi lingkungan sekitar  perpustakaan. Sementara alat ukur yang dipakai dalam penelitian adalah: 1). Thermo Hygrometer, (2). Environtment Meter, (3). Anemometer, dan 4). Meteran. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian Talarosha (2005). Perwujudan dari desain arsitektur untuk bangunan perpustakaan perlu memperhatikan beberapa hal antara lain kondisi suhu, kelembaban, cahaya dan kebisingan, disamping itu peletakan penyimpanan koleksi perpustakaan, sirkulasi pengunjung sangat perlu diperhatikan. Ini dikarekana suhu, kelembaban, cahaya sangat mempengaruhi kondisi koleksi perpustakaan (buku, majalah, koran, CD dan koleksi lainnnya), dengan 3 (tiga) faktor termal diatas ditambah dengan faktor kebisingan akan mempengaruhi kenyaman pengujung perpustakaan. Dengan mengetahui kondisi termal (suhu, kelembaban, cahaya dan kebisingan) dapat menjadi acuan nantinya dalam pembangunan/pengembangan perpustakaan. Kondisi suhu di perpustakaan Universitas Musamus (UNMUS) Merauke berkisar antara 29.28 – 32.93oC (didalam bangunan), 29.31 – 35.00oC (diluar bangunan), 29.61 – 31.62oC (di dalam lemari rak buku), kelembaban 62.44 – 79.33% (didalam bangunan), 61.61 – 75.83% (diluar bangunan), kecepatan angin 0.26 – 0.51m/s (didalam bangunan), 0.63 – 2,55 m/s (diluar bangunan), kebisingan 51.72 – 70.82 dB (didalam bangunan), 52.26 – 74.79 dB (diluar bangunan), Intensitas cahaya 52 – 208.20 lux (di dalam bangunan dengan ketinggian meja baca/+ 75 cm). Disimpulkan kondisi termal di dalam perpustakaan Universitas Musamus jauh dari dari kata Nyaman baik bagi koleksi perpustakaan maupun pengguna perpustakaan.
KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 1 No 3 (2012): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada hunian tradisional Toraja (Tongkonan), menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Variabel standar kenyaman adalah temperatur dan kelembaban, penentuan kasus penelitian berdasarkan kriteria material atap Tongkonan dan kondisi lingkungan  di sekitar Tongkonan. Data pengukuran diperoleh dengan menggunakan alat ukur antara lain: Thermo-Hygrometer , Altimeter dan Anemometer. Hasil perekaman dan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitian terdahulu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Tongkonan atap bambu dengan Tongkonan atap seng yaitu Tongkonan atap bambu lebih rendah temperaturnya dari pada Tongkonan atap seng, namun kelembaban Tongkonan atap bambu lebih tinggi dari pada Tongkonan atap seng. Begitu pula dengan Tongkonan dengan vegetasi bagus temperaturnya lebih rendah dari pada  Tongkonan dengan vegetasi kurang, namum Tongkonan dengan vegetasi bagus kelembabannya lebih tinggi dari pada Tongkonan dengan vegetasi kurang. 
KENYAMANAN TERMAL PADA BANGUNAN HUNIAN TRADISIONAL TORAJA (Studi kasus Tongkonan dengan material atap Seng) Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 1 No 2 (2012): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal pada hunian tradisional Toraja (Tongkonan).  Penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kuantitatif. Variabel standar kenyaman adalah temperatur dan kelembaban, penentuan kasus penelitian berdasarkan kriteriamaterial atap Tongkonan dan kondisi vegetasi di sekitar Tongkonan. Data pengukuran diperolehdengan menggunakan alat ukur antara lain: Thermo-Hygrometer dan Anemometer. Hasil perekamandan pengukuran dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan standar kenyamanan penelitianMom & Wiesebrom (1940). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara Tongkonan atapseng dengan lingkungan masih bagus dengan Tongkonan Atap seng dengan dengan lingkungankurang bagus yaitu Tongkonan atap seng dengan lingkungan bangus lebih rendah temperaturnya daripada Tongkonan atap seng dengan lingkungan kurang bagus, sedangkan untuk kelembaban baikTongkonan atap seng dengan lingkungan bagus cukup nyaman sedangkan Tongkonan atap sengdengan lingkungan kurang bagus kondisinya 80,7% atau kondisi kulit akan terasa lengket/kurangnyaman itu untuk didalam bangunan sementara diluar tongkonan untuk ke 2 tongkonan masih dibatasnyaman kecuali untuk tongkonan dengan lingkungan kurang bagus kelembaban mendekati batasnyaman atau nyaman optimal.
KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN BAHAN CAMPURAN PASIR LOKAL (PASIR NASEM) DAN PASIR IMPOR DENGAN METODE DoE Abner Doloksaribu; Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 5 No 2 (2016): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v5i2.616

Abstract

Concrete is element authors and used the structure of the building, if concrete of good quality shall be hold burden building a great structures can exists when supported by structure a good structure good can create security and comfort for occupant who occupy the building, concrete used for construction, for example: building roads, bridges, airport, reservoir, the pier the dam and etc. The sands contained in kabupaten Merauke are generally unable to meet the power desired when used as of ingredients mixed concrete structure except use sand import.This research use of ingredients mixed concrete use sand from Nasem to be interfering with sand import, aggregate rough, a fastener Portland cement material type I and by the firm production introductory water drinking water areas that could receive strong press uses the DoE  (the department of environment).Researched process it uses design mix with the experimental methods and testing. Objects test made from comparison namely by some the proportion of comparison mixture.
EVALUASI KINERJA RUANG KELAS SD NEGERI CENDERAWASIH KABUPATEN MERAUKE Atiza Nurhuzna; Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 6 No 1 (2017): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v6i1.673

Abstract

Sekolah Dasar (SD) merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk menanamkan kemampuan dasar bagi setiap warga negara Indonesia. Namun masih banyaknya bangunan SD yang tidak mendukung sistem pendidikan sekarang ini, maka penelitian ini bertujuan mengetahui (1) kondisi dan kinerja ruang kelas, (2) seberapa tinggi efektivitas kinerja ruang kelas terhadap efektivitas kerja, dan (3) evaluasi kinerja ruang kelas, apakah telah memenuhi standar kinerja ruang kelas dengan baik.  Metode penelitian adalah kualitatif deskriptif dengan analisis deduktif. Metode pengambilan data dengan observasi langsung, wawancara, sketsa dan dokumentasi, lokasi penelitian di SD Negeri Cenderawasih Kabupaten Merauke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Kondisi dan kinerja ruang kelas SD Negeri Cenderawasih Kabupaten Merauke berdasarkan penilaian terhadap 33 instrumen pada 9 (Sembilan) komponen ruang kelas yang ada maka dihasilkan penilaian kinerja yaitu 42,42% Baik, 21,21% Sedang, 15,15% Kurang dan 21,21% Buruk.(2) Gambaran efektivitas kinerja ruang SD Negeri Cenderawasih Kabupaten Merauke diperoleh hasil (a). Efektifitas waktu pemakaian ruang kelas adalah Efektif; (b) Efektifitas kapasitas pemakaian ruang kelas adalah Tidak Efektif. Hasil ini menunjukkan bahwa secara waktu penggunaan, ruang-ruang kelas yang ada di sekolah ini Efektif. (3) Standar kinerja pada ruang kelas SD Negeri Cenderawasih Kabupaten Merauke adalah sama yaitu  mengikuti standar yang diberlakukan secara nasional bagi bangunan Sekolah Dasar di seluruh Indonesia.
KERUSAKAN PANTAI (STUDI KASUS PANTAI LAMPU SATU MERAUKE) Dina Limbong Pamuttu; Jeni Paresa; Muchlis Alahudin
MUSTEK Vol 7 No 1 (2018): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Universitas Musamus, Merauke, Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v7i1.1498

Abstract

Kabupaten Merauke merupakan kawasan terluar dari Indonesia Bagian Timur dengan luasan total sekitar 4.677.938,47 hektar dan memiliki wilayah pesisir yang cukup Panjang dengan garis pantai ± 1.050 km. Pantai Lampu Satu adalah salah satu daerah wisata yang terletak di Kabupaten Merauke. Pantai ini terletak di daerah yang telah berkembang dan padat penduduk dan kondisinya semakin hari menjadi rusak oleh karena faktor alam dan juga adanya faktor manusia. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kerusakannya serta berapa besar bobotprioritas dari kerusakannya sehingga dapat diperoleh solusi tentang bagaimana cara meminimalisir kerusakan Pantai Lampu Satu tersebut. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods), yaitu metode penelitian yang mengkombinasikan antara metodekuantitatif dan kualitatif agar diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Dalam penelitian ini juga dilihat perilaku atau aktivitas dari masyarakat pesisir di Pantai Lampu Satu yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan pantai. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kerusakan Pantai Lampu Satu antara lain adalah karena adanya faktor alam (gelombang, pasang surut air laut) dan faktor manusia (pengambilan pasir, alih fungsi lahan, pencemaran lingkungan). Pembobotan prioritas Pantai Lampu Satu berada pada urutan bobot prioritas C (diutamakan). Pada daerah tersebut terjadi kemunduran garis pantai sehingga berpotensi membahayakan daerah pemukiman warga pesisir. Kata kunci: Kerusakan Pantai, Pantai Lampu Satu
Pendampingan Peningkatan Potensi Objek Retribusi Daerah Melalui IMB di Distrik Tanah Miring dan Semangga Kabupaten Merauke: Assistance to Increase the Potential of Regional Retribution Objects through IMB in Tanah Miring and Semangga Districts of Merauke Regency Henry Soleman Raubaba; Muchlis Alahudin
IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 1 No. 1 (2020): IGKOJEI: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Fakultas Peternakan Universitas Papua

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46549/igkojei.v1i1.125

Abstract

ABSTRACT Increasing the potential of regional retribution objects in the Merauke Regency is an effort of the regional government to increase regional budget revenues. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) or the "Construction Permit", which is the primary source of the regional retribution in Merauke Regency, is one of the requirements for the people to legally own a building. The dearth of resources at the relevant agencies, combined with the lack of awareness and knowledge within the community in managing the IMB, has caused the implementation of the IMB to run ineffectively. This service aims to survey potential user fees in the Kurik, Tanah Miring, and Semangga Districts of Merauke Regency by registering the ownership of the IMB and understanding the problems that occur in the community related to the management of IMB and at the same time to obtain a constructive input for the Investment Office and One-Stop Integrated Services of Merauke Regency in the framework of increase in IMB retribution in 2020. Keywords: Retribution objects; IMB; Merauke ABSTRAK Peningkatan potensi objek retribusi daerah di Kabupaten Merauke merupakan upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan anggaran daerah. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sebagai primadona objek retribusi daerah di Kabupaten Merauke merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam mendapatkan legalitas kepemilikan bangunan gedung. Ketersediaan sumber daya di instansi terkait, kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam mengelola IMB menyebabkan implementasi IMB tidak berjalan efektif. Pengabdian ini bertujuan melaksanakan survey potensi retribusi bagi masyarakat di Distrik Tanah Miring dan Distrik Semangga Kabupaten Merauke dengan mendata kepemilikan IMB dan mengetahui permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait pengurusan IMB dan sekaligus menjadi masukan bagi Dinas Penanaman Modal dan pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Merauke dalam rangka peningkatan retribusi IMB tahun 2020. Kata Kunci: Objek retribusi; IMB; Merauke
KERUSAKAN PANTAI (STUDI KASUS PANTAI LAMPU SATU MERAUKE) Dina Limbong Pamuttu; Jeni Paresa; Muchlis Alahudin
MUSTEK ANIM HA Vol 7 No 1 (2018): MUSTEK ANIM HA
Publisher : Faculty of Engineering, Musamus University, Merauke, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35724/mustek.v7i1.1498

Abstract

Kabupaten Merauke merupakan kawasan terluar dari Indonesia Bagian Timur dengan luasan total sekitar 4.677.938,47 hektar dan memiliki wilayah pesisir yang cukup Panjang dengan garis pantai ± 1.050 km. Pantai Lampu Satu adalah salah satu daerah wisata yang terletak di Kabupaten Merauke. Pantai ini terletak di daerah yang telah berkembang dan padat penduduk dan kondisinya semakin hari menjadi rusak oleh karena faktor alam dan juga adanya faktor manusia. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kerusakannya serta berapa besar bobotprioritas dari kerusakannya sehingga dapat diperoleh solusi tentang bagaimana cara meminimalisir kerusakan Pantai Lampu Satu tersebut. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods), yaitu metode penelitian yang mengkombinasikan antara metodekuantitatif dan kualitatif agar diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable, dan obyektif. Dalam penelitian ini juga dilihat perilaku atau aktivitas dari masyarakat pesisir di Pantai Lampu Satu yang menyebabkan kerusakan pada lingkungan pantai. Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kerusakan Pantai Lampu Satu antara lain adalah karena adanya faktor alam (gelombang, pasang surut air laut) dan faktor manusia (pengambilan pasir, alih fungsi lahan, pencemaran lingkungan). Pembobotan prioritas Pantai Lampu Satu berada pada urutan bobot prioritas C (diutamakan). Pada daerah tersebut terjadi kemunduran garis pantai sehingga berpotensi membahayakan daerah pemukiman warga pesisir. Kata kunci: Kerusakan Pantai, Pantai Lampu Satu