Luthfi, Alexandri
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Pendidikan Seni Film dan Televisi Menjadi Penggerak Industri Ekonomi Kreatif Alexandri Luthfi
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 13, No 2 (2017): Oktober 2017
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v13i2.1933

Abstract

Globalisasi, sebagai suatu proses integrasi internasional, terjadi karena pertukaran pandangan dunia dalam berbagai sektor. Di Indonesia gelombang globalisasi sudah bergerak lebih dari 25 tahun. Tumbuh dan berkembangnya memberikan pengaruh terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dengan semua  atribut budayanya. Di bidang pendidikan, globalisasi memiliki dampak yang cukup besar bagi perubahan pada sistem atau model pembelajaran dan kurikulum yang diajarkan. Era industri kreatif yang digulirkan oleh pemerintah melalui Menteri Perdagangan RI waktu itu masih dijabat oleh Dr. Mari Elka Pangestu, telah  memberikan peluang seluas-luasnya bagi pendidikan tinggi seni agar dapat berfungsi sebagai salah satu pilar bagi pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia.Indonesia sudah memiliki kantong-kantong institusi dan perusahaan yang dapat menjadi mitra bagi para lulusan pendidikan seni. Para talenta yang kreatif dan terampil lulusan pendidikan seni adalah sumber daya manusia yang diperlukan bagi sektor industri kreatif di masa mendatang. Karya film dan program acara televisi sebagai karya seni yang memiliki standart estetika, di dalamnya terdapat gagasan, pengolahan artistik, matrialisasi, pengalaman teknik dan manajemen produksi, yang  proses produksinya  membutuhkan sekelompok atau individu sumberdaya manusia berkualitas dengan tingkat  pendidikan setara diploma dan sarjana. Kemudian juga dengan  televisi apabila sudah masuk ke dalam rana industri kapitalis, tentu akan berdampak pada bagi masyarakatnya, seperti yang dijelaskan oleh Redatin Parwadi untuk menciptakan perilaku konsumtif bagi konsumennya inilah, televisi mempunyai peran yang sangat penting baik sebagai media ataupun sebagai alat bagi kaum kapitalis untuk mengkonstruksi pikiran konsumen. Sejalan dengan konsep HAKI yang melindungi kualitas  karya cipta  anak bangsa dari originalitas dan eksistensinya, tentu lembaga pendidikan seni memiliki peran penting di dalam melahirkan sumberdaya manusia yang mampu menghasilkan karya seni  kreatif dan inovatif. Maka dewasa ini, di Indonesia sudah saatnya menerapkan konsep  pendidikan multikulturalisme berbasis budaya lokal yang dapat menjadi salah satu alternatif untuk membangun kearifan lokal menuju kebudayaan dunia. Art Education of Film and Television as Actuation in the Creative Economy Industry for the Lecturers of Television Department, Faculty of Recorded Media Arts ISI Yogyakarta. Globalization, as a process of international integration, occurs because there is an exchange of the world’s view in some sectors. In Indonesia, the wave of globalization has been ongoing for more than 25 years. Its growth and development have given influence to all aspects of nation’s life with its cultural attributes. In education, globalization has a quite big impact for the shift of system or learning model and the taught curriculum. The era of creative industry launchedby the government through the Indonesian Minister of Trade which was once held by Dr. Mari Elka Pangestu, has now given a vast opportunity for higher education in art to be one of the pillars for the growth of creative economy in Indonesia. Indonesia has certain institutions and companies that could be partners for the graduates of art school. Creative talents andskillful graduates from art school are the necessary human resources for creative industry sector in the future. Films and television programs as works of art which has standardized aesthetics, therein we could find ideas, artistic process, materialization, technique and production management experience, whose production processes need a group of people or qualified human resources holding diplomas of bachelor degree and bachelor of honors or those in equivalence. When television is admitted into capitalist’s industry, it will affect the society, as stated by Redatin Parwadi, to create a consumptive behavior for the consumers,television has an important part both as media and as means for the capitalists to construct the mind of the consumers. In accordance with the concept of HAKI (intellectual rights) to protect the quality of copyrights owned by the nations’ generation with their originality and existence, higher education of arts has a very significant role in creating human resources who are able to create creative and innovative works of art. Nowadays, Indonesia has already applied multiculturalism education concept on the basis of local wisdom that could be one ofalternatives to build local wisdom into world’s culture.
EKSISTENSI MANTAN PETINJU NASIONAL SEBAGAI PETARUNG PENCAK DOR KEDIRI MELALUI FILM DOKUMENTER POTRET “MICHAEL SPEED” Kulsa Angelo; Alexandri Luthfi Rahman; Raden Roro Ari Prasetyowati
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.356 KB) | DOI: 10.24821/sense.v3i2.5122

Abstract

ABSTRAKPenyutradaraan karya film dokumenter potret ini ialah untuk memberikan gambaran kehidupan seorang mantan petinju nasional dan petarung Pencak Dor di Kediri bernama Michael ‘Speed’ Sigarlaki, memperkenalkan adanya tarung Pencak Dor kepada masyarakat sekaligus menberikan cerminan buruknya kualitas tinju di Indonesia.Objek penciptaan karya film dokumenter ini ialah tarung Pencak Dor Kediri dan Michael ‘Speed’ Sigarlaki. Karya ini dikemas menggunakan struktur bertutur tematis serta menerapkan gaya penceritaan cinema verite dan expository. Film Michael Speed banyak menggunakan handheld camera dan diegetic sound untuk merekam aktifitas subjeknya, subjek terkadang berbicara langsung ke arah kamera, dan di beberapa bagian digunakan juga metode wawancara untuk memperkuat informasi kepada penonton. Pembahasan mengenai kisah hidup Michael Speed dalam memperjuangkan eksistensinya di dunia tarung dikemas ke dalam karya tugas akhir berbentuk film dokumenter potret dengan judul karya ilmiah Eksistensi Mantan Petinju Nasional Sebagai Petarung Pencak Dor Kediri Melalui Film Dokumenter Potret “Michael Speed”. Perwujudan karya film dokumenter potret Michael Speed dikemas ke dalam 3 segmen pembahasan diantaranya, segmen 1 berisi pengenalan tarung Pencak Dor dan tokoh petarung bernama Michael Sigarlaki, segmen 2 membahas eksistensi serta konflik batin Michael Sigarlaki sebagai petarung Pencak Dor profesional, dan segmen 3 menjadi penutup yang menampilkan nilai-nilai humanisme dalam diri Michael Sigarlaki sebagai kepala keluarga. Kata kunci: Penyutradaraan; Dokumenter Potret; Eksistensi Petarung Pencak Dor Kediri Michael Speed ABSTRACTThe directing of this portrait documentary is to provide an overview of the life of a former national boxer and the Pencak Dor fighter in Kediri named Michael ' Speed ' Sigarlaki, introducing the existence of Pencak Dor to the community while giving the poor reflection of the quality of boxing in Indonesia.The object of the creation of this documentary film is fighting Pencak Dor Kediri and Michael ' Speed ' Sigarlaki. The work is packed using a thematic structure and applies storytelling-style cinema verite and expository. The Film Michael Speed used a lot of handheld cameras and diegetic sound to record the activities of his subjects, the subjects sometimes spoke directly towards the camera, and in some parts used also the interview method to reinforce the information to the audience.  The discussion on the life story of Michael Speed in the fight for his existence in the world of fighting is packed into the work of the end-task in the form of portrait documentary with the title of former national boxer existence as a combatant Pencak Dor Kediri through the portrait documentary "Michael Speed". The embodiment of the portrait documentary film Michael Speed is packed into three discussion segments, segment 1 contains the introduction of Pencak Dor's fighting and the warrior figure Michael Sigarlaki, Segment 2 discusses the existence and inner conflict of Michael Sigarlaki as a professional Pencak Dor fighter, and Segment 3 is the cover showing the values of humanism in Michael Sigarlaki as the head of Key words: Direction; Documentary Portraits; "The existence of Pencak Dor Kediri Fighter Michael Speed"
Tata Cahaya High Contrast sebagai Pendukung Unsur Dramatis pada Film Horor “Derana Dara” Bakti Taufikurrrahman; Alexandri Luthfi Rahman; Latief Rakhman Hakim
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.279 KB) | DOI: 10.24821/sense.v4i1.5850

Abstract

Terjadinya tindak kekerasan dan pelecehan pada anak antaralain, kurangnya pengetahuan bagaimana menjadi orang tua, kemauan yang tak realitas kepada kecakapan dan perilaku anak, isolasi sosial, pemasalahan obat-obatan terlarang dan alkohol, serta permasalahan dalam rumah tangga. Kekerasan anak dapat mencakup: penyiksaan jasmani, penyiksaan emosi, pengabaian, dan pelecehan seksual. Permasalahan ini yang dirasa tepat untuk menjadi latar belakang konflik pada film fiksi horror yang akan dibuat dengan menggunakan tata cahaya yang akan mendukung unsur dramatis.Film horor “Derana Dara” mengisahkan tentang sebuah keluarga baru yaitu Laura, Deni dan putri mereka yang bernama Dara. Keluarga ini semula sangat harmonis, namun berubah menjadi berantakan karena kelakuan bejat Deni, yang menyebabkan Dara trauma yang pada akhirnya menyebabkan Dara bunuh diri, lalu menghantui ibunya untuk balas dendam. Tata cahaya high contrast yang akan digunakan didalam film “Derana Dara” Tata cahaya akan membangun mood dan suasana yang bersifat dingin, intim bernuansa misteri, serta mencekam. Perancangan tata cahaya sendiri merupakan faktor pendukung unsur dramatis  secara visual, dengan tata cahaya high contrast  yang di mendominasi detail seperti texture, bayangan, dan kedalaman ruang akan meningkatkan kesan menakutkan, dan mencekam. Elemen natural seperti cahaya kilatan petir akan mendukung suasana mencekam dan meneggangkan di dalam film “Derana Dara”Kata Kunci: Film, Unsur Dramatis, Tata Cahaya High Contrast. 
Puncak Ritual Kematian Suku Dayak Tonyooi Benuaq dalam Dokumenter Etnografi “Malas Budi Basaq” Valenci Kalista; Alexandri Luthfi Rahman
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 1, No 1 (2018): SENSE
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.821 KB) | DOI: 10.24821/sense.v1i1.3316

Abstract

Penciptaan karya dokumenter ini adalah puncak ritual kematian dalam suku Dayak Tonyooi Benuaq, yaitu kuangkai. Kuangkai dilaksanakan bertahun-tahun setelah seseorang meninggal, yakni saat tengkorak sudah bisa dipisahkan darai badan. Kuangkai merupakan bentuk balas budi yang dilakukan oleh pihak keluarga. Masyarakat adat yakin, apabila seseorang meninggal, roh mereka harus dijemput oleh leluhur agar dapat sampai ke surga. Sebelum ritual kuangkai, ada tahap parapm api dan kenyau yang dilakukan bertahun-tahun sebelumnya, ketika seseorang baru meninggal.Dokumenter “Malas Budi Basaq” menggunakan metode etnografi agar penonton mengetahui pentingnya kuangkai berdasarkan sudut pandang masyarakat Tonyooi Benuaq. Pendekatan melalui metode ini membuat makna-makna yang terkandung dalam ritual kuangkai dapat disajikan dengan maksimal. Gaya ekspositori digunakan agar segala informasi mengenai kuangkai yang masih asing bagi sebagian besar penonton dapat tersampaikan dengan baik. Struktur kronologis dipilih untuk memaparkan tahapan ritual kuangkai yang berlangsung selama kurang lebih 14 hari.Hasil karya seni ini menunjukkan bagaimana kedudukan kuangkai sebagai puncak ritual kematian bagi masyarakat Dayak Tonyooi Benuaq. Kuangkai tetap menjadi sebuah ritual yang sakral dan akan terus mereka laksanakan sebagai bukti penghormatan dan balas budi kepada roh-roh leluhur.
VISUALISASI SUDUT PANDANG TOKOH UTAMA DENGAN PENERAPAN GRAYSCALE PADA PENYUTRADARAAN FILM FIKSI “DANILA” Adina Iffah Izdihar; Agnes Widyasmoro; Alexandri Luthfi Rahman
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.071 KB) | DOI: 10.24821/sense.v2i1.5073

Abstract

ABSTRACTThe accountability of the artwork thesis Visualization of the Main Figures with Grayscale Application in the Directing of "Danila" Fiction Film aims to create audio-visual works with a cinematographic approach, point of view, and the application of grayscale as a symbol of the main character's emotional representation. The film "Danila" tells the life of a teenager who has psychological trauma that in this film, caused by a deep sense of loss over the death of her mother which was further aggravated by a change in the attitude of his father by becoming a workaholic who is rarely at home. Feelings of sadness, loss, and loneliness that are increasingly accumulating change Danila's character and way of dealing with life.Cinematographic techniques with handheld camera movement, the use of camera angle POV that dominate, and the application of grayscale in Danila's visual point of view are intended to support the storyline, character subjectivity as teenagers who have psychological trauma, and as emotional representations when Danila experiences various kinds of daily life problems day. Keywords: Directing, Film, Grayscale. ABSTRAKPertanggungjawaban skripsi penciptaan seni Visualisasi Sudut Pandang Tokoh Utama dengan Penerapan Grayscale pada Penyutradaraan Film Fiksi “Danila” bertujuan untuk menciptakan karya audio visual dengan pendekatan sinematografi, sudut pandang, dan penerapan grayscale sebagai simbol representasi emosi tokoh utama. Film “Danila” menceritakan kehidupan remaja yang memiliki trauma psikologis yang pada film ini, disebabkan karena rasa kehilangan mendalam atas kematian sang ibu yang kemudian diperparah dengan perubahan sikap sang ayah dengan menjadi seorang workaholic yang jarang berada di rumah. Rasa sedih, kehilangan, dan kesepian yang kian menumpuk merubah karakter dan cara Danila dalam menghadapi kehidupan.Teknik sinematografi dengan pergerakan kamera handheld, penggunaan POV camera angle yang mendominasi, dan penerapan grayscale dalam visual sudut pandang Danila ditujukan untuk mendukung jalan cerita, subjektifitas tokoh sebagai remaja yang memiliki trauma psikologis, dan sebagai representasi emosi saat Danila mengalami berbagai macam problematika kehidupan sehari-hari. Kata kunci: Penyutradaraan, Film, Grayscale