Anne Nuraeni
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Hasil benih empat kultivar kedelai yang ditanam di dataran medium dan dataran tinggi Sumadi, Sumadi; Kadapi, Muhammad; Nuraeni, Anne; Wicaksana, Noladhi; Rachmadi, Meddy; Rodiah, S
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.69 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.13224

Abstract

ABSTRAK                    Pertumbuhan  dan  hasil suatu tanaman merupakan hasil interaksi antara karakter genetik setiap kultivar dengan lingkungan tumbuhnya. Tujuan penelitian ini adalah  menetapkan kultivar kedelai yang paling cocok ditanam pada musim hujan di dataran medium ( ± 753 m dpl)  dan dataran tinggi ( ± 1200 m dpl) . Penelitian merupakan percobaan lapangan dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2016. Percobaan dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok sederhana  yang menguji kultivar meliputi Anjasmoro,  Argomulyo , Arjasari dan Grobogan yang diulang 5 (lima) kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum potensi hasil kedelai di dataran medium hasilnya lebih tingggi dibandingkan  yang ditanam di dataran tinggi. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari hasinya secara nyata lebih tinggi dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo, baik yang ditanam di dataran tinggi maupun dataran medium. Masing-masing 16.96 g, 14.41 g, 8. 21g dan 7.40 g yang ditanam di datarn medium atau setara dengan 2.71 , 2.31 , 1.31  dan 1.20 ha-1, sedangkan yang ditanam di dataran tinggi sebesar 1.09, 0.99, 0.67 dan 0.85 ton ha-1. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari merupakan kultivar kedele yang lebih adaptif dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo. Ukuran biji kultivar Grobogan  paling besar dibandingkan ketiga kultivar lainnya, tetapi hasilnya paling rendah. Walaupun demikian  tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Kata kunci : kedele, kultivar , dataran medium, dataran tinggi, hasil benih 
Pengaruh Konsentrasi Fungisida Mankozeb terhadap Pertumbuhan Tunas, Busuk Kering Ubi dan Susut Bobot Ubi Bibit Kentang (Solanum tuberosum L.) c.v. Granola di Ruang Penyimpanan Emid Hamidin; Sumadi Sumadi; Anne Nuraeni
Agrikultura Vol 20, No 3 (2009): Desember, 2009
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.5 KB) | DOI: 10.24198/agrikultura.v20i3.945

Abstract

Saat ini bibit kentang untuk penanaman di dataran medium biasanya berasal dari bibit yang disimpan di dataran tinggi dengan suhu relatif rendah. Penyimpanan di dataran medium dapat meningkatkan pertumbuhan tunas tetapi memicu perkembangan penyakit. Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara konsentrasi fungisida mankozeb dan elevasi ruang simpan bibit terhadap pertumbuhan tunas dan serangan penyakit busuk kering ubi bibit. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah elevasi ruang simpan dan faktor kedua adalah konsentrasi fungisida makozeb. Hasil percobaan menunjukan tidak ada interaksi antara konsentrasi fungisida mankozeb dan elevasi ruang simpan terhadap waktu muncul tunas, persentase bibit bertunas, persentase busuk kering ubi, dan persentase susut bibit. Konsentrasi fungisida mankozeb tidak berpengaruh terhadap waktu muncul tunas, persentase ubi bibit bertunas  pada 2   bulan setelah panen (BSP), dan susut bobot ubi pada 3 dan 4 BSP. Namun, aplikasi  3 g L-1 dan 4.5 g L-1 mankozeb menghasilkan persentase ubi bertunas paa 3 BSP yang lebih tinggi dan persentase busuk kering ubi yang lebih rendah dibandingkan dengan  tanpa fungisida. Sementara itu, ruang simpan di dataran medium memberikan  waktu muncul tunas yang 2 minggu lebih cepat, meningkatkan persentase ubi bertunas pada 2 BSP dan susut bobot ubi yang lebih besar pada 3 BSP dan 4 BSP dibandingkan dengan ruang simpan di dataran tinggi. Di dataran medium waktu muncul tunas 2 minggu lebih cepat, persentase ubi bertunas pada 2 BSP dan susut bobot ubi pada 3 BSP dan 4 BSP lebih besar dibandingkan dengan di dataran tinggi. Penyimpanan di dataran medium tidak meningkatkan persentase ubi berunas pada 3 BSP dan persentase busuk kering ubi dibandingkan dengan ruang simpan di dataran tinggi.