Claim Missing Document
Check
Articles

Found 39 Documents
Search

Evaluasi Karakter Tahan Wereng Cokelat, Aromatik, dan Kegenjahan Pada Genotip Padi Hasil Piramidisasi Menggunakan Marka Molekuler dan Marka Fenotipik Utami, Riski Gusri; Carsono, Nono; Wicaksana, Noladhi
Jurnal Fakultas Pertanian Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : Jurnal Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (13.424 KB)

Abstract

Padi yang tahan wereng cokelat, aromatik, dan umur genjah saat ini menjadi target piramidisasi di Laboratorium Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh individu hasil piramidisasi yang terpaut dengan ketiga karakter tersebut berdasarkan analisis marka molekuler dan marka fenotipik. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga September 2014 di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis molekuler menggunakan marka SSR RM586, RM589, RM8213, marka Bradbury, primer RM7601 dan RM19414. Selain itu juga menggunakan analisis karakter penting secara fenotipik yaitu dengan pengamatan kandungan klorofil, konduktan stomata, kerapatan trikoma, uji sensori, dan umur keluar malai. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh 7 genotip (#2, #3, #4, #5, #6, #10, #11) yang memiliki karakter tahan wereng cokelat, aromatik, dan umur genjah berdasarkan analisis marka molekuler. Genotip #1, #2, #4, #6 dan #11 merupakan genotip yang hampir mirip dengan tetua-tetua piramidisasi (PTB, PW, Kitaake) berdasarkan analisis karakter penting secara fenotipik. Melalui program piramidisasi berbasis marka molekuler dan marka fenotipik sudah memungkinkan untuk menggabungkan tiga karakter unggul pada padi. Persilangan sendiri, seleksi, dan pengujian melalui bioassay sangat dibutuhkan pada penelitian lanjutan untuk mendapatkan generasi fiksasi hasil akhir program piramidisasi. 
Heritabilitas, variabilitas dan analisis kekerabatan genetik pada 15 genotip pisang (Musa paradisiaca) varietas ambon asal Jawa Barat berdasarkan karakter morfologi di Jatinangor Ismail, Ade; Wicaksana, Noladhi; Daulati, Z.
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.752 KB)

Abstract

Heritabilitas, variabilitas, dan kekerabatan dari suatu populasi sangat penting dalam pera-kitan kultivar unggul pisang. Parameter genetik tersebut merupakan langkah awal dalam suatu kegiatan seleksi pada populasi pisang ambon ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai hertitabilitas, variabilitas, dan hubungan kekerabatan 15 genotip pisang ambon. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan metode eksperimen dengan tata ruang Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan ulangan dua kali. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Unpad Jatinangor, dengan ketinggian 753 m di atas permukaan laut (dpl). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Februari 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas pada semua karakter 15 genotip pisang ambon memiliki nilai yang rendah yang artinya bahwa lingkungan berpengaruh besar terhadap pertum-buhan dan perkembangan tanaman pisang, sedangkan pengaruh genetiknya kecil. Variabilitas genetik yang luas terlihat pada karakter lebar helai daun dan rhizoma (anakan). Sedangkan variabilitas genetik yang sempit terdapat pada karakter panjang petiole. Karakter lebar helai daun dan rhizoma (anakan) dapat mempermudah efektifnya program seleksi. Kemudian pada analisis kekerabatan genetik dari ke-15 genotip pisang ambon asal Jawa Barat, hanya genotip AB13 yang memiliki kekerabatan genetik yang jauh dari genotip lain, berdasarkan jarak koefisien Euclidian dalam karakter kualitatif.Kata kunci: Analisis kekerabatan genetik ∙ Heritabilitas ∙ Jawa Barat ∙ Pisang ambon ∙ variabilitas 
Respon beberapa klon bibit kina (Chinchona sp) asal setek sambung dua spesies di berbagai media tanam Maxiselly, Yudithia; Shohibboniawan, Ahmad; Sutari, Wawan; Wicaksana, Noladhi; Syahrian, Heri
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.878 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.14450

Abstract

Kina merupakan tanaman yang selama ini dimanfaatkan sebagai obat berbagai penyakit, seperti malaria dan jantung karena memiliki kandungan alkaloid yang beragam. Peningkatan produktifitas tanaman kina dibutuhkan untuk menunjang kuantitas dan kualitas obat bahan alam. Salah satu factor penting dalam kualitas tanaman kina adalah bahan tanam yang baik. Bahan tanam juga didukung dengan kecocokan media tanam. Media tanam yang selama ini digunakan pada pembibitan kina memiliki kendala di bobot media sehingga sulit untuk pendistribusian bibit. Penelitian ini bertujuan mencari media baru yang cocok untuk bahan tanam kina. Bahan tanam menggunakan 6 klon kina succi yang disambung dengan 1 jenis kina ledger pada 5 media tanam. Metode experiment menggunakan RAK sederhana yang diulang 2 kali. Pengamatan meliputi persentasi hidup, tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, dan jumlah tunas yang diamati saat bibit kina berumur 3 bulan. Hasil pengamatan menunjukkanterdapat pengaruh pada presentasi hidup dan diameter batang. Klon 1, 4, dan 5 menunjukkan respon baik diberbagai media tanam pada variable tersebut Hasil penelitian ini menunjukkan adanya potensi media yang dapat menggantikan media tanam kina yang selama ini digunakan. Kata Kunci : C.ledgeriana, C.succirubra, Fluff, Topsoil,
Hasil benih empat kultivar kedelai yang ditanam di dataran medium dan dataran tinggi Sumadi, Sumadi; Kadapi, Muhammad; Nuraeni, Anne; Wicaksana, Noladhi; Rachmadi, Meddy; Rodiah, S
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Fakultas Pertanian UNPAD

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.69 KB) | DOI: 10.24198/kltv.v16i3.13224

Abstract

ABSTRAK                    Pertumbuhan  dan  hasil suatu tanaman merupakan hasil interaksi antara karakter genetik setiap kultivar dengan lingkungan tumbuhnya. Tujuan penelitian ini adalah  menetapkan kultivar kedelai yang paling cocok ditanam pada musim hujan di dataran medium ( ± 753 m dpl)  dan dataran tinggi ( ± 1200 m dpl) . Penelitian merupakan percobaan lapangan dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2016. Percobaan dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok sederhana  yang menguji kultivar meliputi Anjasmoro,  Argomulyo , Arjasari dan Grobogan yang diulang 5 (lima) kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum potensi hasil kedelai di dataran medium hasilnya lebih tingggi dibandingkan  yang ditanam di dataran tinggi. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari hasinya secara nyata lebih tinggi dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo, baik yang ditanam di dataran tinggi maupun dataran medium. Masing-masing 16.96 g, 14.41 g, 8. 21g dan 7.40 g yang ditanam di datarn medium atau setara dengan 2.71 , 2.31 , 1.31  dan 1.20 ha-1, sedangkan yang ditanam di dataran tinggi sebesar 1.09, 0.99, 0.67 dan 0.85 ton ha-1. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari merupakan kultivar kedele yang lebih adaptif dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo. Ukuran biji kultivar Grobogan  paling besar dibandingkan ketiga kultivar lainnya, tetapi hasilnya paling rendah. Walaupun demikian  tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Kata kunci : kedele, kultivar , dataran medium, dataran tinggi, hasil benih 
Gene Pyramiding for Brown Planthopper Resistance-related Traits, Early Maturity and Aroma of Rice Assisted by Molecular and Phenotypic Markers Carsono, Nono; Utami, Riski Gusri; Sari, Santika; Wicaksana, Noladhi
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 4 No 2 (2020): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/agrosainstek.v4i2.158

Abstract

The brown planthopper (BPH)-resistant rice, early maturity, and aromatic are expected by both farmers and consumers. The traits have been combined through gene pyramiding and some promising rice genotypes obtained. However the genetic control of BPH resistance and maturity is quantitatively inherited, it is therefore both molecular and phenotypic assessments would be tremendously helpful in selecting promising genotypes. The study aimed to obtain genotypes with such valuable traits. Rice lines were analyzed using molecular markers i.e., RM586, RM589, RM8213 (BPH resistant gene markers); RM7610 and RM19414 (early maturity markers), and IFAP (Internal Fragrant Antisense Primer) for detecting aromatic, and INSP (Internal Non-fragrant Sense Primer) for non-aromatic rice. Phenotypic assessment was performed for brown planthopper resistant-related traits, such as chlorophyll content, stomatal conductance, and trichome density. Other evaluations were heading date and aroma (using 1.7% KOH solution). Results showed that molecular markers for evaluating BPH resistance genes (Bph3, Bph4, Qbph4, and Bph17), aroma (fgr gene), and heading date (Hd2 and Hd3 genes) could differentiate genotypes, and they serve as perfect markers, except for heading date markers. Seven genotypes i.e., #2, #3, #4, #5, #6, #10, and #11 were related to all traits expected based on molecular marker analysis. Meanwhile, genotypes #1, #2, #4, #6, and #11 were similar to their parents based on phenotypic analysis. Pyramiding program based on molecular and phenotypic markers enables us to combine three valuable traits into one rice genotype as presented in this study
Stabilitas Hasil Calon Varietas Jagung Hibrida Toleran Nitrogen Rendah Priyanto, Slamet Bambang; Wicaksana, Noladhi; Rachmadi, Meddy
AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian Vol 5 No 1 (2021): AGROSAINSTEK: Jurnal Ilmu dan Teknologi Pertanian
Publisher : Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.344 KB) | DOI: 10.33019/agrosainstek.v5i1.203

Abstract

The improvement of low nitrogen tolerant hybrid maize face on genotype x environment the genotype x environment interaction caused a genotype unable to maintain its appearance under suboptimal conditions. it caused the breeders difficult to choose varieties that are stable at optimal and suboptimal conditions. The using of simultaneous stability analysis methods can provide more authentic stability information. This study aims to 1) determine the yield stability of the promising low N tolerance hybrid maize varieties, 2) to obtain varieties that have high yield and stability and under optimal and sub-optimal conditions. This research was conducted at Bajeng Experimental farm, Gowa, South Sulawesi. The research was arranged in a split-plot design with two replications. Three levels of fertilizer N (N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 100 kg N ha-1 and N2 = 200 kg N ha-1) as the main plot and 39 genotypes of maize (36 hybrids resulting from crosses of low N and 3 checks varieties Nasa 29, Bisi 18 and Jakorin 1) as the subplot. The variable measured was grain yield. The yield stability analyses were performed by Francis and Kannenberg, Finlay and Wilkinson, Eberhart and Russel, and GGE Biplot methods. The results showed that there were no genotypes stable in overall the four methods, but three genotypes considered as stable genotype based on two methods. H5, H6 and H15 genotype were the genotypes with high stability and high yield. The three genotypes had the opportunity to be released as a low Nitrogen tolerant maize hybrid.
Heritabilitas, variabilitas dan analisis kekerabatan genetik pada 15 genotip pisang (Musa paradisiaca) varietas ambon asal Jawa Barat berdasarkan karakter morfologi di Jatinangor Ade Ismail; Noladhi Wicaksana; Z. Daulati
Kultivasi Vol 14, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.752 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v14i1.12091

Abstract

Heritabilitas, variabilitas, dan kekerabatan dari suatu populasi sangat penting dalam pera-kitan kultivar unggul pisang. Parameter genetik tersebut merupakan langkah awal dalam suatu kegiatan seleksi pada populasi pisang ambon ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mengestimasi nilai hertitabilitas, variabilitas, dan hubungan kekerabatan 15 genotip pisang ambon. Adapun metode penelitian yang digunakan merupakan metode eksperimen dengan tata ruang Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan ulangan dua kali. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Ciparanje, Unpad Jatinangor, dengan ketinggian 753 m di atas permukaan laut (dpl). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan bulan Februari 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai heritabilitas pada semua karakter 15 genotip pisang ambon memiliki nilai yang rendah yang artinya bahwa lingkungan berpengaruh besar terhadap pertum-buhan dan perkembangan tanaman pisang, sedangkan pengaruh genetiknya kecil. Variabilitas genetik yang luas terlihat pada karakter lebar helai daun dan rhizoma (anakan). Sedangkan variabilitas genetik yang sempit terdapat pada karakter panjang petiole. Karakter lebar helai daun dan rhizoma (anakan) dapat mempermudah efektifnya program seleksi. Kemudian pada analisis kekerabatan genetik dari ke-15 genotip pisang ambon asal Jawa Barat, hanya genotip AB13 yang memiliki kekerabatan genetik yang jauh dari genotip lain, berdasarkan jarak koefisien Euclidian dalam karakter kualitatif.Kata kunci: Analisis kekerabatan genetik ∙ Heritabilitas ∙ Jawa Barat ∙ Pisang ambon ∙ variabilitas 
Evaluasi kegenjahan dan daya hasil jagung manis hibrida Indonesia menggunakan analisis GGE biplot pada lingkungan yang berbeda Dedi Ruswandi; Jajang Supriatna; Edi Suryadi; Nyimas Poppi Indriani; Noladhi Wicaksana; Muhammad Syafii
Kultivasi Vol 20, No 2 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i2.32748

Abstract

AbstrakUji multilokasi merupakan fase yang penting dalam menyeleksi hibrida jagung yang stabil pada lingkungan yang luas dan menyeleksi hibrida superior untuk lokasi spesifik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kegenjahan dan daya hasil hibrida Padjadjaran, serta menentukan interaksi genotip dengan lingkungan (G x E), stabilitas, dan adaptabilitas karakter kegenjahan hibrida Padjadjaran di tiga lokasi selama dua musim yang berbeda di Jawa Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan  delapan belas perlakuan yang terdiri dari enam belas hibrida Padjadjaran dan dua kultivar cek. Percobaan dilaksanakan selama dua tahun berturut- turut yaitu tahun ke-1 (Maret sampai Juli, 2014) dan tahun ke-2 (Maret sampai Juli, 2015) di tiga lokasi di Jawa Barat, yaitu: Jatinangor - Sumedang, Lembang - Kabupaten Bandung Barat, dan Wanayasa - Kabupaten Purwakarta. Uji lanjut yang digunakan untuk mengetahui perbedaan nilai rerata kegenjahan dan daya hasil digunakan analisis Duncan Multiple Range Test (DMRT), sedangkan untuk menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas menggunakan Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot. Hasil memperlihatkan bahwa analisis GGE dapat menentukan interaksi G x E, stabilitas, dan adaptabilitas jagung manis hibrida Indonesia di Jawa Barat secara akurat. Model GGE disarankan untuk dapat digunakan sebagai aplikasi analisis untuk perilisan hibrida unggul di Indonesia oleh Kementerian Pertanian.Kata Kunci: Adaptabilitas, Interaksi  G x E, kegenjahan, Stabilitas Abstract. Multi-environment testing is an important stage to select stable hybrid for broad environment and to select superior hybrid for a specific environment. To determined G x E (Genotype x Environment) interaction, stability and adaptability of Padjadjaran sweet corn in Indonesia, sixteen new Padjadjaran sweetcorn hybrids and two commercial hybrids were tested in three locations for two different seasons in West Java, Indonesia. Duncan multiple range was used to elaborate the difference between sweetcorn hybrids for short duration and yield, while Genotype plus Genotype x Environment (GGE) biplot analysis was used to determine G x E interaction, stability, and adaptability. Results showed that GGE analysis was accurately determined G x E interaction, stability, and adaptability of Indonesian sweet corn in West Java. The GGE model is suggested to implement as a tool for Ministry of Agriculture  to release superior hybrid in Indonesia.Keywords: Adaptability, G x E interaction, Short duration, Stability
Periode inkubasi, tingkat keparahan, dan ketahanan sepuluh genotipe padi harapan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV, dan VIII Nono Carsono; Anggita Dewi; Noladhi Wicaksana; Santika Sari
Kultivasi Vol 20, No 3 (2021): Jurnal Kultivasi
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/kultivasi.v20i3.33373

Abstract

AbstrakGenotipe padi harapan dari UNPAD memiliki keunggulan pada daya hasil, tahan terhadap wereng coklat, memiliki amilosa sedang, aromatik dan kualitas bulir yang sangat baik. Pengujian ketahanan genotipe padi harapan yang berasal dari hasil seleksi molekuler dan fenotipik terhadap penyakit hawar daun bakteri (HDB) sangatlah dibutuhkan, karena ketahanan terhadap penyakit ini merupakan salah satu syarat pelepasan varietas padi di Indonesia. Penyakit HDB disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo) merupakan penyakit penting yang sering menyerang tanaman padi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi potensi genotipe-genotipe padi yang tahan terhadap penyakit HDB yang disebabkan oleh Xoo strain III, IV, dan VIII di Rumah Kaca. Eksperimen ditata dalam rancangan Split Plot, dimana strain sebagai petak utama dan genotipe sebagai anak petak. Sepuluh genotipe padi dan tujuh varietas cek dievaluasi dengan menggunakan analisis varians dan uji Least Significant Increase (LSI). Hasil penelitian berdasarkan uji LSI menunjukkan seluruh karakter pengamatan, baik pengamatan periode inkubasi, keparahan penyakit dan jumlah stomata pada seluruh genotipe padi (SP101-3-1-5-2, SP101-3-1-5-8, SP101-3-1-19-26, SP101-3-1-38-4, SP87-1-1-7-10, SP101-3-1-19-27, SP101-3-1-38-25, SP87-1-1-7-7, PP48-5-24 dan PP48-5-1) tidak menampilkan perbedaan nyata dengan tetua (Sintanur, Pandanwangi, dan PTB 33) dan varietas cek (Ciherang, Inpari 32, IRBB7, dan TN1). Semua genotipe uji menunjukkan reaksi rentan pada strain III, dan sangat rentan pada strain IV dan VIII. Beberapa individu genotipe mendapatkan skor 1 dan 2 (tahan), hal tersebut dapat membuka kemungkinan ditemukannya genotipe yang tahan. Riset ini menunjukkan bahwa komposisi genotipe berpengaruh terhadap reaksi ketahanan terhadap hawar daun bakteri dan terdapat variasi virulensi HDB.Kata kunci:  Genotip ∙ Hawar daun ∙ Resisten ∙ Strain ∙ Xanthomonas oryzae pv. oryzaeAbstractThe promising rice genotype from UNPAD has advantages in yield, resistance to brown planthoppers, medium amylose content, aromatic, and excellent grain quality. Testing the resistance of the promising rice genotypes derived from the results of molecular and phenotypic selection against bacterial leaf blight (HDB) is very necessary, because resistance to this disease is one of the requirements for the release of rice varieties in Indonesia. Bacterial leaf blight (BLB) disease is caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), that is an important disease frequently attacks rice plants. The objectives of the research was to obtain rice promising genotypes that resistant to BLB disease strains III, IV and VIII in the greenhouse. The experiment was arranged in a split plot design, i.e., strains as the main plot and tested genotypes as subplot. There were 10 tested rice genotypes and 7 check varieties were evaluated by analysis of variance and Least Significant Increase (LSI) test. Based on LSI, it was found that resistance level, number of stomata, incubation period and disease severity were not significantly different on all tested genotypes (SP101-3-1-5-2, SP101-3-1-5-8, SP101-3- 1-19-26, SP101-3-1-38-4, SP87-1-1-7-10, SP101-3-1-19-27, SP101-3-1-38-25, SP87-1- 1-7-7, PP48-5-24 and PP48-5-1) as compared to parents (Sintanur, Pandanwangi, PTB 33) and check varieties (Ciherang, Inpari 32, IRBB7, TN1). All tested genotypes showed a susceptible reaction to the strain III, and highly susceptible to strains IV and VIII. However, there were some individual genotypes scored 1 and 2 (resistant), leading to high possibility to find resistant genotypes. The genetic composition of rice genotype affected the resistance reaction to BLB strains and variations in BLB virulence were also revealed.Keywords: Genotypes ∙ Bacterial leaf blight ∙ Resistance ∙ Strain ∙ Xanthomonas oryzae pv. oryzae 
Hasil benih empat kultivar kedelai yang ditanam di dataran medium dan dataran tinggi Sumadi Sumadi; Muhammad Kadapi; Anne Nuraeni; Noladhi Wicaksana; Meddy Rachmadi; S Rodiah
Kultivasi Vol 16, No 3 (2017)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (928.69 KB) | DOI: 10.24198/kultivasi.v16i3.13224

Abstract

ABSTRAK                    Pertumbuhan  dan  hasil suatu tanaman merupakan hasil interaksi antara karakter genetik setiap kultivar dengan lingkungan tumbuhnya. Tujuan penelitian ini adalah  menetapkan kultivar kedelai yang paling cocok ditanam pada musim hujan di dataran medium ( ± 753 m dpl)  dan dataran tinggi ( ± 1200 m dpl) . Penelitian merupakan percobaan lapangan dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2016. Percobaan dirancang dalam Rancangan Acak Kelompok sederhana  yang menguji kultivar meliputi Anjasmoro,  Argomulyo , Arjasari dan Grobogan yang diulang 5 (lima) kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa secara umum potensi hasil kedelai di dataran medium hasilnya lebih tingggi dibandingkan  yang ditanam di dataran tinggi. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari hasinya secara nyata lebih tinggi dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo, baik yang ditanam di dataran tinggi maupun dataran medium. Masing-masing 16.96 g, 14.41 g, 8. 21g dan 7.40 g yang ditanam di datarn medium atau setara dengan 2.71 , 2.31 , 1.31  dan 1.20 ha-1, sedangkan yang ditanam di dataran tinggi sebesar 1.09, 0.99, 0.67 dan 0.85 ton ha-1. Kultivar Anjasmoro dan Arjasari merupakan kultivar kedele yang lebih adaptif dibandingkan kultivar Grobogan dan Argomulyo. Ukuran biji kultivar Grobogan  paling besar dibandingkan ketiga kultivar lainnya, tetapi hasilnya paling rendah. Walaupun demikian  tidak berpengaruh secara nyata terhadap kualitas benih yang dihasilkan. Kata kunci : kedele, kultivar , dataran medium, dataran tinggi, hasil benih 
Co-Authors Achmad Baihaki Ade Ismail Ade Ismail Ade Ismail Agung Karuniawan Agung Rahmadi Agung Rahmadi Ahmad Shohibboniawan Anas Anas Anas Anas Anas Anas Anggita Dewi Anne Nuraeni Anne Nuraeni ANNE NURAINI Bambang Nurhadi Bayu Pradana Nur Rahmat Dedi Ruswandi Denny Sobardini Desy Lidiasari Dian Hidayat Edi Suryadi Elfan Waisimon Enceng Sobari, Enceng Erni Suminar Eryk Barlianto F, Feliatra Farida Farida Hafsah Ashri Noor Azizah Heri Syahrian Heri Syahrian Heri Syahrian, Heri Hiroshi Ezura Ineu Sulastrini Iteu M. Hidayat Iteu M. Hidayat Jajang Supriatna Janwar Eka Saputra Joko Pinilih Kadapi, Muhammad Kusumiyati Liberty Chaidir M. Khais Prayoga Maura Zhafira Putri Meddy Rachmadi Mita Indriani Moh Ali Abdullah Muhamad Joddy Ramadhan Muhamad Kadapi Muhammad Kadapi Muhammad Syafii Neni Rostini Nono Carsono Nono Carsono Nono Carsono Nono Carsono Nurmalita Waluyo Nurmalita Waluyo Nursuhud Nursuhud Nyimas Poppi Indriani Priyanto, Slamet Bambang Putri Ardhya Anindita Qurrota Aini Reisyi Rinola Tambunan Riski Gusri Utami Riski Gusri Utami Rodiah, S S Rodiah Safarinda Nurdianawati Santika Sari Santika Sari Santika Sari Shohibboniawan, Ahmad Siti Rakhmah Tenrisui Pakki Siti Rakhmah Tenrisui Pakki Siti Rodiah Slamet Bambang Priyanto Sulistyaningsih Sulistyaningsih SUMADI SUMADI Sumadi Sumadi Sumadi Sumadi Suseno Amien SYARIFUL MUBAROK Tarkus Suganda Tresna Kusuma Putri Vergel Concibido Wahyu Ferdiyansyah Wawan Sutari Yoana Saragih Yudithia Maxiselly Yudithia Maxiselly, Yudithia Yuyun Yuwariah Z. Daulati Z. Daulati, Z. Zulfatunnisa Zulfatunnisa