Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PELATIHAN BUDIDAYA METODE VERTICAL GARDEN DALAM MENGHADAPI MASA PANDEMI COVID 19 Muhammad Rizqi Zati; Murdhiani Murdhiani; Dhian Rosalina
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.34 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3006

Abstract

ABSTRAKKegiatan Pengabdian ini merupakan pelatihan menggunakan metode vertical garden dengan paralon sebagai media tanam Tujuan kegiatan adalah membina dan memberdayakan mitra dengan memotivasi bahwa pemanfaatan pekarangan rumah untuk bercocok tanam merupakan modal serta peluang dalam meningkatkan ekonomi keluarga. Metode budidaya vertical garden pada dasarnya adalah metode bercocok tanam dengan rangkaian tanaman yang ditanam di atas media tanam kemudian disusun secara vertikal, dan dapat digunakan secara mandiri di pekarangan serta dimanfaatkan menjadi apotik dan warung hidup, taman pekarangan akan membantu keluarga mengatasi turunnya daya beli sebagai akibat pandemik covid 19. Pengabdian dilaksanakan di gampong baroh Langsa Lama yang terletak di kecamatan Langsa Lama, kota Langsa, Aceh, metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan terhadap mitra. Dengan mitra pengabdian adalah 30 orang masyarakat buruh harian lepas di desa Baroh Langsa Lama, yang tidak memiliki penghasilan tetap, maka diharapkan kegiatan ini tepat sasaran meningkatkan ketahanan pangan mitra. Kesimpulan kegiatan ini adalah 1) Kegiatan ini membantu mitra memanfaatkan media tanam paralon untuk menanam sayur sayuran yang diperlukan keluarga, 2) Hasil dari kegiatan ini adalah mitra mampu membuat sendiri media tanam dari paralon, kemudian mitra dapat melakukan pembibitan sampai dengan panen hasil tanam. Kata kunci : budidaya metode vertical garden; ketahanan pangan. ABSTRACTThis activity is a training and empowerment using the vertical garden method with a paralon as a planting medium. The purpose of the activity is to empower partners with the motivation that the use of house yards for farming is an asset and an opportunity to improve the family economy.The Vertical Garden method is a farming technique with a series of plants planted on the planting medium and then arranged vertically, and can be used in the yard or in the house. Thus, it can help families overcome the impact of the recession as a result of the Covid 19 pandemik. This activity was carried out in the Baroh Langsa Lama village which is located in the Langsa Lama district. The methods used in this activity are outreach, training, and mentoring to partners. With daily laborers as activity partners, who live in the village of Baroh Langsa Lama, who do not have regular income, it is hoped that this activity will be right on target in increasing the partner's food security. The conclusions of this activity are as follows: 1) This activity helps partners utilize planting media such as paralon and so on to grow vegetables needed by the family, 2) The result of this activity is that partners are able to make their own planting media from Paralon, then partners can carry out seeds until the harvest of the planting results Keywords: cultivation of the vertical garden method; food security.
PELATIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING UKM TERASI KOTA LANGSA Muhammad Rizqi Zati; Murdhiani Murdhiani; Defry Basrin; Dyah Ayu Ardianti
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 1 (2022): Maret
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i1.7796

Abstract

ABSTRAKKota Langsa merupakan salah satu kota penghasil produk terasi  di pulau Sumatera. Kegiatan Pengabdian ini menemukan bahwa pada umumnya pelaku UKM terasi Kota Langsa masih melakukan kegikatan produksi secara manual, baik pada proses produksi maupun pengemasannya. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan kemampuan produksi mitra. Penetapan tujuan tersebut tidak lepas dari proses penggilingan mengandalkan penyewaan mesin penggiling, pencetakan terasi ala kadarnya, dan pengemasan yang relatif sederhana. Dari proses yang sederhana tersebut memakan waktu lebih lama dalam kegiatan produksinya. Mitra dalam pengabdian ini adalah pelaku usaha terasi di Desa Simpang Lhee Kota Langsa dengan nama Kelompok Usaha Nazwa yang memiliki tiga anggota dalam menjalankan usahanya. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini meliputi : a) observasi, b) pengadaan alat produksi, c)  pelatihan alat produksi, d) pelatihan pengemasan, e) Pelatihan pemasaran digital. Pelatihan teknologi produksi dilakukan dengan cara: Pertama mendesain dan mengadakan alat penggiling beserta mesin cetak terasi  sehingga mampu menetak terasi dengan lebih cepat. Kedua,  pelatihan pengemasan produk terasi yang lebih kreatif dan inovatif dengan mengandalkan sumberdaya yang dimiliki mitra. Ketiga, melatih pemasaran produk terasi menggunakan media sosial. Dari hasil pelatihan dalam kegiatan pengabdian, mitra mampu melakukan kegiatan produksi dengan lebih efisien dan mampu menjual produk terasi dengan cakupan wilayah yang lebih luas ke luar Langsa dan Aceh sampai dengan dua puluh persen. Kata kunci: peningkatan produksi; mesin penggiling; pencetakan terasi; pemasaran digital ABSTRACTLangsa City is one of the cities producing shrimp paste products on the island of Sumatra. This community service activity found that in general, the small and medium-sized enterprises in Langsa City still carry out production activities manually, both in the production process and packaging. It can be seen that the milling process relies on the rental of grinding machines, perfunctory shrimp paste printing, and relatively simple packaging. From this simple process, it takes longer in production activities. Partners in this activity are shrimp paste business actors in Simpang Lhee Village, Langsa City with the name Nazwa Business. The solution provided by the team  in increasing the competitiveness of shrimp paste business actors is a digital marketing and production technology training approach. Production technology training is carried out by First, designing and procuring a grinder and a shrimp paste printing machine so that they can print shrimp paste faster. Second, training on shrimp paste product packaging that is more creative and innovative by relying on partners' resources. Third, train the marketing of shrimp paste products using social media. From the results of training in service activities, partners can carry out production activities more efficiently and can sell shrimp paste products with a wider area coverage outside Langsa and Aceh. Keywords: Production increase; grinding machine; shrimp paste printing; digital marketing
Komposisi Limbah Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Pembuatan Biodegradable Film Maria Heviyanti; Murdhiani Murdhiani; Rina Maharany
Agroteknika Vol 4 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/agroteknika.v4i2.86

Abstract

Makanan olahan saat ini umumnya menggunakan bahan kemasan plastic sintetis. Penggunaan plastic sintetis untuk kemasan makanan olahan dapat meningkatkan pencemaran lingkungan karena sulitnya terdegradasi oleh alam. biodegradable film adalah solusi kemasan plastik yang ramah lingkungan. Biodegradable film merupakan plastic organik yang dapat dengan mudah terurai didalam tanah karena terbuat dari polimer hasil pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi bahan yang tepat agar mendapatkan biodegradable film yang berkualita ssebagai bahan kemasan makanan olahan. Pembuatan biodegradable film dimulai dengan pengumpulan ampas tebu dan pelepahnya yang kemudian dipotong dengan ukuran kecil agar mudah dihaluskan untuk mendapatkan selulosa. Selulosa yang dihasilkan direndam dengan NaOH, kemudian hasil rendaman disaring dan ditambah gliserol sebagai plasticer dan CMC sebagai stabilizer, lalu dicetak dan dijemur. Selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium sebelum diaplikasikan ke lapangan dan selanjutnya dapat di produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodegradable film yang baik terdapat pada perlakuan B1 dengan komposisi 75% ampas tebu dan 25% pelepah tebu dengan nilai parameter kuat tarik adalah 0,71 Mpa dan masih dibawah nilai standarisasi plastic biodegradable yaitu 1-10 Mpa. Biodegradable film yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai kemasan produk-produk ringan.
Faktor – Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Daya SaingBuahApel Khas Aceh di Kota Langsa Dhian Rosalina; M. Rizqi Zati; Murdhiani Murdhiani; Kartika Yuliari
JURNAL AGRICA Vol 13, No 2 (2020): JURNAL AGRICA
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/agrica.v13i2.3972

Abstract

Buah Apel Aceh merupakan hasil dari konsep kawin silang mentimun dan melon, dengan bentuk menyerupai apel dengan warna khas putih, dan rasa manis khas menyerupai buah melon dan metimun. Apel Aceh belum banyak dikenal secara nasional, dengan pemasaran yang masih terbatas yakni sampai dengan Palembang, dikarenakan pembudidaya apel aceh masih sedikit dan belum populer untuk dikembangkan. Apel aceh memiliki potensi secara ekonomi untuk dikembangkan baik berupa buah segar maupun olahan, karena merupakan salah buah khas yang mudah ditemukan di Aceh.Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor – faktor apakah yang mempengaruhi daya saing apel khas aceh, menganalisis faktor apakah yang dominan mempengaruhi daya saing apel khas aceh, ditinjau dari persepsi konsumen.Metode Penelitian ini menggunakan pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA), populasi dalam penelitian ini adalah warga Kota Langsa yang sedang berada di sejumlah supermarket dan pasar tradisional, jumlah responden adalah 100 orang dengan metode purposive sampling.Hasil dari penelitian ini adalah dari delapan item yang berpengaruh terhadap daya saing apel khas Aceh, terbentuk menjadi dua faktor utama yaitu faktor kualitas buah dan faktor harga dengan pengaruh mencapai lima puluh persen. Dan faktor kualitas buah mempunyai pengaruh  dominan dengan skor eigenvalue dua koma lima enam.
MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETERNAK LELE MELALUI BUDIDAYA MAGGOT SEBAGAI PAKAN ALAMI DI DESA TANAH BERONGGA ACEH TAMIANG Nasrul Kahfi Lubis; Dhian Rosalina; Murdhiani Murdhiani
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 3 (2022): September
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i3.10110

Abstract

ABSTRAKDalam kegiatan ternak lele, pakan adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh peternak. Pakan ternak yang berkualitas adalah bagian tak terpisahkan dan menjadi faktor penentu keberhasilan industri peternakan. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah peningkatan kemampuan atau skill baru  mitra dalam melakukan budidaya maggot dengan baik dan benar, sehingga mampu  meningkatkan kesejahteraan mitra. Kegiatan ini menggunakan metode ceramah dan  praktek budidaya. Tahapan kegiatan terdiri dari perizinan, sosialisasi kegiatan, penyuluhan potensi ekonomi maggot kepada mitra, pelatihan dan praktek budidaya maggot, dan evaluasi. Jumlah peternak yang menjadi mitra adalah dua puluh satu peternak ikan lele. Hasil dari kegiatan pengabdian adalah adanya pengetahuan memanfaatkan maggot sebagai pakan dan terdapat 23 % atau lima peternak lele mempraktikkan budidaya maggot sebagai alternatif pakan ternak. Kata kunci: maggot; pakan alami ABSTRACTFish farmers always face the high cost of fish feed. Quality fish feed is an integral part and a determining factor for the success of the livestock industry. The purpose of this community service activity is to increase the ability and provide skills of partners in properly cultivating maggot. With proper cultivation, farmers are able to improve the welfare of partners. This activity uses discussion methods and cultivation practices. The activity stages consist of licensing, socialization of activities, counseling on the economic potential of maggot to partners, training and practice of maggot cultivation, and evaluation. The number of breeders who become partners are twenty-one catfish farmers. The results of the service activities are the knowledge of using maggot feed and there are 23% or five catfish farmers practicing maggot cultivation as an alternative to animal feed. Keywords: maggot; natural feed
PEMBUATAN DAN UJI POLYBAG DARI BEBERAPA BAHAN BAKU SAMPAH ORGANIK Muhammad Zhafran Al Murtadha; Murdhiani Murdhiani; Ainul Mardiyah
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 5, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membuat polybag organik dari beberapa bahan baku sampah organik dan mengetahui jenis terbaik untuk pembuatan polybag organik. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca fakultas Pertanian Universitas Samudra dan Laboratorium Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Samudra, Kota Langsa, Provinsi Aceh yang berlangsung pada bulan Maret sampai Juni 2021. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non faktorial dengan tiga kali ulangan dan menggunakan beberapa bahan baku yang terdiri dari ampas tebu, eceng gondok, jerami padi, klobot jagung, pelepah pisang, sabut kelapa dan tandan kosong kelapa sawit. Bahan baku yang digunakan sebanyak 1 kg sampah organik dan 20 gr NaOH. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu ph polybag organik, kadari air polybag organik dan massa polybag Organik.Hasil Penelitian menunjukan bahwa jenis bahan organik berpengaruh sangat nyata terhadap parameter massa dan berbeda nyata terhadap pH dan kadar air untuk parameter pH bahan baku dari ampas tebu (M1) merupakan perlakuan terbaik, Adapun untuk parameter massa polybag perlakuan terbaik didapatkan pada bahan sabut kelapa (M6) sedangkan untuk parameter kadar air polybag perlakuan terbaik dijumpai pada bahan baku klobot jagung (M4) berdasarkan hasil penelitian untuk menghasilkan polybag organik terbaik disarankan menggunakan bahan baku ampas tebu (M1).