Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

Aplikasi Teknologi Proliga (Produksi Lipat Ganda) untuk Penanaman Beberapa Varietas Unggul Cabai Merah Keriting (Capsicum annuum L.) pada Lahan Marginal Murdhiani Murdhiani; Maria Heviyanti; Silvia Anzitha; Rina Maharany
Agrikultura Vol 32, No 2 (2021): Agustus, 2021
Publisher : Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/agrikultura.v32i2.34722

Abstract

Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Teknologi Proliga (Produksi Lipat Ganda) merupakan suatu paket teknologi yang tujuannya melipatgandakan produksi cabai baik pada saat on season maupun saat off season. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat adaptasi, pertumbuhan dan perkembangan serta produksi dari beberapa varietas cabai merah yang dibudidayakan pada lahan marginal melalui penerapan teknologi Proliga. Penelitian ini menerapkan lima komponen teknologi proliga yaitu penggunaan varietas unggul, persemaian sehat dengan pemangkasan pucuk, meningkatkan populasi tanaman dengan sistem tanam dua satu zig zag, pengolahan tanah dan pemupukan, serta pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Varietas-varietas unggul cabai merah keriting yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Lado F1, PM 999 F1, Taro F1 dan Kastilo F1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Lado F1, PM 999 F1, Taro F1 dan Kastilo F1 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST), umur berbunga dan jumlah cabang umur 5 MST, akan tetapi berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang umur 4 MST. Jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan V2 (Varietas PM 999 F1) yaitu 57,50 cabang. Produksi cabai merah per plot plot tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas PM 999 F1) dengan berat buah per plot yaitu 267,88 g. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari empat varietas unggul cabai merah yang di tanam pada lahan marginal dengan menerapkan teknologi proliga, varietas PM 999 F1 merupakan varietas unggul cabai merah keriting yang mampu beradaptasi pada lahan marginal.m keluarga tanaman Solanaceae merupakan salah satu tanaman sayuran penting di Indonesia. Teknologi Proliga (Produksi Lipat Ganda) merupakan suatu paket teknologi yang tujuannya melipatgandakan produksi cabai baik pada saat on season maupun saat off season. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat adaptasi, pertumbuhan dan perkembangan serta produksi dari beberapa varietas cabai merah yang dibudidayakan pada lahan marginal melalui penerapan teknologi Proliga. Penelitian ini menerapkan lima komponen teknologi proliga yaitu penggunaan varietas unggul, persemaian sehat dengan pemangkasan pucuk, meningkatkan populasi tanaman dengan sistem tanam dua satu zig zag, pengolahan tanah dan pemupukan, serta pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Varietas-varietas unggul cabai merah keriting yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Lado F1, PM 999 F1, Taro F1 dan Kastilo F1. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas Lado F1, PM 999 F1, Taro F1 dan Kastilo F1 berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman umur 2 dan 4 minggu setelah tanam (MST), umur berbunga dan jumlah cabang umur 5 MST, akan tetapi berpengaruh nyata pada parameter jumlah cabang umur 4 MST. Jumlah cabang terbanyak terdapat pada perlakuan V2 (Varietas PM 999 F1) yaitu 57,50 cabang. Produksi cabai merah per plot plot tertinggi terdapat pada perlakuan V2 (Varietas PM 999 F1) dengan berat buah per plot yaitu 267,88 g. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dari empat varietas unggul cabai merah yang di tanam pada lahan marginal dengan menerapkan teknologi proliga, varietas PM 999 F1 merupakan varietas unggul cabai merah keriting yang mampu beradaptasi pada lahan marginal.
Komposisi Limbah Tebu (Saccharum officinarum L.) pada Pembuatan Biodegradable Film Maria Heviyanti; Murdhiani Murdhiani; Rina Maharany
Agroteknika Vol 4 No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Green Engineering Society

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32530/agroteknika.v4i2.86

Abstract

Makanan olahan saat ini umumnya menggunakan bahan kemasan plastic sintetis. Penggunaan plastic sintetis untuk kemasan makanan olahan dapat meningkatkan pencemaran lingkungan karena sulitnya terdegradasi oleh alam. biodegradable film adalah solusi kemasan plastik yang ramah lingkungan. Biodegradable film merupakan plastic organik yang dapat dengan mudah terurai didalam tanah karena terbuat dari polimer hasil pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan komposisi bahan yang tepat agar mendapatkan biodegradable film yang berkualita ssebagai bahan kemasan makanan olahan. Pembuatan biodegradable film dimulai dengan pengumpulan ampas tebu dan pelepahnya yang kemudian dipotong dengan ukuran kecil agar mudah dihaluskan untuk mendapatkan selulosa. Selulosa yang dihasilkan direndam dengan NaOH, kemudian hasil rendaman disaring dan ditambah gliserol sebagai plasticer dan CMC sebagai stabilizer, lalu dicetak dan dijemur. Selanjutnya dilakukan pengujian di laboratorium sebelum diaplikasikan ke lapangan dan selanjutnya dapat di produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biodegradable film yang baik terdapat pada perlakuan B1 dengan komposisi 75% ampas tebu dan 25% pelepah tebu dengan nilai parameter kuat tarik adalah 0,71 Mpa dan masih dibawah nilai standarisasi plastic biodegradable yaitu 1-10 Mpa. Biodegradable film yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai kemasan produk-produk ringan.
KONDOMISASI BUAH KAKAO (Theobroma cacao Linnaeus) DI DESA MATANG ARA JAWA, KECAMATAN MANYAK PAYED, KABUPATEN ACEH TAMIANG Maria Heviyanti; Fiddini Alham; Astri Afriani
Global Science Society Vol 2 No 2 (2020): Global Science Society (GSS) Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada Masyaraka
Publisher : LPPM dan PM Universitas Samudra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Helopeltis spp is one of the major pests in cocoa plantation that caused loss of young pods and damage to branches and twigs. Farmers usually used chemical insecticide to control the pests that can cause pesticide resistance, resurgence, and secondary pest outbreak. Integrated pest management is the alternative pest control method as a long term prevention of pests with the combination of techniques. Sarungisasi (condomization) is the prevention of pests attack in cocoa pod. Community service program is the implementation of science, technology, and culture of art to the community. Partners of the community service program are Datok penghulu, farmers, and extension agent in Matang Ara Jawa District. This program was designed as a response to the problems of low cocoa pod production due to cacao sucking-pod bugs that cause young pod become rotten and fall easily. Through condomization cacao pod will suppress the pod sucking-bugs attack on cacao plantation. By the implementation of pilot programs, training, demonstration, expanding networks, and making the Matang Ara Java as an area free from Helopeltis spp. The entire process of science and technology transfer is carried out with the pattern of education, training and assistance includes: socialization, training, and asistance for Matang Ara Jawa Farmers. The output of community service program at Matang Ara Jawa District is farmer understads of cocoa pod condomization, increase cocoa pod production with good quality and quantity, increased income of farmers.
Pengaruh Intensitas Serangan Hama Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snell) Terhadap Kehilangan Hasil Kakao Di Kecamatan Pantee Bidari Ibnu Yudiansyah; Cut Mulyani; Maria Heviyanti
Agrium Vol 18, No 1 (2021)
Publisher : Faculty of Agriculture, Universitas Malikussaleh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29103/agrium.v18i1.3835

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh intensitas serangan hama  penggerek buah kakao terhadap kehilangan hasil  kakao di Kecamatan Pantee Bidari. Penelitian ini menggunakan metode survei, penentuan sampel dilakukan secara “Purposive” yang dilaksanakan di tiga desa yaitu Desa Buket Bata, Seuneubok Tuha dan Pante Rambong mulai dari bulan Desember 2019 sampai bulan Januari 2020. Pada masing-masing kriteria kebun yang diamati, persentase dan intensitas serangan hama penggerek buah kakao menunjukan tingkatan yang berbeda, hal ini disebabkan oleh rendahnya kelembaban kebun yang memicu tingginya aktivitas hama PBK. Rerata persentase serangan dan intensitas serangan hama penggerek buah kakao tertinggi yaitu pada kebun yang tidak dirawat dengan nilai masing-masing 72,8% dan 61,7,% yang terendah yaitu pada kebun yang mempraktikkan pengendalian hama terpadu dengan nilai masing-masing 25% dan 5,2%. Rerata intensitas serangan pada seluruh kebun yang diamati yaitu 29%. Sedangkan kehilangan hasil akibat meningkatnya intensitas serangan hama penggerek buah kakao mencapai 333,5 Kg/ha/Tahun atau 50,02%. Kata Kunci; Kakao, Penggerek Buah Kakao, Pengendalian Hama Terpadu
PENGARUH JARAK TANAM DAN INTERVAL PENYEMPROTAN EKSTRAK DAUN Muntingia calabura TERHADAP HAMA Spodoptera litura, F PADA BUNGA KOL (Brassica oleracea, L) Cut Mulyani; Maria Heviyanti; Ichan Hardiansyah
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 6 No 1 (2019): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (100.255 KB) | DOI: 10.33059/jupas.v6i1.1502

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam bunga kol Brassica oleracea, L dan interval penyemprotan ekstrak daun Muntingia calabura terhadap hama Spodoptera litura, F pada tanaman bunga kol. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Paya Bujok Braumoe, Kecamatan Langsa Barat, Kota Langsa, Penelitian ini dimulai pada Bulan Januari hingga Maret 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, yang terdiri dari 2 faktor yaitu; faktor interval penyemprotan (I) yang terdiri dari 3 taraf, yaitu I1 = 4 MST, I2 = 6 MST dan I3 = 8 MST. Faktor kedua jarak tanam (J) J1= 40 x 40 cm, J2 = 50 x 50 cm, dan J3= 60 x 60cm. Parameter yang diamati dalam penelitian ini yaitu tinggi tanaman,lingkaran krop bunga kol, bobot krop dan intensitas serangan. Hasil penelitian menunjukan interval penyemprotan ekstrak daun kersen berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14, 21, dan 28 HST dan bobot krpo, berpengaruh nyata terhadap lingkaran krop. Jenis interval penyemprotan terbaik dijumpai pada perlakuan I3(8 MST). Jarak tanam bunga kol berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 14 HST, bobot krop, dan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman umur 21 dan 28 HST, diameter krop. Jarak tanam terbaik dijumpai pada perlakuan J3 (60 x 60). Interaksi interval penyemprotan dan pengaruh jarak tanam berpengaruh sangat nyata pada pengamatan tinggi tanaman umur 14 HST, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter lainnya. Kombinasi perlakuan terbaik dijumpai pada perlakuan I3J3 (8 MST dan 60 x 60 cm). Berdasarkan hasil penelitian ini, untuk mengendalikan hama ulat (Spodoptera litura, F) pada tanaman bunga kol disarankan menggunakan interval penyemprotan ekstrak daun kersen dengan penyemprotan tiga kali penyemprotan dalam satu minggu dan menggunakan jarak tanam 60 x 60 cm untuk mendapatkan pertumbuhan dan hasil yang optimal.
ANALISIS TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT BUSUK BATANG PADA TANAMAN BUAH NAGA MERAH (Hylocereus Polyrhizus) DI DESA SUNGAI KURUK TIGA, ACEH TAMIANG Maria Heviyanti; Adnan; Vitia Cahyono
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 8 No 1 (2021): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.28 KB) | DOI: 10.33059/jupas.v8i1.3720

Abstract

Tanaman buah naga (Hylocereus polyrhizus) mampu beradaptasi pada berbagai jenis iklim. Buah yang berasal dari Amerika ini termasuk kedalam jenis tanaman kaktus. Desa Sungaii Kuruk Tiga, Kabupaten Aceh Tamiang adalah desa yang menjadi pusat penanaman buah naga. Dalam budidaya buah naga salah satu masalah yang dihadapi petani adalah serangan pathogen penyebab penyakit. Salah satu penyakit yang menyerang tanaman buah naga merah di Desa Sungaii Kuruk Tiga adalah serangan penyakit busuk batang yang disebabkan oleh pathogen Erwinia sp. Tujuan penelitian adalah menganalisis tingkat keparahan penyakit dan persentase serangan penyakit busuk batang tanaman buah naga merah. Analisis tingkat keparahan penyakit dilaksanakan pada empat dusun di desa Sungai Kuruk Tiga yaitu Dusun Bakti, Dusun Tengah, Dusun Depan dan Dusun Keluarga. Metode yang digunakan adalah metode survey dimana lokasi ditentukan secara purposive sampling method. Hasil pengamatan yang diperoleh menunjukkan bahwa persentase serangan penyakit busuk batang pada setiap dusun rata-rata mencapai 100%. Intensitas penyakit busuk batang tanaman buah naga pada empat dusun menunjukkan bahwa Intensitas serangan penyakit tertinggi terjadi di Dusun Keluarga (51%), diikuiti oleh Dusun Depan (47%), Dusun Tengah (38%) dan Dusun Bakti (21%). Rata-rata Intensitas serangan penyakit busuk batang lunak adalah 39,25%. Tingginya persentase serangan dan intensitas serangan penyakit ini diantaranya dikarenakan cara budidaya yang tidak tepat, sanitasi lingkungan yang buruk, tidak adanya perawatan lahan pertanaman, curah hujan dan kelembaban yang tinggi.
Effectiveness of gliocladium virens in controlling Fusarium oxysporum F. sp. capsici disease on chilli plant Astri Afriani; Maria Heviyanti; Fitra syawal Harahap
Jurnal Pertanian Tropik Vol. 6 No. 3 (2019): JURNAL PERTANIAN TROPIK
Publisher : Talenta Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.421 KB) | DOI: 10.32734/jpt.v6i3.3187

Abstract

Wilt disease which is caused by Fusarium oxysporum f. sp. capsici is one of the importantdiseases in chili plants that can reduce growth, fruits yield, quality, and chili production. Thisfungus comes inside the vascular bundle through the root tissue and quickly colonizes in xylemvessels and causing typical wilt symptoms on plants. In line with the development of organicfarming systems, biological control by using biological agents is the prospective method incontrolling diseases on the plant. Gliocladium virens are one of the biological agents that obstruct thespreading of disease. The aim of this study was to determine the effectiveness of Gliocladiumvirens in controlling Fusarium oxysporum f. Sp. Capsici on chili plant. This research usedrandomized block design with two factors: 1 The Time application of Gliocladium virens (W)factor; 2. Dosages of Gliocladium virens (D). The results show that on the treatment time ofapplication of Gliocladium virens W1 of 0.06, W2 of 0.05, W3 of 0.09 and W4 of 0.08 were notsignificantly different. The treatment given Gliocladium virens disease intensity at week 3 waslower that is equal to 0.125% compared to without treatment of G. virens (D0) the intensity ofthe disease at week 3 was higher at 1%.
Keanekaragaman Predator Serangga Hama Pada Tanaman Padi Sawah (Oryzae sativa, L.) di Desa Paya Rahat, Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang Maria Heviyanti; Cut Mulyani
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 3 No 2 (2016): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Padi merupakan bahan makanan pokok masyarakat Indonesia dan sangat banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia tidak terkecuali di Propinsi Aceh. Kebutuhan akan bahan pangan pokok ini jika tidak dapat terpenuhi maka berakibat menurunnya gizi masyarakat. Salah satu kendala utama dalam budi daya tanaman padi sawah adalah adanya serangan hama. Serangan hama di lahan persawahan dapat mengakibatkan terjadinya penurunan produksi yang cukup berarti. Salah satu cara mengatasi hal tersebut adalah dengan memanfaatkan agen-agen pengendalian hayati diantaranya adalah predator. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keanekaragaman predator serangga hama di pertanaman padi sawah pada fase vegetative di Desa Paya Rahat Kecamatan Banda Mulia, Kabupaten Aceh Tamiang. Inventarisasi predator serangga hama dilakukan dengan dua metode yaitu metode pengamatan langsung (visual Method) yang ditentukan secara purposive sampling method dan metode jarring ayun (Sweep Net). Jenis-jenis predator yang teramati pada areal penelitian terdapat 7 family predator yaitu Coccinelidae, Gerridae, Gryllidae, Coenagrionidae, Lycosidae, Staphylinidae, dan Tetragnathidae. Nilai keragaman (H’) predator pada fase vegetative pertanaman padi sawah termasuk dalam kategori rendah yaitu H’= 0.76.
PENGARUH PUPUK SP36 TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS DALAM SISTEM TANPA OLAH TANAH DAN OLAH TANAH SEMPURNA Maria Heviyanti; Hasanuddin Hasanuddin; Hasnah Hasnah; Syafrizal Syafrizal
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 2 No 2 (2015): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai laju tumbuh tanaman () dan indeks luas daun () dua mingguan semakin tinggi dengan meningkatkan dosis pupuk SP36 pada sistem tanpa olah tanah dan olah tanah sempurna. Sistem olah tanah mempengaruhi bobot kering gulma, bobot biji kering per tongkol, bobot biji kering per plot dan pupuk SP36 pada tanaman jagung mempengaruhi jumlah biji per tongkol. Sistem olah tanah sempurna dapat menurunkan bobot kering gulma serta meningkatkan bobot biji kering per tongkol, dan bobot biji kering per plot. Pupuk SP36 dengan dosis 669,99 kg ha-1 dapat meningkatkan bobot kering gulma, bobot biji kering per tongkol, jumlah biji per tongkol dan bobot biji kering per plot.
EFEKTIFITAS EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahogani Jacq.) TERHADAP MORTALITAS DAN RATA-RATA WAKTU KEMATIAN LARVA Plutella xylostella PADA TANAMAN SAWI Maria Heviyanti; Husni Husni; Alfian Rusdy
Jurnal Penelitian Agrosamudra Vol 3 No 1 (2016): Jurnal Penelitian Agrosamudra
Publisher : Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Plutella xylostella L. (Lepidoptera; plutellidae) merupakan hama yang sering menyerang tanaman sawi dan kubis. Larva P. xylostella ini meyerang tanaman yang masih muda di persemaian maupun tanamana yang ada di lapangan sehingga dapat mengakibatkan kerugian hingga 100%. Pestisida botani merupakan salah satu alternative pengandalian hama Plutella xylostella secara hayati. Penelitian ini bertujuab untuk mengetahui efektifitas ekstrak biji mahoni terhadap perkembangan dan mortalitas hama Plutella xylostella di pertanaman sawi. Pengujian yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu pengujian laboratorium dan pengujian lapangan. Pengujian di laboratorium merupakan pengujian pendahuluan ekstrak biji mahoni terhadap kematian larva Plutella xylostella. Kisaran konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 0,00; 0,25; 0,50; 0,75; 1,00 ml/ 100 ml larutan. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, dan jumlah larva uji yang mati dari setiap konsentrasi ekstrak di hitung. Pengujian di lapangan dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan ekstrak biji mahoni terhadap perkembangan dan mortalitas hama Plutella xylostella. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan enam kisaran konsentrasi ekstrak dan control, dan setiap perlakuan diulang sebanyak empat kali. Kisaran konsentrasi ekstrak yang digunakan adalah 0,00; 0,13; 0,26; 0,39; 0,52; 0,65; dan 0,78 ml/ 100 ml larutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak biji mahoni memberikan pengaruh terhadap mortalitas dan rata-rata waktu kematian larva. Pengaruh kematian tertinggi yaitu 80,00%. Pada konsentrasi rendah 0,13 ml/ 100 ml larutan ekstrak biji mahoni sudah menunjukkan sifat racun dengan tingkat kematian terhadap larva rendah yaitu 20,00 %, selain itu terlihat juga bahwa larva yang mampu bertahan hidup mempunyai kegagalan dalam memebentuk pupa dan imago