Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pemberdayaan Diri: Kompetensi Berbahasa Inggris sebagai Modal Simbolik Fadhillah Wiandari; Cut Intan Meutia
At-Tarbawi : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan Vol 8 No 2 (2021): At-Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengukuran terhadap kapabilitas mahasiswa dan alumni dari program studi Tadris Bahasa Inggris (TBI) perlu dimonitoring dan evaluasi secara berkala. Maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kompetensi penggunaan bahasa Inggris oleh mahasiswa dan alumni program studi TBI sebagai modal simbolik untuk mengembangkan diri. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan format studi kasus. Instrumen yang digunakan adalah wawancara dan Focus Group Discussion. Hasil penelitian menunjukan bahwa modal simbolik yang dimiliki mahasiswa masih sangat lemah. Mahasiswa tidak memiliki modal yang sesuai dengan program studi untuk mengembangkan dan memberdayakan diri mereka sendiri. Dilihat dari sisi ekonomi, pada mahasiswa dan alumni tidak ditemukan mahasiswa yang memiliki kekuatan modal kapital. Dan dari segi modal budaya, mahasiswa TBI atau alumni belum memiliki karakter yang signifikan baik berupa cara bergaul ataupun cara pembawaaan diri yang menjelaskan bahwa mereka adalah mahasiswa atau alumni program studi ini. Hal ini mengakibatkan sulitnya alumni untuk memberdayakan diri
VALUE SHIFTING AT MEUNASAH IN LANGSA IN SOCIAL CONTEXT Cut Intan Meutia; Chery Julida Panjaitan; Fadhillah Wiandari
Jurnal Education and Development Vol 10 No 1 (2022): Vol.10. No.1 2022
Publisher : Institut Pendidikan Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (457.097 KB) | DOI: 10.37081/ed.v10i1.3238

Abstract

The purpose of this study is to explore the shifting atmeunasah in Langsa City. The shifting is seen from various aspects such as the architectural form and also the values​adopted in the existing meunasah. Although, there are still meunasah that have not been organized in a modern way, the meunasah are still running as usual in a patrilineal society tradition with a strong charismatic power. Thus, all activities are centered on the leader; in this case the tradition in Aceh, that isTeungku, namely Teungku Imum Meunasah. The research methodology uses a phenomenological and historical approach by using data collection tools in the form of observation, documentation and interviews. Then the data is interpreted by data reduction. To strengthen the final results, data cross-checks and triangulation are held, so that the data reached the maximum level. Based on the existing results, currently there are twelve meunasah buildings administratively recorded. All of these meunasah are located in Langsa and in terms of architecture and are multi-functional. The five meunasah are still original. Moreover, there are seven administrative meunasah as meunasah itself, but the shape and model is a Mushala building, and the administrators are Imum Gampong, Imum Dusun, Imum Hafiz, and Imum Rawatib.