Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENERAPAN SENAM KAKI PADA PASIEN DIABETES MELITUS St. Suarniati; Fitria Hasanuddin; Nasriani Nasriani

Publisher :

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24252/asjn.v1i2.20190

Abstract

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) yang di sebabkan karena kurangnya insulin. Salah satu komplikasi DM adalah terjadinya ulkus diabetik.  Pencegahan   terjadinya ulkus dapat dilakukan dengan senam kaki diabetik karena sangat bermanfaat untuk membantu melancarkan peredaran darah di kaki, memperkuat otot kaki, mempermudah gerakan sendi kaki, mengurangi nyeri, kerusakan saraf, dan membantu menurunkan kadar gula darah. Untuk mengetahui gambaran penerapan senam kaki Diabetik terhadap Sensitivitas Kaki dan kadar GDS pada pasien DM. Pendekatan deskriptif, Case Study dengan melakukan pengukuran Pre dan post Senam Kaki Diabetik. Dalam Penerapan Senam Kaki Pada Pasien DM Ny”R” tidak mengalami perubahan dan memiliki sensitivitas kaki yang baik dan pada pasien Ny”E”   terjadi   perubahan   dan   memiliki   sensitivitas   kaki   sedang dan nilai GDS.   Penerapan senam kaki diabetik jika dilakukan secara berkala maka dapat membantu menurunkan kadar gulah darah pada pasien DM serta dapat meningkatkan sensitivitas kaki dan derajat status kesehatan penderita DM menjadi lebih baik lagi. promosi kesehatan untuk mengajarkan penderita DM dimasyarakat dalam melakukan senam kaki dalam pencegahan komplikasi DM.
PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI sitti suarniati
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 11, No 2 (2020): Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/jmk.v11i2.1558

Abstract

ABSTRACT Pulmonary tuberculosis is a disease with a serious problem because the transmission is very easy, which until now has become a worldwide concern. The level of healing and pain in pulmonary TB is very high. The poor condition of patients with pulmonary TB can affect nutritional status so that malnutrition occurs. People with pulmonary tuberculosis will continue to increase every year if comprehensive treatment is  not carried out, especially in nutrition programs that are not good and supportive. The purpose of this study was to describe Nursing Care in who was diagnosed with Pulmonary Tuberculosis in meeting the nutritional needs using a case study method with the nursing process approach. The results showed that nutritional imbalance was less than the need with a sign of decreased client weight, weak client, client felt nausea, pale and dry lip mucosa, anemic eyes, dull hair, Hb 10.4 g / dl and albumin 2.17 g / dl. The application of nursing care is carried out to fulfill the client's nutritional requirements. It can be concluded that with the application of nursing care, the patient's nutritional needs can be adequately restored. In the application of this care it is recommended that nurses involve families and patients in determining diet or nutritional fulfillment and applying nursing care well and in accordance with the diagnosis that appears.  ABSTRAK Tuberkulosis paru merupakan penyakit dengan masalah serius karena penularannya sangat mudah, sedangkan tingkat penyembuhan dan kesakitan penderita sangat tinggi. Buruknya kondisi penderita TB Paru dapat mempengaruhi status gizi sehingga terjadi malnutrisi. Penderita Tuberkulosis Paru akan terus  meningkat setiap tahunnya jika tidak dilakukan penanganan yang komprehensif terutama pada program nutrisi yang mendukung. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menggambarkan penerapan asuhan Keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Hasil penelitian menunjukkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan dengan tanda berat badan klien menurun, klien lemah, klien merasakan mual, mukosa bibir pucat dan kering, mata anemis, rambut kusam, Hb 10,4 g/dl dan albumin 2,17 g/dl. Penerapan asuhan keperawatan dilakukan untuk memenuhi kebetuhah nutrisi klien. Dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan asuhan keperawatan, kebutuhan nutrisi pasien dapat adekuat kembali. Pada penerapan asuhan ini disarankan agar perawat melibatkan keluarga dan pasien dalam menentukan diet atau pemenuhan nutrisi serta menerapkan asuhan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan diagnosa yang muncul.   
PENERAPAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KEKUATAN OTOT PASIEN STROKE DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS Fitria - Hasanuddin; Rahmawati - Said; St. Suarniati - -
Media Keperawatan:Politeknik Kesehatan Makassar Vol 10, No 1 (2019): Media Keperawatan: Politeknik Kesehatan Makassar
Publisher : Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3631.805 KB) | DOI: 10.32382/jmk.v10i1.893

Abstract

ABSTRACTThe most common cause of death in the world is among strokes. Where strokes rank third as the main cause of death after coronary heart disease and cancer in developing countries. Of the 56.4 million deaths worldwide in 2015, more than half (54%) were caused by 10 main causes, one of which was ischemic heart disease and stroke. In Indonesia, stroke ranks third in the cause of death, with an estimated 500,000 people affected by stroke. From this number there is a possibility that one third can recover, another third will experience mild to moderate functional disorders and the remaining third will experience severe functional disorders that require patients to carry out continuous bed rest and wrong actions to take are range of motion (ROM).This study aims to describe the application  range of motion (ROM) to muscle strength in stroke patients in meeting their activity needs. This study used a descriptive method with a case study approach in patients who had a stroke from July 10 to July 16, 2018. The instruments used were interview guidelines, wide patient documentation checklist. Data were analyzed based on the results of interviews, measurements of muscle strength and joint degrees before and after range of exercise (ROM).The results of this study after the morning and evening range of motion were found to increase muscle strength after Range Of Motion (ROM) exercise was performed on the 7th day and there was an increase in joint degrees in the limbs of the shoulders, elbows, thighs, and knees after Range training. Of Motion (ROM).The conclusion of this study is that giving range of motion is highly recommended for stroke patients in increasing muscle strength and improving the patient's condition.Keywords: Range Of Motion (ROM), Stroke
Application of Nursing Care in Patients With Fluid and Electrolyte Needs in Hemodialisa Room, Labuang Baji Makassar’s Hospital St. Suarniati Sulaiman
Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt) Vol 2 No 1 (2019): Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.293 KB) | DOI: 10.31605/j-healt.v2i1.475

Abstract

Chronic Kidney Disease (CKD) is a failure of kidney function so that it is unable to run its function properly, causing decreased glomerular filtration gradually, thus undergoing hemodialysis therapy. According to the WHO in 2017 which states that GGK disease ranked 12th highest mortality rate. And according to the results of riskesdas in 2013, South Sulawesi is ranked third with a prevalence of 0.3%. Handling efforts to decrease the volume of fluid by means of fluid restriction affects the patient's survival. This study aims to describe nursing care in patients. N with GGK in fulfillment of fluid requirement in Hemodilisa Room of RSU Labuang Baji Makassar, using descriptive method with case study approach. The results of this study indicate excess fluid volume characterized by grade 2 edema in the extremities, abdominal bloating and frequent burping, thirst, olguria, anemia and azotemia. The application of nursing care is done to monitor the intake output and fluid restriction so that no excess fluid volume can be concluded that monitoring of intake output and fluid restriction in GGK patients undergoing HD can effectively decrease the density of edema and weight. It is advisable to the nurse to monitor the patient's intake output for 24 hours and provide education for the implementation of home care in preventing excess fluid volume.
Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tuberkulosis Paru Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Rsud Labuang Baji Makassar St. Suarniati Sulaiman
Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt) Vol 3 No 1 (2020): Journal of Health, Education and Literacy (J-healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31605/j-healt.v3i1.789

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari 10 penyebab kematian di seluruh dunia dan menduduki peringkat mematikan di seluruh dunia berdasarkan kategori kelompok penyakit infeksi. Angka prevalensi penyakit ini meningkat setiap tahunnya terutama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan asuhan keperawatan pada pasien tuberkulosis dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di Rumah Sakit Labuang Baji Makassar, menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masalah keperawatan yang timbul pada pasien adalah bersihan jalan nafas tidak efektif dan pola nafas tidak efektif. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah klien berfokus pada melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif, untuk membersihkan jalan nafas (laring, trachea, bronchus) dari secret atau benda asing dijalan nafas, manajemen jalan nafas : dengan mengoptimalkan kepatenan jalan nafas, dan pemantauan respirasi untuk memastikan kepatenan jalan nafas dan pertukaran gas. Berdasarkan evaluasi keperawatan diperoleh data sesak berkurang, sputum masih banyak namun encer, dan pasien tidak gelisah. Penelitian ini memberi saran kepada perawat untuk senantiasa memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang pencegahan,penularan dan penanganan TB dan pentingnya meminum obat serta akibat yang ditimbulkan ketika obatnya terputus.
Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea Dalam Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Dan Istirahat Vinny Octaviani Pakamundi; Zulfia Samiun; St. Suarniati; Nasriani
Jurnal Mitrasehat Vol. 11 No. 2 (2021): Jurnal Mitrasehat
Publisher : LPPM STIK Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51171/jms.v11i2.303

Abstract

Latar Belakang : Sectio Caesarea adalah persalinan yang dilakukan dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. Persalinan melalui Sectio Caesarea menyebabkan adanya luka bekas operasi yang cukup besar, luka operasi ini menimbulkan nyeri dan membuat ibu khawatir untuk bergerak, sehingga ibu lebih memilih berbaring dan tidak mau melakukan mobilisasi setelah operasi. Mobilisasi sangat penting untuk ibu post SC yaitu untuk membantu proses penyembuhan luka, pengeluaran lochea juga pemulihan kekuatan ibu akan terpengaruh. Tujuan Penelitian : Memperoleh gambaran asuhan keperawatan pada ibu post operasi section caesarea dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat. Metode Penelitian : Teknik pengumpulan data menggunakan instrument format pengkajian kebutuhan aktivitas dengan pemenuhan pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil : Setelah implementasi selama 3 hari penulis mendapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan mampu beraktivitas secara mandiri dan nyeri pada perut dapat dikontrol. Data Objektif : klien nampak lebih rileks dan mampu melakukan aktivitas sendiri, pada mobilisasi tahap 6-10 jam pertama klien mampu menggerakan ekstremitas, dan miring kiri miring kanan hari kedua klien sudah mampu duduk, dan hari ketiga klien mampu berjalan. Kesimpulan : Setelah dilakukan tindakan pada klien selama 3 hari dengan masalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri didapatkan klien mampu beraktivitas sendiri secara perlahan lahan dan defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan motivasi didapatkan klien mampu merawat dirinya secara mandiri. Saran : pada penerapan asuhan keperawatan ini diharapkan keluarga dapat terlibat dan membantu klien dapat beraktiviats dan merawat diri, dan pentingnya untuk mengetahui perawatan yang tepat untuk klien
Respon Masyarakat terhadap Pemeriksaan SWAB Antigen dan Vaksinasi Covid-19 Fitria Hasanuddin; St. Suarniati; Nasriani
Jurnal Mitrasehat Vol. 12 No. 1 (2022): Jurnal Mitrasehat
Publisher : LPPM STIK Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51171/jms.v12i1.322

Abstract

Virus corona atau sering dikenal dengan Covid-19 merupakan salah satu jenis virus yang menyebabkan penyakit pada manusia. Penularan corona virus 19 yang disebabkan oleh SARS–CoV masih melanda dunia khususnya Indonesia. Pada pelaksanaan pemberian vaksin banyak faktor yang mempengaruhi dan penerimaan pemeriksaan antigen sebagai langkah awal untuk menscreening kejadian covid 19 dan vaksinasi sebagai upaya meningkatkan imunitas. Persepsi dan gambaran masyarakat terhadap vaksin menjadi ujung tombak dalam menyukseskan pemberian vaksin di tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon masyarakat terhadap swab antigen dan vaksinasi covid–19. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang berbentuk deskriptif analitik, dengan studi korelasi dan desain studi cross-sectional. Instrument yang digunakan berbasis online. Hasil : terdapat 61 (51,7%) responden yang pernah melakukan pemeriksaan Swab antigen yang terdiri pernah melakukan pemeriksaan antigen 1 kali : 24 responden, 2 kali 16 responden, >2 kali 21 responden dan 57 ( 48,3%) responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan swab antigen. Gambaran penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi covid -19 pada masa penelitian ini adalah yakni 13 (11%) sudah melakukan vaksinasi , dan belum vaksinasi 105 ( 89%). Dan ketika diberlakukan dan ditawarkan vaksinasi dimasyarakat terdapat responden yang bersedia sebanyak 72 (61%), menolak 15 (12,7%) dan 31 (26,3%) masih ragu-ragu. Kesimpulan : penerimaan masyarakat terhadap pemeriksaan swab antigen yang pernah melakukan pemeriksaan paling banyak dikarenakan ada kontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi positif covid 19 sebanyak 26 (22%), menolak karena tidak ada gejala yang berarti untuk urgensi pemeriksaan sebanyak 37 (31,4%). Data penerimaan masyarakat terhadap vaksin, dimana terbanyak yang bersedia karena untuk meningkatkan system kekebalan tubuh 29 (24%), menolak terbanyak dikarenakan adanya berita di tengah masyarakat bahwa sudah ada orang yang pernah di vaksin tapi masih tetap terinfeksi virus covid-19 sebanyak 6 (0,5%) dan ragu-ragu terbanyak dikarenakan vaksin tersebut belum selesai uji coba dan terlalu banyak jenisnya terbanyak 6 (0,5%).
Penerapan Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Kecemasan Pada Klien Pre-Operatif Di Rs It Tk Ii 14.05.01 Pelamonia Makassar Sri Fifi Safitri; Nurlina; Harmawati; St. Suarniati
Jurnal Mitrasehat Vol. 12 No. 2 (2022): Jurnal Mitrasehat
Publisher : LPPM STIK Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51171/jms.v12i2.330

Abstract

Pendahuluan: Kecemasan adalah perasaan tidak tenang yang samar-samar karena tidak nyamanan atau ketakutan yang disertai dengan tidak pastian, tidak berdayaan, isolasi dan tidak amanan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kecemasan adalah dengan terapi Murottal Al-Qur’an. Tujuan: Mengetahui penerapan terapi Murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan klien pre-operatif. Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan studi kasus deskriptif disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan metode pengumpulan data observasi dan wawancara. Hasil: Setelah penerapan terapi Murottal Al-Qur’an selama 3 hari terdapat penurunan kecemasan pada klien. Kesimpulan:Terjadi penurunan kecemasan pada klien setelah penerapan terapi murottal Al-Qur’an. Saran: Dapat menerapkan terapi murottal Al-Qur’an terhadap kecemasan klien pre operatif
Latihan batuk efektif terhadap keefektifan jalan napas pada pasien tuberkulosis paru Fitria Hasanuddin
Journal of Health, Education and Literacy (J-Healt) Vol 5 No 2 (2023): Journal of Health, Education and Literacy (J-healt)
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31605/j-healt.v5i2.2016

Abstract

Introduction : Pulmonary tuberculosis is a disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis which is also known as acid-fast bacillus (BTA). The entry of tuberculosis bacteria will infect the respiratory tract, reduce the work function of the cilia and will result in the accumulation of secretions in the airways and will cause ineffective airway clearance nursing problems. . Effective cough is a cough method where the client can expend energy and expel phlegm maximally. Objective: To obtain an overview related to the application of effective coughing in pulmonary tuberculosis patients in meeting oxygenation needs. Methods: This study used a quasi-experimental pre and post test design method with data collection methods using observation sheets and interviews. Results: After giving effective coughing exercises, it showed that there was a difference in results from before and after giving effective coughing exercises characterized by reduced coughing, sputum production from 2 cc to 1.1 cc, breath frequency from 28×/mnt to 24×/mnt, No crackles were found, regular breathing rhythm, the type of sputum that changed color, viscosity and the patient was able to produce sputum. Conclusion: There is an effect of giving effective coughing exercises on airway clearance in pulmonary tuberculosis patients. Recommendation: The application of effective coughing exercises can be used as one of the nursing interventions in treating patients with a diagnosis of airway clearance in pulmonary tuberculosis patients who have impaired oxygenation.