Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search
Journal : Visipena

APPLYING CLOZE EXERCISE PROCEDURES IN MASTERING READING COMPREHENSION Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 5 No 1 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.725 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v5i1.243

Abstract

Cloze procedure is a technique in which words are deleted from a reading passage. In this study, researcher used purposive cloze that deleted content word, such as: noun, adjective and verb. The data taken from 43 students belong to both groups, the experimental group (22 students) and control group (21 students), of the second grade students of SMA Al-Falah Abu Lam-U. The instrument used for collecting the data is test in order to know the students’ achievement in completing nouns, adjectives and verbs, while pre-test and post-test in order to get the result of both groups. The result was analyzed by using statistical formula, such as by calculating the mean score, standard deviation and t-test in order to know whether there is the difference between experimental and control group performance in completing reading with content word deletion. The researcher used percentage formula in order to find out the difference of students’ achievement in completing noun, adjective, and verb deletions in reading passage and also to find out in what level the experimental and control group based on the cloze reading inventory level. Based on the data analysis, the writer found that there is a significant difference between cloze exercise for experimental group and conventional way for control group. It can be shown with the t-test result which is higher than the t-table result (9,41>2,02). It means that the researcher accepts her alternative hypothesis that there is a difference between both techniques, and cloze exercise technique is better than conventional technique. The deletion of verbs is quite easy for both groups. The average percentages of the post-test covers 66% noun, 59% adjective and 73% verb for the experimental group, while the control group results are 59% noun, 51% adjective and 61% verb. To support the data above, the researcher also divided the students’ achievement based on “cloze reading inventory level”. Most of the experimental students are in independent level with the average percentage 66% and few of them in instructional level. While in control group, only few of students are in independent level with the average percentage 58% and most of them are in instructional level.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS DESKRIPTIF DALAM BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN SISTEMATIS CLOZE PROSEDUR UNTUK SISWA KELAS X SMA ISLAM AL-FALAH KABUPATEN ACEH BESAR Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 5 No 2 (2014)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.925 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v5i2.255

Abstract

Cloze prosedur adalah suatu teknik penghilangan kata-kata yang terdapat dalam sebuah teks bacaan. Penelitian ini memakai purposive cloze yang menghilangkan 3 jenis kata saja, kata yang dihilangkan yaitu: kata benda, kata sifat dan kata kerja. Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui perbedaan hasil antara eksperimental group yang menggunakan teknik cloze exercise dengan kontrol group yang menggunakan teknik konvensional, 2) untuk mengetahui kemampuan eksperimental group dalam melengkapi kata-kata yang dihilangkan, 3) untuk mengetahui ditingkat manakah kemampuan siswa dalam melengkapi kata-kata yang hilang berdasarkan cloze inventory level. Data tersebut dimbil dari 43 siswa yang terbagi dalam 2 kelas yaitu kelas eksperimen (22 siswa) dan kelas pengontrol (21 siswa) yang diambil dari kelas 2 SMA Al-Falah Abu Lam-U. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melengkapi kata apa yang mudah bagi mereka, sedangkan pre-test dan post-test untuk melihat hasil dari kedua kelompok. Penganalisaan hasil ini menggunakan rumus statistik untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara hasil dari kelompok eksperimen dan pengontrol dalam melengkapi kata-kata yang telah dihilangkan dalam bacaan teks deskriptif dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kemampuan siswa yang lebih mudah dalam melengkapi kata benda, kata sifat ataukah kata kerja dalam suatu bacaan, serta pada tingkatan manakah kemampuan yang dicapai siswa dalam melengkapi penghilangan kata-kata tersebut. Dari analisa tersebut, penulis akan menemukan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara kedua teknik tersebut dan juga akan dibuktikan secara statistik bahwa pengajaran dengan teknik cloze exercise lebik baik dalam meningkatkan kemampuan anak pada pembelajaran reading. Ini menunjukkan bahwa peneliti menerima hipotesis alternatifnya yaitu bahwa ada perbedaan antara setiap metode, dan teknik cloze exercise lebih baik dari cara konvensional. Untuk mendukung data tersebut, peneliti juga mengelompokkan kemampuan siswa dalam suatu bacaan dengan penghilangan kata-kata yang dilengkapi oleh siswa menurut “cloze inventory level”.
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS DESKRIPTIF TEKS UNTUK MAHASISWA SEMESTER II STKIP BINA BANGSA GETSEMPENA Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 7 No 1 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.537 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v7i1.300

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis kesalahan yang dibuat oleh mahasiswa semester dua bahasa Inggris STKIP Bina Bangsa Getsempena, dengan menulis dan menganalisis faktor apa yang menyebabkan mereka membuat kesalahan dalam tulisannya. Penelitian eksperimen ini dilakukan dengan memberikan metode seri gambar (picture series) serta menganalisis teks dan wawancara. Analisis dokumen dilakukan dengan mengumpulkan kertas menulis siswa; itu diambil dari dosen yang mengajar mata kuliah writing . Seluruh data primer diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahan, dan kemudian mereka menjelaskan. Penulis juga menggunakan wawancara untuk cross check data yang didapat dari analisis dokumen. Ini adalah teknik penting untuk mengumpulkan informasi tentang faktor yang menyebabkan mahsiswa membuat kesalahan dalam menulis mereka. Dari hasil mewawancarai dosen, peneliti dapat menyimpulkan bahwa keterampilan menulis mahasiswa semester II masih kurang. Meskipun tata bahasa Inggris diajarkan secara terpisah, tampaknya bahwa mahasiswa tidak dapat menempatkan dengan baik tata bahasa dalam praktek ketika mereka menggunakannya dalam latihan menulis. Selain mewawancarai dosen, peneliti juga melakukan wawancara dengan mahasiswa untuk mengetahui bagaimana perasaan mereka dalam proses belajar mengajar menulis (writing). Namun demikian, jawaban rata-rata yang dilontarkan oleh mahasiswa adalah bahwa mereka suka bahasa Inggris tapi tidak suka menulis sangat banyak.
ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA SEMESTER II DALAM MENULIS DESKRIPTIF TEKS Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 7 No 2 (2016)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (398.741 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v7i2.319

Abstract

Penelitian ini dimaksudkan untuk menggambarkan kegiatan menulis mahamahasiswa semester dua di STKIP Bina Bangsa Getsempena. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mendapatkan alasan mengapa mahamahasiswa kesulitan dalam menulis teks deskriptif dan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kesalahan dalam menulis teks deskriptif. Penelitian studi kasus ini dilakukan dengan memberikan seri gambar (picture series) serta menganalisis teks dan wawancara. Analisis dokumen dilakukan dengan mengumpulkan kertas menulis mahasiswa; itu diambil dari dosen yang mengajar mata kuliah writing. Seluruh data primer diklasifikasikan berdasarkan jenis kesalahan, dan kemudian mereka menjelaskan. Penulis juga menggunakan protokol wawancara untuk cross check data yang didapat dari analisis dokumen. Dari hasil analisis tulisan mahamahasiswa, maka kesalahan penulisan disebabkan oleh beberpa faktor, yaitu article mistakes, preposition mistakes, pronoun agreement, comma splices, and minor spelling mistakes.
PENGARUH BAHASA PERTAMA TERHADAP BAHASA KEDUA DALAM KEMAMPUAN BERBICARA UNTUK SISWA KELAS IX PESANTREN MODERN AL-FALAH ABU LAM-U KABUPATEN ACEH BESAR Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 6 No 2 (2015)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.96 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v6i2.365

Abstract

Berbicara merupakan salah satu aspek dari empat aspek utama bahasa disamping membaca, menulis, dan mendengar. Tujuan pengajaran keterampilan berbicara kepada siswa sekolah menengah adalah untuk menerapkan secara langsung di sekolah bahasa yang dipelajarinya. Karena pelajaran berbicara tidak dapat dipisahkan dari percakapan, pengajaran berbicara bisa berarti mengajar siswa untuk bercakap dalam bahasa yang dimaksudkan. Hal ini penting untuk diketahui secara mendalam tentang proses belajar mengajar berbicara, karena banyak kasus siswa mengalami kesulitan untuk menguasai keterampilan berbicara setelah mengikuti perajaran. Tulisan ini mendeskripsikan tentang penelitian kasus yang terjadi di pesantren modern Al-Falah Abu Lam-U yang mewajibkan siswanya untuk berbicara dua bahasa asing (Arab dan Inggris) sesuai dengan jadwal mingguan yang sudah ditetapkan dalam percakapan sehari-hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) mengapa bahasa pertama dapat mempengaruhi bahasa kedua siswa dalam berbicara, 2) faktor-faktor kesalahan apa saja yang sering terjadi dalam berbicara, dan 3) adakah suatu cara agar siswa dapat meminimalisirkan pengaruh bahasa pertama ke bahasa kedua dalam berbicara. Teknik yang digunakan yaitu: obsevasi siswa, kuesionnaire, dan interview. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa pesantren Al-falah Abu Lam-U, adapun sampelnya adalah siswa kelas X yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas X1 yang mulai mendapatkan pengajaran bahasa dari kelas VII dan X2 yang baru mendapatkan pengajaran ketika kelas X (kelas intensif). Dari analisa tersebut penulis menemukan bahwa pengaruh pengadopsian bahasa pertama ke bahasa kedua disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya: kurangnya penguasaan stuktur bahasa, kurangnya informasi tentang bahasa Inggris dan minimnya penguasan kosa kata. Sebagai tambahannya, bahasa Arab juga mengambil bagian dalam mempengaruhi bahasa Inggris siswa, karena kebanyakan siswa lebih dominan berbicara dalam bahasa Arab. Dari referensi tersebut menggambarkan bahwa, kemampuan siswa dalam berbicara bahasa kedua dapat dipengaruhi oleh bahasa pertama siswa.
TEACHING SPELLING THROUGH GAMES Hijjatul Qamariah; Sri Wahyuni
Jurnal Visipena Vol 9 No 1 (2018)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian (LP2M) STKIP Bina Bangsa Getsempena

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.59 KB) | DOI: 10.46244/visipena.v9i1.447

Abstract

Games have been believed to be good media in assisting teaching for years. Games are believed can promote learning become more interesting. Many studies have been conducted on utilizing games in learning. Some have proved that games can catch students’ attention better than traditional media such as textbook. In this study, games were used in teaching students about spelling. Since spelling is the basic form of language, there are still contradicts in how to teach it better. The researchers believed that games can assist in enacting more interactive spelling course well. Thus, this research employed some spelling games to be used in teaching third grade students of English as a Foreign Language (EFL) Elementary school, Bungcala, Aceh Besar. The researchers wanted to know the students’ responses after teaching by using spelling games. Thus at the end of teaching and learning process after four meetings by applying games in teaching spelling, the researcher distributed questioners to students asking their opinion about spelling games in learning spelling. The students’ responses showed that they love to study spelling through games, games make them interested in studying spelling. Games let them work more in groups.