Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perubahan Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Di Perdesaan P.S. Rachman, Handewi; Suryani, Erma
JURNAL PANGAN Vol 17, No 3 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (948.336 KB) | DOI: 10.33964/jp.v17i3.264

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Analisis akan difokuskan untuk daerah perdesaan dengan petimbangan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia sebagian besar berada di perdesaan sejak tahun 2002. Selain itu, masalah pembangunan pertanian terkait erat dengan pembangunan perdesaan. Sebelum menganalisis secara detail perubahan konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan, akan diuraikan terlebih dahulu gambaran umum tentang keragaan pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di Indonesia. Hasil analisis dikaitkan dengan potensi pengembangan komoditas pangan non beras dengan menelaah perkembangan areal, produksi dan produktivitas komoditaspangan. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data Susenas 2002-2007 yang bersumber dari BPS. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1)Seiama Kurun waktu 2002-2007 telah terjadi perubahan pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di perdesaan, perkotaan maupun Indonesia secara umum. Alokasi pengeluaran untuk makanan cenderung menurun diikutioleh meningkatnya pengeluaran untuk non makanan. Namun pangsa pengeluaran untuk makanan penduduk perdesaan masih lebih besar dari non makanan, artinya rata-rata tingkat kesejahteraan rumah tangga di perdesaan lebih rendah di banding di perkotaan. Implikasinya adalah bahwa kebijakan pembangunan nasional perlu lebih mempriotaskan pada upaya peningkatan kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pembangunan pertanian dan perdesaan secara terintegrasi; (2) Pergeseran pola konsumsi pangan pokok rata-rata rumah tangga di perdesaan mengarah pada pangan berbahan terigu (mie). Diversifikasi pola konsumsi pangan pokok yang bertumpu pada pangan lokal (beras, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar) di perdesaan hanya terjadi pada kelompok pendapatan rendah, sedang kelompok pendapatan tinggi justru mengarah pada pola tunggal beras dan atau beras+terigu. Hal ini perlu diwaspadai mengingat terigu berasal dari gandum yang tidak diproduksi dalam negeri, ketergantungan pada pangan imporakan mempersulit upaya mewujudkan kemandihan bahkan kedaulatan pangan nasional. Disarankan bahwa dalam upaya mendorong konsumsi pangan lokal sebagai sumber pangan karbohidrat perlu dilakukan secara sinergis penanganan di sisi produksi dan ketersediaan pangan lokal (jagung dan serealia lain serta umbi-umbian) dan sisi permintaan melalui sosialisasi, edukasi dan advokasi tentang pentingnya konsumsi beragam, seimbang dengan mempromosikan keunggulan pengembangan pangan lokal.
Impact of Economic Crisis on Farmer Household and the Anticipation in Copnight Mewa Ariani; Handewi P.S. Rachman; Sri Hastuti; . Wahida
Media Gizi dan Keluarga Vol. 25 No. 1 (2001): Jurnal Media Gizi dan Keluarga
Publisher : Media Gizi dan Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study is to analyze the impact of economiccrisis on agricultural household and the act to anticipate its alleviation. This research was conducted in East Java province that has potential food crop and horticultural product and in Bali province which is potential in estate crops and handicrafts, with 60 household samples in each province. The results of this research are: (1) Food crop household is income is the smallest in term of absolut value; (2) horticultural house hold get the most severe impact of the economic crisis, in contrast, estate crop household getsthe positive impact from the economic crisis, and (3) the effort to aleviate the crisis is with drawing and using the saving, borrowing to formal/informal credit institutions, managing household consumption pattern.
STRUKTUR DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH DI JAWA DAN LUAR JAWA HANDEWI P.S. RACHMAN; SUPRIYATI -
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 2 Juli 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (75.242 KB)

Abstract

This article following aim to study (1) structure earnings of farmer household of rice fieldfarm in five kabupaten in Java and two kabupaten Off Java, (2) the earnings distributionand bearing of with ownership distribution of farm, and (3) formulating policy suggestionto improve earnings of household. Research use primary data result of survey of farmerhousehold in MH 2000 / 01, MK I and of MK II 2001. Research result indicate that (1)agricultural sector still contribute more than 60% of earnings of household farmer of ricefield farm in research area, and paddy farming system have compartment around 21 -38% in Java and 23 - 41% Off Java to totalizing earnings of household, and there istendency more and more wide of rice field farm of land holding high more and morelevel earnings of household, (2) distribution earnings of household in Java and Off Javahave heavy Lameness level (Index of Gini >0,5) where mean Lameness level ofhousehold compared to heavier Java Off Java, and ( 3) entry of sector non-agriculture instructure earnings of household farmer of rice field farm have negative diffraction toearnings distribution which for example because of the lowering of accessing householdto sector is non-agriculture. Implication of finding is important allocation priority ofresource of development for relevant agricultural sector still placed forward. Inagricultural sector strives the make-up of earnings related to scale efficiency dominationof farm of land holding, usage of seed with quality and efficiency marketing and inputoutput. Besides for the reduce of negative diffraction entry of farmer sector to distributionearnings of household in rice field farm area require to be considered to access householdinto the sector through extension of opportunity of job in sector non-agriculture.
Perubahan Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Di Perdesaan Handewi P.S. Rachman; Erma Suryani
JURNAL PANGAN Vol. 17 No. 3 (2008): PANGAN
Publisher : Perum BULOG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33964/jp.v17i3.264

Abstract

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat di Indonesia. Analisis akan difokuskan untuk daerah perdesaan dengan petimbangan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia sebagian besar berada di perdesaan sejak tahun 2002. Selain itu, masalah pembangunan pertanian terkait erat dengan pembangunan perdesaan. Sebelum menganalisis secara detail perubahan konsumsi pangan sumber karbohidrat di perdesaan, akan diuraikan terlebih dahulu gambaran umum tentang keragaan pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di Indonesia. Hasil analisis dikaitkan dengan potensi pengembangan komoditas pangan non beras dengan menelaah perkembangan areal, produksi dan produktivitas komoditaspangan. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan data Susenas 2002-2007 yang bersumber dari BPS. Hasil analisis menunjukkan bahwa (1)Seiama Kurun waktu 2002-2007 telah terjadi perubahan pola konsumsi dan pengeluaran rumah tangga di perdesaan, perkotaan maupun Indonesia secara umum. Alokasi pengeluaran untuk makanan cenderung menurun diikutioleh meningkatnya pengeluaran untuk non makanan. Namun pangsa pengeluaran untuk makanan penduduk perdesaan masih lebih besar dari non makanan, artinya rata-rata tingkat kesejahteraan rumah tangga di perdesaan lebih rendah di banding di perkotaan. Implikasinya adalah bahwa kebijakan pembangunan nasional perlu lebih mempriotaskan pada upaya peningkatan kesejahteraan penduduk perdesaan melalui pembangunan pertanian dan perdesaan secara terintegrasi; (2) Pergeseran pola konsumsi pangan pokok rata-rata rumah tangga di perdesaan mengarah pada pangan berbahan terigu (mie). Diversifikasi pola konsumsi pangan pokok yang bertumpu pada pangan lokal (beras, jagung, ubi kayu, dan ubi jalar) di perdesaan hanya terjadi pada kelompok pendapatan rendah, sedang kelompok pendapatan tinggi justru mengarah pada pola tunggal beras dan atau beras+terigu. Hal ini perlu diwaspadai mengingat terigu berasal dari gandum yang tidak diproduksi dalam negeri, ketergantungan pada pangan imporakan mempersulit upaya mewujudkan kemandihan bahkan kedaulatan pangan nasional. Disarankan bahwa dalam upaya mendorong konsumsi pangan lokal sebagai sumber pangan karbohidrat perlu dilakukan secara sinergis penanganan di sisi produksi dan ketersediaan pangan lokal (jagung dan serealia lain serta umbi-umbian) dan sisi permintaan melalui sosialisasi, edukasi dan advokasi tentang pentingnya konsumsi beragam, seimbang dengan mempromosikan keunggulan pengembangan pangan lokal.