Mewa Ariani
Peneliti Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Impact of Economic Crisis on Farmer Household and the Anticipation in Copnight Mewa Ariani; Handewi P.S. Rachman; Sri Hastuti; . Wahida
Media Gizi dan Keluarga Vol. 25 No. 1 (2001): Jurnal Media Gizi dan Keluarga
Publisher : Media Gizi dan Keluarga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The aim of this study is to analyze the impact of economiccrisis on agricultural household and the act to anticipate its alleviation. This research was conducted in East Java province that has potential food crop and horticultural product and in Bali province which is potential in estate crops and handicrafts, with 60 household samples in each province. The results of this research are: (1) Food crop household is income is the smallest in term of absolut value; (2) horticultural house hold get the most severe impact of the economic crisis, in contrast, estate crop household getsthe positive impact from the economic crisis, and (3) the effort to aleviate the crisis is with drawing and using the saving, borrowing to formal/informal credit institutions, managing household consumption pattern.
The Current State of Fish Marketing in Indonesia Victor P.H. Nikijuluw; Bambang Sayaka; Mewa Ariani
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 16, No 2 (1998): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v16n2.1998.10-18

Abstract

EnglishFish and fish-based products are main protein sources for Indonesian. Their production and availability are so varied by provinces and major islands. Consequently, their average consumption levels are spatially different. The inequality of consumption and production is traced to the problems of marketing and distribution. By understanding and solving the problems, per capita fish consumption level may be increased. The existing marketing organizations at producer level do not provide incentives to boost the production. Meanwhile, the marketing facilities and infrastructures are limited available. For the future development, particularly for increasing per capita fish consumption, supporting marketing facilities and infrastructures should be provided by the government. Other functions of the government are to provide regulations on the management of local fish auction markets, to undertake campaign of fish consumption, to provide marketing information in order to attract private sectors into the business, and to carry out research and development in order to anticipate changes of consumption pattern. IndonesianIkan merupakan sumber protein utama bagi penduduk. Namun distribusi produksinya sangat timpang menurut wilayah. Akibatnya konsumsi ikan tidak merata.Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi merupakan masalah pemasaran dan distribusi. Dengan memahami kondisi pemasaran, distribusi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi maka di harapkan konsumsi ikan yang rendah dapat ditingkatkan. Organisasi pemasaran yang ada di tingkat nelayan belum sepenuhnya memberikan insentif bagi pengembangan produksi. Sarana dan prasarana pemasaran masih sangat terbatas. Ke depan, pemerintah sebaiknya mengambil bagian dalam penyediaan sarana yang cukup, penataan pemasaran di tingkat produsen melalui peraturan yang mempertimbangka kondisi lokal, pengadaa kampanye guna meningkatkan konsumsi, pemberian kesempatan bagi swasta untuk berpartisipasi secara luas melalui penyediaan informasi pasar, serta mengadakan penelitian untuk mengantisipasi dan menyikapi perubahan konsumsi yang diakibatkan oleh perubahan lingkungan di masa yang akan datang.
Ketahanan Pangan, Konsep, Pengukuran dan Strategi Handewi Purwati Saliem; Mewa Ariani
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 20, No 1 (2002): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v20n1.2002.12-24

Abstract

EnglishFood is the basic need for living and conducting daily activities, meanwhile food security is mandatory for productive and healthy life. The understanding of food security dimensions is important as a starting point on the respective study. The objectives of this paper are to analyze : (1) The concept, (2) The measurement and indicators; and (3) The approach or strategy to achieve food security. Analysis was done by reviewing several research reports and related papers. The study shows that : (1) Concept and definition of food security is changing due to intertemporal complexity of the problem; (2) Food security broad in nature, therefore relevance and various indicators is needed on its measurement; and (3) To achieve food security, food availability as well as entitlement approach need to be considered, sustainable food security, a new paradigm need to be formulated. IndonesianPangan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari, sedang ketahanan pangan adalah jaminan bagi manusia untuk hidup sehat dan bekerja secara produktif. Pemahaman berbagai aspek ketahanan pangan merupakan pengetahuan penting dalam mengawali jenis studi ini. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji: (1) Konsep; (2) Pengukuran dan indikator; dan (3) pendekatan atau strategi untuk mencapai ketahanan pangan. Kajian di lakukan melalui studi pustaka dari berbagai hasil penelitian dan tulisan yang terkait dengan aspek kajian. Hasil kajian menunjukan bahwa: (1) Konsep serta pengertian tentang ketahanan pangan berkembang sesuai dengan kompleksitas permasalahan dari waktu ke waktu; (2) Dimensi ketahanan pangan sangat luas sehingga di perlukan banyak indikator untuk mengukurnya; dan (3) untuk mencapai ketahanan pangan, pendekatan ketersediaan pangan dan kepemilikan perlu di pertimbangkan dan untuk ketahanan pangan berkelanjutan diperlukan suatu paradigma baru.
Analisis perkembangan sewa menyewa lahan di pedesaan Lampung Gatoet Sroe Hardono; Mewa Ariani; Aladin Nasution
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.104-112

Abstract

IndonesianBertambahnya jumlah penduduk dan keberhasilan dalam pembangunan irigasi telah menyebabkan permintaan terhadap lahan meningkat. Akibat selanjutnya dari keadaan ini adalah berubahnya pola penguasaan lahan dan meningkatnya harga dan nilai sewa lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan sistem sewa menyewa lahan, nilai sewa lahan di pedesaan propinsi Lamnpung. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara kepada rumah tangga petani yang tersebar di 9 desa (dari 12 desa yang diteliti, transaksi sewa menyewa lahan ditemukan di 9 desa). Desa-desa tersebut dikelompokkan menjadi 3 daerah agro ekosistem yaitu sawah irigasi, tadah hujan dan lahan kering. Jumlah responden untuk setiap desa adalah 40 rumah tangga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa transaksi sewa menyewa lahan banyak terjadi di daerah sawah irigasi daripada daerah sawah tadah hujan maupun lahan kering dengan luasan 0,25 - 0,50 ha. Demikian pula harga (nilai) sewa untuk lahan sawah irigasi lebih tinggi daripada jenis lahan lainnya. Dari hasil analisis dengan model hedonic menunjukkan bahwa ketersediaan air pada lahan sawah irigasi dan tahun transaksi sewa menyewa lahan secara nyata dan positif mempengaruhi nilai sewa lahan. Implikasi dari hasil ini, perlu digalakkan upaya perbaikan dan peningkatan saluran tersier yang ada di sekitar lahan sawah irigasi tersebut sehingga semua lahan sawah irigasi yang ada mendapat  cukup air dan dapat ditanami secara terus menerus. Untuk daerah-daerah yang kurang subur seperti daerah sawah tadah hujan dan lahan kering, perlu diciptakan lapangan pekerjaan untuk kegiatan lain seperti dibidang peternakan (unggas, kambing) dan usaha industri rumah tangga.
Pola Konsumsi Pangan Pokok di Beberapa Propinsi di Indonesia Mewa Ariani; Handewi Purwati Saliem
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 9, No 2-1 (1992): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v9n2-1.1992.86-95

Abstract

IndonesianDengan menggunakan data Susenas disertai beberapa penyesuaian untuk menghitung konsumsi energi dari makanan jadi dan makanan lainnya, tulisan ini menelaah tentang pola konsumsi pangan pokok dan struktur pengeluaran pangan sumber karbohidrat di beberapa propinsi di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras di daerah pedesaan secara umum relatif lebih tinggi daripada di perkotaan, demikian halnya untuk konsumsi jagung dan umbi-umbian. Tingkat konsumsi beras tertinggi di Jawa adalah Jawa Barat, sedangkan diluar Jawa adalah DI. Aceh (pedesaan) dan Nusa Tenggara Barat (perkotaan). Propinsi yang mempunyai pola konsumsi makanan pokok tunggal (beras) adalah DKI dan Aceh, sedangkan propinsi yang lain memiliki pola konsumsi makanan pokok yang berbeda yaitu beras, jagung, umbi-umbian dan sagu yang masing-masing bervariasi urutannya berdasar besarnya sumbangan energinya. Sementara itu ditemukan pula bahwa pengeluaran untuk padi-padian merupakan proporsi terbesar diantara pengeluaran pangan yang lain. Kecukupan konsumsi energi rumahtangga sebagian besar bertumpu pada beras. Oleh sebab itu disarankan perlunya peningkatan penyuluhan gizi kepada rumah tangga agar konsunmsi pangan sumber karbohidrat tidak tertumpu pada beras saja. Peningkatan konsumsi makanan selain beras tidak harus sebagai pangan pokok tetapi dapat berbentuk makanan selingan. Untuk itu perlu didukung oleh usaha peningkatan teknologi pengolahan pangan non beras.
Perencanaan Kebutuhan Pangan pada Repelita VI di Tiga Propionsi di Indonesia (Penerapan Pedoman Pola Pangan Harapan) Mewa Ariani; Hidayat Syarief; Clara M. Kusharto
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 13, No 1 (1995): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v13n1.1995.22-39

Abstract

IndonesianPola Pangan Harapan (PPH) adalah metoda perencanaan persediaan/kebutuhan pangan untuk konsumsi penduduk yang mampu menyediakan energi dan zat gizi lain yang dibutuhkan oleh penduduk dengan jumlah yang cukup, seimbang dengan mutu pangan yang lebih baik. Dengan menggunakan data Susenas 1990, untuk mendapatkan mutu pangan yang mengarah ke PPH, maka setiap orang harus mengurangi konsumsi pangan sumber karbohidrat dan lemak. Sebaliknya meningkatkan konsumsi pangan sumber zat gizi lain seperti protein vitamin dan mineral. Dengan demikian tantangannya adalah pangan yang disediakan di setiap propinsi pada Repelita VI harus mengikuti kecenderungan tersebut.
Arah, Kendala dan Pentingnya Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia Mewa Ariani; nFN ashari
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 21, No 2 (2003): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v21n2.2003.99-112

Abstract

EnglishFood consumption diversification (FCD) is possible to develop in Indonesia, a country consisting of thousands of islands with various social and economic circumstances, and diversified soil fertility and regional potentials. This paper aims to describe direction, constraints and importance of FCD. The FCD policy was designed to decrease rice consumption and began since early 1960’s, but the reality shows that rice as staple food in all provinces tends to intensify. People tend to dislike local food, such as corn and tubers, and they tend to enjoy global food, such as noodle. Some factors constraining FCD are: (1) rice is more tasteful and easier to cook, (2) concept of eating in which people have to eat rice in their menus, (3) rice as superior commodity is available abundantly and its price is cheap, (4) low community’s income, (5) low technology processing and less promotion of non rice food, (6) overlapped food policies, and (7) wheat import policy and intensive noodle products promotion. It is important to have a successful program on FCD because it will not improve human resource only, but it will also have positive impact on food security, farmers’ income, food agro industry, and saving foreign exchange.IndonesianIndonesia yang terdiri dari ribuan pulau dengan keragaman sosial, ekonomi, kesuburan tanah dan potensi daerah, memungkinkan untuk tercipta diversifikasi konsumsi pangan (DKP). Makalah ini bertujuan untuk menganalisis arah, kendala dan pentingnya DKP. Kebijakan DKP bertujuan untuk menurunkan konsumsi beras sudah dirintis sejak awal tahun 60-an, namun kenyataan menunjukkan posisi beras sebagai pangan pokok di semua provinsi semakin kuat. Pangan lokal seperti jagung dan umbi-umbian ditinggalkan masyarakat, sebaliknya pangan global seperti mi semakin banyak digemari. Beberapa faktor yang menjadi penghambat DKP adalah karena rasa beras lebih enak dan mudah diolah, konsep makan, merasa belum makan kalau belum makan nasi, beras sebagai komoditas superior ketersediaannya melimpah dengan harga yang murah, pendapatan masyarakat masih rendah, teknologi pengolahan dan promosi pangan non beras masih rendah, kebijakan pangan yang tumpang tindih, serta kebijakan impor gandum dan promosi produk mi yang gencar. Keberhasilan kebijakan DKP penting tidak hanya untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, tetapi juga berdampak positif pada ketahanan pangan, pendapatan petani dan agroindustri pangan serta menghemat devisa.
ANALISIS KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PASCA KRISIS EKONOMI DI PROPINSI JAWA BARAT MEWA ARIANI; TRI BASTUTI PURWANTINI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 6, No. 1 Februari 2006
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.286 KB)

Abstract

Food is the most fundamental need for household, directly related to the quality ofhuman resources. The objective of this paper is to analyze the pattern of household foodconsumption in West Java province after economic crisis. Data are from SUSENAS year1996,1999 and 2002. The results are : 1) Prosperity level of households after economiccrisis is getting better, but it still lower than condition before crisis, 2) When theeconomic crisis happened, energy and protein consumptions of household decreased andthe slope of it in West Java province was higher than national level. After economiccrisis, consumption level of both nutrients then increase again, 3) Consumption of ricedecrease after crisis, but consumption of instant noodle increase. The pattern of staplefood consumption also change from rice pattern to rice-noodle pattern based of bothregion and income group. The implications of the policy is developing program of fooddiversification in the future must be implemented in more accurate way, supported bydeeper research about consumer behavior. Besides, efforts to increase purchasing powerand availability of some commodities such as animal foods, vegetables and fruits must bedone. In accordance with that, people awareness of food, nutrition and health must beincrease too. Political will and political power of governments are the success deciders.
ANALISIS DAYA SAING USAHATANI TEBU DI PROPINSI JAWA TIMUR MEWA ARIANI; ANDI ASKIN; JUNI HESTINA
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 6, No. 1 Februari 2006
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (59.152 KB)

Abstract

In the aspect of sugarcane farming system, increasing productivity and sucrose content ofsugar cane (rendemen) are exactly needed to increase the productivity of sugar and farmerincomes. The objective of the research is to analyze competitiveness of farmer’s sugarcanefarming system, which is measured by Policy Analysis Matrix (PAM). The research was held onsugar factories in East Java (Pesantren Baru in Kediri, Krebet Baru in Malang, Semboro inJember, and Pagotan in Madiun). The data are collected by interviewing farmers, 20 farmers ineach sugar factory. The results show that farmer’s sugarcane farming systems are financiallyprofitable with average advantage about 2.5-8 million per hectare. Farmer’s advantage in Madiunand Kediri districts are lower than it is in Malang and Jember districts. Although financiallysugarcane farming system is profitable, economically it is contrary. Farmer’s financial loss infrom 2.0 to 4.0 million per hectare. Sugarcane farming system in Madiun dan Kediri districts arenot having comparative advantage (DRCR<1), different from they are in Malang, Jemberdistricts. Sugarcane farming system in Madiun and Kediri districts will have comparativeadvantage if the productivity is increased by 20 percent or the international sugar price isincreased to 220 US$/ton.
PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOMODITAS KACANGKACANGAN DAN UMBI-UMBIAN DI INDONESIA MEWA ARIANI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 5, No. 1 Februari 2005
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.642 KB)

Abstract

The food policy is so strong on rice commodity and less noticing other foodcommodities. The objectives of this paper is to analyze supply and demand of beansand tubers in Indonesia, using secondary data from Center Bureaue of Statistic (CBS).The Results are : 1) economic crisis cause the production of beans and tubers decreasedue to the decreasing of planted area. The import of those commodity increase but theirvolume of export tend to decrease; 2) the economic crisis also induces impact onincreasing soybeans and cassava consumption as a result of substitution from animal tovegetables food and from rice to cassava.; 3) food and feed industries development hasa positive growth that can be seen from the increasing volume and value of outputproduct from beans and tubers; 4) in the next 10 years, demand of soybeans will beincreasing but their production tend to decrease. The demand of cassava is alsoincreasing and the production will be decreasing so it cause negative gap betweendemand and production in 2006. In anticipating the demand of beans and tubers,especially for soybeans and cassava, Indonesian Agency of Agricultural Research andDevelopment (AARD) has important role to develop farm technology for increasingproductivity of both commodity. The AARD has a challenge to invent the high varietyof commodity which technically suitable, economically profitable and sociallyacceptable. On the other hand, Indonesian government should arrange tariff policy inimport commodity procedure, especially soybeans, to give protection to the farmer.